Baru kali ini, romansa produksi Screenplay Productions berhasil mengaduk-aduk emosi. Sambut, Something In Between yang saya maksud demikian. Kali ini naskah garapan Titien Wattimena (Aruna & Lidahnya, Dilan 1990) dan Novia Faizal (Heart Beat, Cinta Tapi Beda) bertindak sebagai pembeda kala sebelumnya naskahnya di katrol oleh Tisa TS yang menjadikan sekuen dramatis selaku penyulut tangis, jauh dari tataran menyentuh ranah rasa. Di bangku sutradara, Asep Kusdinar (trilogi London Love Story, Magic Hour) sejenak menampilkan sebuah kenaikan kelas, kala tempo lambat memberikan jalan terbukanya sekuen dramatis.
Sudah tak mengejutkan melihat pasangan Amanda Rawles-Jefri Nichol, Something in Between menandai kali ke-6 mereka tampil bersama. Saya tak akan membahas cerita secara detail, karena sedari 20 menit berlangsung bisa saja menimbulkan sebuah spoiler. Intinya, seorang pemuda bernama Abi (Jefri Nichol) yang tinggal di London acap kali bermimpi mengenai sebuah sekolah pula seorang gadis yang sulit untuk digambarkan wajahnya. Kemudian cerita membawa kita pada penampilan Jefri Nichol yang memerankan siswa SMA bernama Gema, seorang siswa reguler yang jatuh hati kepada Maya (Amanda Rawles) sang murid unggulan.
Nihil sebuah alasan mengenai alasan mengapa Gema begitu tergila-gila terhadap Maya, hanya lewat barisan kata "Mencintai luarnya saja sudah sekuat ini, apalagi dalamnya?" yang Gema ucapkan kepada Surya (Junior Liem) sang sahabat. Kemudian kita dijejali bagaimana usaha Gema memikat hati Maya, termasuk untuk giat belajar agar dipindahkan ke kelas unggulan. Tak selamanya mulus, usaha itu kadang terhalang oleh Raka (Naufal Samudra), teman sekelas Maya yang menaruh hati padanya.
Kekuatan chemistry Jefri-Amanda menjadi penguat filmnya, interaksi kala mereka bersama memunculkan sebuah senyum simpul pula rasa gemas. Berkat Dilan dan Nathan, Gema pun tak kalah menjual kata gombal nan aneh dalam merayu Maya, momen seperti "kue ulang tahun" dan "proposal cinta" kini diterapkan. Untungnya, naskah tak selamanya menggantungkan pada kekuatan kata, Novia dan Titin hanya memoles sedikit dan kemudian tugas Asep Kusdinar menyajikannya melalui romansa Jefri-Amanda yang sekali lagi mempunyai kekuatan rasa.
Sampai di sini, usaha Gema dalam menggaet Maya dapat di terima, hingga sebuah momen konyol pula cringey tampil (anda akan tahu adegan apa) yang turut pula menjadi titik balik bagi filmnya. Di sini, elemen fantasi diterapkan, pengemasannya cukup efektif, meski kerap kehilangan rasa akibat ketiadaan intensi cerita yang kuat. Meskipun demikian, filmnya layak diberi apresiasi lebih karena menyuguhkan sajian yang berbeda bagi romansa belakangan, meski tak sempurna melihat pelakonnya saja sudah bahagia.
Tak hanya para pemain muda, para pemain senior pun turut ikut andil dalam Something in Between, mulai dari Yayu Unru sebagai penjaga sekolah, Slamet Rahardjo sang kepala sekolah. Duo aktor senior ini dibebani momen komedik, sementara nuansa dramatik diemban Surya Saputra dan Djenar Maesa Ayu sebagai orang tua Maya.
Elemen fantasinya bertautan dengan sebuah mimpi, memori pula kenangan. Di mana hal itu bertindak paling krusial yang membawa karakternya kepada sebuah kebenaran. Ini sejatinya tampil cukup ringan pula membawa sebuah kesan dramatis tanpa harus menyulut tangis. Sayang konklusinya merusak semuanya, sebuah twist yang turut melucuti tensi terhadap emosi yang dihasilkan seketika hilang guna menghadirkan sebuah sekuel. Saya memang cukup kecewa akan hal itu. Pun rasa ragu menggelayuti kala menilik hasil jumlah penontonnya yang tak sesuai dengan ekspetasi.
SCORE : 3/5
0 Komentar