Seperti
halnya Deep Blue Sea (1999) yang menggunakan sebuah riset sebagai jalan
cerita, The Meg pun serupa namun tak sama. Jika Deep Blue Sea (1999)
mampu tampil menyenangken lewat sampul film b-movie yang mana
memfasilitasi filmnya untuk tampil liar serta masif ketika
mempertontonkan serangan hiu, The Meg sayangnya tak mampu mencapai hal
demikian meski sama-sama film b-movie.
Yang ada hanyalah setumpuk usaha untuk tampil serius ditengah cerita
yang telampau bodoh untuk melakukan hal yang serius.
Ya,
saya tak salah jika menyebut film ini tampil bodoh, pasalnya
menghidupkan kembali hewan jaman purbakala jelas sudah melawan sains.
Selama 45 menit durasi bergulir filmnya sendiri enggan menampilkan wujud
asli sang peneror-hanya bermodalkan efek yang ditampilkan berupa perahu
terguncang atau gemetar pada saat sebuah penelitian hewan guna
menemukan makhluk dasar laut yang belum ditemukan. Dipimpin oleh Dr.
Minway Zhang (Winston Chao) dan puterinya, Suyin (Li Bingbing), serta
dibiayai oleh Jack Morris (Rainn Wilson) riset tersebut harus menjadi
bencana kala salah satu makhluk bernama Megalodon muncul, hiu prasejarah
yang diyakini telah punah.
Tentu kepanikan melanda mereka,
diutuslah mantan Angkatan Laut bernama Jonas Taylor (Jason Statham) yang
pernah mengalami sebuah kejadian mengenaskan dan berlanjut untuk
membatalkan misinya di Palung Mariana yang mana menjadi alasan mengapa
Jonas sendiri diutus. Tentu dalam film bertemakan monster attack kita
mengharapkan sebuah pertempuran masif antara manusia melawan sang
monster, disinilah tugas Jason Statham sebagai seorang penyelamat yang
menggerakan seluruh kemampuannya demi menggerakan film ini yang seperti
telah saya singgung di atas terlalu banyak menggunakan DNA yang dimiliki
Jaws (1975) ke filmnya.
Sutradara Jon Turteltaub yang
menyadur filmnya dari sebuah novel Meg: A Novel of Deep Terror buatan
Steve Alten berisikeras membuat filmnya guna menjadi seperti film buatan
Steven Spielberg itu. Namun, The Meg bukanlah Jaws yang harus tampil
demikian, setidaknya keinginan sang sutradara untuk tampil serius
berujung pada sebuah momen suntuk yang membuat film ini terasa kurang
untuk tampil mengesankan, terlebih dialog bernada science yang terlalu
menjemukan untuk di simak dan hanya berkutat pada hal demikian.
Setidaknya, saya masih menikmati film ini kala Jason Statham tampil
menghadapi sang Megalodon, meskipun jika ditilik dari segi terror-nya
sendiri Turteltaub masih terjebak pada pola medioker jika tak ingin
disebut miskin kreativitas. Melihat seseorang yang dimangsa sang hiu
yang konon memiliki panjang 18 meter terasa biasa saja, karena kita tahu
tubuhnya atau bahkan mulutnya sendiri terlampau besar, yang mana
menghilangkan sebuah sense of scary terhadap filmnya sendiri.
Masalah terbesar yang dimiliki oleh The Meg sendiri berasal dari
Turteltaub sendiri yang bak kebingungan menentukan arah filmnya. Ia
bahkan menolak untuk tampil gila dan masif ditengah sampul b-movie
miliknya-pula menolak untuk tampil terlalu gampang yang kemudian
memasukan mode serius terhadap filmnya. Alhasil apa yang saya rasakan
pasca menonton filmnya sendiri adalah sebuah krisis terkait identitas.
Setidaknya, poster film yang ditampilkan film ini lebih menarik daripada
isi filmnya yang lebih pantas disebut "The Meh".
SCORE : 2.5/5
0 Komentar