Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE MEG (2018)

Seperti halnya Deep Blue Sea (1999) yang menggunakan sebuah riset sebagai jalan cerita, The Meg pun serupa namun tak sama. Jika Deep Blue Sea (1999) mampu tampil menyenangken lewat sampul film b-movie yang mana memfasilitasi filmnya untuk tampil liar serta masif ketika mempertontonkan serangan hiu, The Meg sayangnya tak mampu mencapai hal demikian meski sama-sama film b-movie. Yang ada hanyalah setumpuk usaha untuk tampil serius ditengah cerita yang telampau bodoh untuk melakukan hal yang serius.

Ya, saya tak salah jika menyebut film ini tampil bodoh, pasalnya menghidupkan kembali hewan jaman purbakala jelas sudah melawan sains. Selama 45 menit durasi bergulir filmnya sendiri enggan menampilkan wujud asli sang peneror-hanya bermodalkan efek yang ditampilkan berupa perahu terguncang atau gemetar pada saat sebuah penelitian hewan guna menemukan makhluk dasar laut yang belum ditemukan. Dipimpin oleh Dr. Minway Zhang (Winston Chao) dan puterinya, Suyin (Li Bingbing), serta dibiayai oleh Jack Morris (Rainn Wilson) riset tersebut harus menjadi bencana kala salah satu makhluk bernama Megalodon muncul, hiu prasejarah yang diyakini telah punah.

Tentu kepanikan melanda mereka, diutuslah mantan Angkatan Laut bernama Jonas Taylor (Jason Statham) yang pernah mengalami sebuah kejadian mengenaskan dan berlanjut untuk membatalkan misinya di Palung Mariana yang mana menjadi alasan mengapa Jonas sendiri diutus. Tentu dalam film bertemakan monster attack kita mengharapkan sebuah pertempuran masif antara manusia melawan sang monster, disinilah tugas Jason Statham sebagai seorang penyelamat yang menggerakan seluruh kemampuannya demi menggerakan film ini yang seperti telah saya singgung di atas terlalu banyak menggunakan DNA yang dimiliki Jaws (1975) ke filmnya.

Sutradara Jon Turteltaub yang menyadur filmnya dari sebuah novel Meg: A Novel of Deep Terror buatan Steve Alten berisikeras membuat filmnya guna menjadi seperti film buatan Steven Spielberg itu. Namun, The Meg bukanlah Jaws yang harus tampil demikian, setidaknya keinginan sang sutradara untuk tampil serius berujung pada sebuah momen suntuk yang membuat film ini terasa kurang untuk tampil mengesankan, terlebih dialog bernada science yang terlalu menjemukan untuk di simak dan hanya berkutat pada hal demikian.

Setidaknya, saya masih menikmati film ini kala Jason Statham tampil menghadapi sang Megalodon, meskipun jika ditilik dari segi terror-nya sendiri Turteltaub masih terjebak pada pola medioker jika tak ingin disebut miskin kreativitas. Melihat seseorang yang dimangsa sang hiu yang konon memiliki panjang 18 meter terasa biasa saja, karena kita tahu tubuhnya atau bahkan mulutnya sendiri terlampau besar, yang mana menghilangkan sebuah sense of scary terhadap filmnya sendiri.

Masalah terbesar yang dimiliki oleh The Meg sendiri berasal dari Turteltaub sendiri yang bak kebingungan menentukan arah filmnya. Ia bahkan menolak untuk tampil gila dan masif ditengah sampul b-movie miliknya-pula menolak untuk tampil terlalu gampang yang kemudian memasukan mode serius terhadap filmnya. Alhasil apa yang saya rasakan pasca menonton filmnya sendiri adalah sebuah krisis terkait identitas. Setidaknya, poster film yang ditampilkan film ini lebih menarik daripada isi filmnya yang lebih pantas disebut "The Meh".

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar