Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE NINTH PASSENGER (2018)

Dari produser "It Follows" yang secara mengejutkan mampu tampil begitu baik menyampaikan pesan terkait penyakit menular seksual. The Ninth Passenger yang disutradarai oleh Ian Pfaff sejatinya tak akan mengikuti kesuksesan It Follows sekalipun filmnya tak dibuat. Mengikuti pakem yang jamak ditemukan mengenai delapan orang remaja yang melakukan perjalanan laut, bisa ditebak disanalah pula teror menunggu mereka.

Saya begitu membenci sebuah film horor maupun thriller remaja yang kerap bertingkah bodoh, dimana adegannya bak sebuah menyulut marabahaya. Pun demikian dengan film ini dimana para penumpang terdiri dari berbagai karakter dengan sifat berbeda sebutlah Lance (Tom Maden) si playboy, Nicole (Cinta Laura Kiehl) si cewek nakal, Jess (Alexia Fast) si introvert, Marty (David Hennessey) si anak orang tajir bahkan Brady (Jesse Metcalfe) si cowok dengan misi terselubung. Karakter ini jelas jamak kita temui di film horor maupun thriller berbasis remaja yang sekali lagi selalu dan akan tampil bodoh.

Kebanyakan film horor atau thriller remaja memang demikian, semuanya bermula kala sebuah pertemuan yang tak sengaja, jangan tanyakan mengapa mereka begitu akrab secara cepat karena naskah garapan sang sutradara bersama Steve M. Albert sendiri begitu tipis dimana keadaan karakter hanya sebatas calon dari teror yang bersiap untuk mati ketimbang memberikannya amunisi lebih dalam sebuah karakterisasi. Mayoritas durasi diisi dengan dialog yang tak perlu, tak ada sumbangsih untuk adegan selanjutnya sehingga durasi hendak mencapai akhir intensitas pun dipacu lebih kencang, menciptakan sebuah pergerakan kasar sekaligus menggampangkan.

Ya, The Ninth Passenger bak sebuah kapal yang berjalan tanpa arah tujuan kemana filmnya akan sampai. Durasi 76 menit pun terasa kosong dan hampa karena ketiadaan tensi guna menciptakan sebuah teror yang koheren terhadap cerita. Tentu pertanyaan terkait siapa penumpang kesembilan pun memunculkan tanda tanya besar yang nantinya akan penonton harapkan. Namun Ian Pfaff sendiri bak kebingungan menjawabnya alhasil jawabannya pun tak pernah mencapai titik temu sekaligus hanya sebatas tempelan tanpa urgensi lebih kecuali menciptakan teror menakutkan yang justru tampil memalukan.

Ya, terornya memang memalukan, ingin tampil gahar namun susah untuk disebut bahkan untuk mencapai kata sadis pun perlu pemikiran lebih guna mengucapkannya. Beberapa kali saya terkantuk kala menyaksikan film ini yang mana membuktikan ketiadaan intensitas pada filmnya yang tanpa arah. Jajaran cast pun sulit sekali untuk menolong filmnya yang kian surut hingga sampai dititik menjemukan sekalipun. Satu-satunya aspek yang cukup baik adalah sinematografi filmnya yang menciptakan sebuah nuansa sederhana namun punya potensi tampil mencekam jika digunakan lebih baik.

Memasuki konklusi filmnya sendiri kebingungan untuk mengakhiri cerita, kehadiran makhluk yang meneror mereka seolah kurang akan daya pikat, memunculkan sebuah opsi terkait makhluknya yang begitu murahan hanya bermodalkan sebuah buku yang urung untuk dijamah kembali kecuali guna mewadahi tampilnya sebuah twist yang gagal menciptakan daya kejut. Alhasil apa yang dihasilkan oleh The Ninth Passenger sendiri adalah sebuah kebingungan besar dibalik besarnya ambisi yang urung tersampaikan dan berujung memalukan dibalik terornya yang malu-malu.

SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar