Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

EIGHTH GRADE (2018)

Melalui Eighth Grade yang merupakan debut bagi seorang Bo Burnham yang turut merangkap sebagai penulis naskah mencoba bermain dengan ruang lingkup seorang Kayla (Elsie Fisher) seorang remaja berusia tiga belas tahun yang hendak mengenyam pendidikan ke tingkat SMA. Menurut Kayla, menjelang pergantian status dari seorang pelajar SMP ke pelajar SMA butuh sebuah kepercayaan diri. Ya, memang ia adalah seorang vlogers yang sering membagikan "hows to being confident" di kanal YouTube miliknya yang berbanding terbalik dengan realita yang tengah dijalaninya. Namun itu dapat di mengerti, bukankah kita bertindak demikian ketika berusia tiga belas tahun? Ini yang membuat Eighth Grade sangat relevan dengan masa sekarang terkait para remaja milenial pula kita yang pernah merasakan hal serupa.
 
Ya, Kayla adalah seorang yang berjuang mengalahkan social anxiety yang selama ini melekat pada dirinya. Keinginannya hanya satu, ia ingin mempunyai banyak teman. Burnham menyoroti perjuangan seorang Kayla untuk dapat berinteraksi dengan tampil percaya diri begitu lugas pula menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi karakter pula filmnya. Ya, Kayla memang mendapat predikat "Siswi Pendiam" di sekolahnya, dan ini yang membuat usaha ia untuk mempunyai banyak teman kian tebal, termasuk sibuk bersosilisasi dengan sosial media, berpose tak sesuai dengan realita hingga mengabaikan pembicaraan sang ayah tercinta (diperankan oleh Josh Hamilton).
 
Menyaksikan Eighth Grade sendiri bak mengamati sebuah realita masa kini, di mana seseorang sibuk di dunia maya, berlomba untuk membuat sebuah "pengakuan" agar dianggap berada. Keterkaitan Kayla dengan social media yang menurutnya mampu menjadikannya seorang yang punya banyak tanggapan yang mengesankan setidaknya bisa menutupi gembok realita yang melekat pada dirinya. Secara tak langsung, hal demikian memang benar adanya pula sudah menjadi suatu hal yang memang sebuah kewajiban tersendiri.
 
Ini yang membuat film ini kian mengesankan, Bo Burnham memang menggunakan karakter remaja berusia tiga belas dengan setumpuk permasalahannya yang dapat membuat kita relatable dengan kondisi demikian. Di suatu adegan, kita melihat Kayla mengamati teman-temannya yang tengah sibuk bermain air di sebuah kolam berdasar undangan dari Kennedy (Catherine Oliviere), lewat sebuah pembatas berupa kaca kita dapat melihat apa yang tengah dirasakan Kayla yang tergambar begitu intim lewat gerakan kamera Andrew Wehde. Ini merupakan sebuah teknik yang mumpuni pula cerdik kala Andrew membuat sebuah tautan kala Kayla membagikan tips "percaya diri" dengan realita yang terpatri.
 
Konformitas. Demikianlah apa yang dilakukan seorang Kayla demi mempunyai banyak teman termasuk bergaul dengan seorang remaja diatasnya yang pada sebuah kesempatan kita turut diajak pada sebuah dark side pergaulan itu sendiri. Ini yang menjadi sebuah turning point tersendiri kala Burnham mampu menyuntikkan sensitivitas tersendiri di sebuah adegan di dalam mobil tersebut, ini juga yang kemudian menampar Kayla terhadap apa yang selama ini ia dambakan yang ternyata tak seindah apa yang ia bayangkan.
 
Sehingga apa yang menjadi sebuah "penebusan" kala konklusi ditampilkan berjalan sesuai aturan. Semuanya menghasilkan sebuah impact tersendiri bagi seorang Kayla pula kita yang duduk di bangku penonton. Burnham memang tak menggurui pula menyalahkan apa yang sering kita kehendaki,-namun Burnham mencoba untuk menampilkan sebuah pemahaman tersendiri ketika apa yang kita bayangi tak semestinya terlalu diajari. Lihat dirimu, nikmati prosesmu, serta sayangi orang yang mencintaimu, itulah yang coba disampaikan dalam surat cinta seorang Burnham teruntuk generasi milenial.
 
SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar