Melalui Apostle, Gareth Evans kembali menampilkan sebuah period horror pasca sebelumnya mengubah skena aksi sarat kebrutalan pula tontonan yang memanjakan mata, Apostle turut membuktikan pula bahwa sang sutradara gemar mencoba hal yang baru dengan ciri khas yang melekat pada dirinya. Menempatkan slow burn horror dengan pendekatan cerita serupa The Wicker Man milik Robin Hardy, Apostle sejatinya berjalan cukup meyakinkan kala Evans menempatkan sang protagonis utama pada setumpuk permasalahan, terlebih terrhadap kepercayaannya terhadap Tuhan yang telah luntur berkat sebuah kejadian, tambahkan sebuah misi penyelamatan keluarga, yang berpotensi membuat sebuah cerita yang kompleks.
Protagonis utama kita adalah Thomas Richardson (Dan Stevens) seorang mantan misionaris pasca sebuah tragedi menjumpainya. Ia memang selamat, namun keyakinannya kepada Tuhan yang terbunuh. Sempat hilang dan disangka tewas, Thomas kini harus berurusan dengan Malcolm (Michael Sheen) pimpinan sebuah cult yang bisa saja membongkar identitasnya, di tengah misi pencarian sang adik, Jennifer (Elen Rhys) yang diculik sekelompok cult demi uang tebusan.
Wales, demikianlah tempat di mana Thomas harus berpacu dengan waktu pula tenaga demi menyelamatkan sang adik, sebuah tempat yang dipenuhi oleh beragam misteri. Evans sejatinya mempunyai cukup amunisi guna mewadahi cerita yang disusunnya, tambahkan pemandangan yang cukup mengerikan sebagai trade mark pula kekerasan yang menempel pada film ini yang sangat asyik di permukaan namun terasa kurang dalam penceritaan.
Sebagaimana yang telah kita tahu sebelumnya, Evans bukanlah penulis yang baik. Ya, betul. Ia memang punya setumpuk ide yang terbilang out of the box. Ini patut di apresiasi, namun hal ini pula yang melemahkan fokus utama filmnya, kala Evans terlalu banyak menuangkan ide liar pula karakter yang saling merebut layar. Alhasil, tensi terhadap filmnya pun berkurang pula turut berdampak pada durasi cerita yang membengkak sekitar 130 menit lamanya.
Meskipun demikian, observasi terhadap sisi gelap agama Evans hantarkan cukup rapi melalui sudut pandang para karakternya, ada mantan misionaris yang membenci Tuhan, Nabi palsu yang mempresentasikan keserakahan umat manusia pula mengeksploitasi tindakan "Bertindak sebagai Tuhan" pun Evans hantarkan sedemikian rapi, meski dampaknya karakterisasi tersaji begitu dangkal.
Dan Stevens tampil gemilang sebagai protagonis utama, dari beliau kita memberikan simpati pula memberikan atensi lebih berkat pembawaan misterius miliknya. Ada usaha pengembangan terhadap pulau misterius yang mampu menjaga tensi meski tampil tak seberapa mengikat. Setidaknya, Evans berani mendobrak batas pula menumpahkan segala kegilaan sarat kebrutalan miliknya di paruh akhir.
Bersama sang sinematografer langganannya, Matt Flannery (Merantau, dwilogi The Raid), Evans menciptakan sebuah situasi manic yang mampu membuat penonton dirundung rasa penasaran untuk terjaga di samping kebrutalan, pula scoring gubahan duo Fajar Yuskemal (The Raid, Headshot, Killers) dan Aria
Prayogi (The Raid, Headshot, Wiro
Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212), Apostle mungkin terlampau panjang dan sesekali melelahkan, namun
tidak pernah membosankan.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar