Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

AIYAARY (2018)

Aiyaary merupakan film ke-5 seorang produser yang acap kali merangkap sebagai sutradara, Neeraj Pandey (A Wednesday!, Special 26, Baby, M.S. Dhoni: The Untold Story). Dengan genre political-thriller dengan sentuhan spionase yang terinspirasi dari skandal perumahan Adrash Ghotla, bangunan setinggi 31 lantai yang mempunyai izin pembangunan hanya 6 lantai saja, dimaksudkan untuk tempat tinggal para janda korban perang dan anggota Kementrian Pertahanan India di Mumbai. Skandal yang terbongkar pada tahun 2010 silam ini memaksa Ashok Chavan, Kepala Menteri Maharashtra mundur dari jabatannya.


Dua anggota terbaik satuan operasi rahasia India, Design and System Diagnostic, yang terdiri dari Kolonel Abhay Singh (Manoj Bajpayee) beserta anak buahnya, Mayor Jai Bakhsi (Sidharth Malhotra) mendadak menghilang. Awalnya, Mayor Jai Bakhsi dianggap sebagai pengkhianat yang mencuri data rahasia untuk dijual ke pihak asing dan melarikan diri. Tentu, ini membuat Kolonel Abhay Singh geram dan mengarahkan segala cara untuk menghabisi Jai. Sayangnya, pada misi ini turut terlibat pula Gurinder Singh (Kumud Mishra) sang makelar pembelanjaan senjata tentara Inggris yang menduganya melakukan perdaganan senjata ilegal. Semakin rumit kala Gurinder Singh merasa rahasianya akan terbongkar jika informasi yang dibawa oleh Jai tersebar.

Aiyaary membuka opening sequence-nya seperti arti dari judulnya yang berarti samaran atau tipuan. Narasi yang diterapkan Pandey memang non-linier (cenderung acak malahan) ini menemukan sebuah batu sandungan untuk mencernanya. Sekitar setengah jam lebih saya masih meraba plot yang hendak disampaikan oleh Pandey yang tak terstruktur yang mana pada beberapa adegan turut menurunkan tensi filmnya.

Ya, Aiyaary memang terlalu lama membangun plot yang rumit, terlebih melibatkan beberapa adegan flashback yang menampilkan sebuah korelasi antara Jai dan Abhay yang divisualisasikan cukup intens. Memang, jika dihilangkan pun rasanya tak akan mengganggu lajur filmnya. Saya paham betul, Pandey ingin menambah bobot terhadap sebuah background agar terasa meyakinkan.

Dari sini saya masih kebingungan akan narasinya yang acak. Baru sekitar 60 menit lebih ia mulai menata kembali penceritaan yang ditulis sendiri oleh Pandey. Alhasil terjadilah sebuah koneksi tarik-ulur yang cukup melelahkan. Meskipun demikian, Pandey memang pandai dalam memberikan rasa harap-harap cemas terhadap penonton, terlebih kala misi penyamaran berlangsung.
Aiyaary seketika membawa penonton untuk terikat pada sebuah misi yang masih berwarna abu-abu, pembawaannya yang berkaitan dengan kasus perumahan Adrash Ghosla memang cukup goyah, nyaris Pandey tak memberikan sebuah clue tersendiri, kecuali kala menjelang paruh akhir, ia menampilkan karakter Baburao Shastri (Naseeruddin Shah) sebagai karakter kunci. Kita memang sesekali melongok kisahnya, -namun butuh elaborasi lebih guna penonton terikat akan karakternya yang hanya sebatas penggebrak konklusi saja.

Saya amat menyukai bagaimana Pandey menciptakan rasa, menyulut tensi kala hendak menuju sekuen aksi, termasuk dalam melibatkan romantika Jai bersama Sonia (Rakul Preet Singh) yang juga membantu menyelesaikan misi Jai. Naskah yang terlampau tricky yang semula dijadikan fokus agar filmnya berjalan serius pula misterius sayangnya tak semua orang akan terikat akan kisahnya, terlebih butuh kesabaran tinggi kala menyantapnya.

Konklusinya memang tergolong rapi pula relevan dengan kondisi politik masa kini. Kala pemerintah juga politkus gemar menekuk masyarakat, memanfaatkan peluang guna terciptanya uang yang menimbulkan sebuah kejomplangan akan sebuah hak. Aiyaary memang berhasil menyentil bahkan menampar. Namun durasi yang mencapai 160 menit rasanya terlalu panjang untuk ukuran sebuah film yang menggambarkan kondisi demikian.

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar