Seperti Simran dalam film Dilwale Dulhania Le Jayenge (1995) yang mencintai Raj ditengah kekangan perjodohan yang dilakukan sang ayah terhadapnya. Praful Patel (Kangana Ranaut) protagonis dalam Simran memimpikan sebuah apartmen dan mempunyai tempat sendiri di tengah kekangan sang ayah (Hiten Kumar) yang memintanya untuk menjalin sebuah bisnis bersama. Dari sini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Simran maupun Praful Patel sama-sama berjuang atas nama kebebasan.
Simran yang seorang janda dan bekerja sebagai seorang cleaning service di sebuah hotel kemudian memutuskan untuk pergi Las Vegas atas ajakan sang sahabat. Mencoba menikmati kehidupan di tengah sebuah kekangan. Ini yang kemudian kita sebut sebagai sebuah eskapisme. Larut dalam kenikmatan dunia (baca: perjudian) membuat Simran terlena kala memenangkan uang sebanyak $ 2.000. Ketagihan akan hal tersebut, membuat Simran tak seberuntung sebelumnya. Kini ia kehilangan uang yang ia tabung untuk dijadikannya uang muka sebuah apartmen.
Tak sampai di situ, Simran yang kelimpungan dan berada dalam pengaruh alkohol di tengah kebingungannya harus terjebak dalam sebuah masalah yang pelik kala berhubungan dengan seorang pria yang merupakan seorang rentenir kelas kakap. Hidup Simran berantakan dan tak teratur yang kemudian menghantarkannya pada sebuah pilihan yang menjurungnya pada hal kriminalitas.
Di dasari pada kehidupan Sandeep Kaur, seorang wanita asala Gujarat, India yang menjalani sebuah hukuman di Amerika Serikat atas kasus perampokan empat Bank, Simran adalah gambaran yang nyata kala seorang Indian People yang berjuang merengkuh American Dream dengan jalan yang salah. Sutradara Hansal Mehta (Aligarh, CityLights) adalah sutradara yang ambisius, menggarap sebuah film yang memiliki tokoh ambisius yang membuatnya jatuh pada sebuah lubang yang cukup serius.
Masalah yang menjangkiti Simran adalah lubang logika yang menjangkiti pelakon utamanya kala memulai sebuah tindakan kriminalitas. Amerika menjadi tempat tujuan, yang kita tahu Amerika terkenal pula dengan beragam teknologi pula pengawasan tingkat tinggi. Hingga kala Simran melangsungkan modus operandinya yang hanya berbekal tulisan lipstik, semudah itukah para pegawai Bank menyerahkan uang? Seperti sebuah pelucutan fakta yang sama sekali sulit diterima logika.
Ya, saya paham betul ketika seseorang dalam masalah sangat sulit untuk berpikir jernih. Namun, apa yang dilakukan Praful dalam konteks ini terlampau menyalahi logika. I mean, this is more than stupidity. Pun, mengenai konklusinya yang menampilkan sebuah penebusan dosa harus terlebih dahulu berguman dan bersentuhan dengan sebuah fakta yang terlampau "mempersulit dan memperkeruh" sebuah niatan yang pasti.
Ya, Simran sukses menampilkan sebuah gambaran kecerobohan pula nikmat duniawi yang manusiawi dirasakan oleh manusia. Mehta pun menampilkannya dengan begitu natural. Sama halnya, dengan Kangana Ranaut yang mengukuhkan bahwa dirinya adalah aktris yang siap sedia melakoni peran apapun. Naskah garapan Apurva Asrani dan Kangana Ranaut terlampau sulit diterima logika. Ini yang menjadi sumber masalah kala sebuah pencapaian yang konsisten tak dibarengi dengan naskah yang kompeten. Hasilnya adalah sebuah distraksi yang melucuti segala aspek. Sangat disayangkan.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar