Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SMALLFOOT (2018)

Sebelumnya, saya tak menyangka bahwa Smallfoot yang merupakan tontonan berbasis anak-anak sebagai target dapat membawa sebuah pesan penting nan serius berupa sindiran terhadap mereka yang secara buta mempercayai agama dengan segala kekolotan pola pikirnya. Bukan sebuah satir yang mendalam memang,-namun untuk ukuran sebuah animasi yang menyadur ceritanya dari buku Yeti Tracks karya Sergio Pablos langkah tersebut dirasa berani dan mengejutkan.

Para Yeti percaya bahwa mereka hidup terapung di sebuah gunung yang disangga oleh punggung marmut raksasa, lahir dari pantat Yak raksasa yang agung dan harus membunyikan gong tiap pagi guna membangunkan "siput bercahaya" yang kita sebut matahari dapat terbit. Tugas terakhir yang paling krusial itu diembam oleh Dorgle (Danny DeVito), sang ayah dari protagonis kita, yakni seorang Yeti bernama Migo (Channing Tatum). Migo adalah anak yang patuh dan percaya terhadap batu (baca: Al-Kitab) yang menjadi junjungan para Yeti. Cita-citanya pun mulia, yakni meneruskan tugas sang ayah.
Hingga pada suatu hari, Migo melihat sebuah pesawat jatuh dan menemukan smallfoot (manusia) di dalamnya. Tentu apa yang dilihat oleh Migo yang kemudian diceritakan kepada para Yeti dianggap membelot, karena sejatinya makhluk bernama smallfoot tidak ada di dalam batu. Alhasil, Migo pun harus diasingkan. Inilah sebuah satir cerdas kala mereka yang mempercayai agama secara buta menolak untuk menerima pendapat, terlebih terhadap sebuah sosok yang dirasa beda. 
Sampai pada akhirnya Migo kemudian bergabung dengan S.E.S. (Smallfoot Evidentiary Society) sebuah komplotan rahasia yang dipimpin oleh Meeche (Zendaya), puteri dari Thorp (Common) sang penjaga batu yang mempunyai tujuan membuktikan keberadaan smallfoot. Migo bersedia bergabung dengan para anggota yang terdiri dari Gwangi (LeBron James), Kolka (Gina Rodriguez) serta Fleem (Ely Henry). Dimulailah sebuah misi pembuktian keberadaan smallfot, berbagai usaha dilakukan Migo, mulai dari menuruni bukit yang mengantarkan sebuah nuansa komedik di dalamnya berupa resiko yang menimpa Migo. Bukan komedi cerdas, -namun mampu bekerja efektif berkat sutradara Karey Kirkpatrick (Over the Hedge, Imagine That) dalam menghasilkan sebuah sekuen tawa yang solid.
Dari sini, Smallfoot kemudian beranjak pada sebuah sekuen petualangan pencarian serta pembuktian keberadaan smallfoot, meninggalkan sebuah satir yang dijejali di paruh awal dan beranjak pada sebuah komedi slapsctik yang sekali lagi mampu menghasilkan tawa. Sementara itu, hiburan tiada tara diproduksi barisan musikalnya, mulai dari Wonderful Life yang dinyanyikan oleh Zendaya yang memberikan nuansa keceriaan hingga Let It Lie oleh Common sebagai penunjang cerita.
Para Yeti belajar lebih mengenai manusia pasca Migo membawa Percy (James Corden), seorang reporter televisi yang berharap videonya viral demi menunjang kebutuhan hidup setelah kurang eksisnya ia tampil di televisi. Di sini Kirkpatrick kembali menaburkan bumbu kemanusiaan yang berbenturan dengan integritas. Seiring dua spesies berinteraksi, mereka sadar bahwa masing-masing dari mereka menganggap satu sama lain sebagai monster. Satu lagi tendensi kebencian terhadap mereka yang enggan menerima sebuah perbedaan.
Menuju konklusi, Smallfoot dirasa tak mempunyai cengkraman yang kuat akibat ketiadaan chemistry. Benar kita melihat Migo dan Percy bersama, itu semua berdiri secara sendiri, urung untuk saling melengkapi. Kurangnya interaksi terhadap dua spesies yang saling mewakili turut berakibat kurangnya sisi emosional tergali. Meski demikian, Smallfoot adalah tontonan yang cukup berani pula konsisten untuk menghibur. 
SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar