Pasca
kesuksesan Pengabdi Setan, Rapi Fims seolah tak ingin ketinggalan
menelurkan kembali film horor, kali ini giliran Sammaria Simanjuntak
(Demi Ucok. Cin(t)a) dalam debut penyutradaraan horor pertamanya. Nama
Sammaria begitu berjasa dalam ranah drama yang ia garap begitu kompeten,
dua judul diatas adalah sajian terbaik yang ia garap sekaligus mampu
meraih nominasi bahkan memenangkan piala
citra. Sesat memang tak memfokuskan filmnya untuk kian mengeber
penonton dengan penampakan melainkan menyoroti dampak dari apa yang
telah karakter lakukan.
Premisnya sendiri tergolong generik,
mengisahkan Amara (Laura Theux) yang begitu dekat dengan sang ayah
(Willem Bivers), selain sosok pemimpin dalam keluarga sang ayah adalah
motivatornya untuk menjadi seorang atlet lari. Namun semuanya harus
sirna kala terjadi sebuah insiden kecelakaan yang merenggut nyawa sang
ayah. Amara begitu terpukul dan tak sempat mengucapkan kata-kata
terakhir untuk sang ayah. Hingga keputusan sang kakek (Arswendy Bening
Swara) membawa Amara beserta sang adik, Kasih (Rebecca Klopper) guna
mengurangi kesedihan sang ibu (Vonny Cornelia) ke sebuah desa bernama
Beremanyan yang misterus dan hanya diisi oleh orang lanjut usia.
Berkat informasi dari sang teman (Endy Arfian) sekaligus melihat
kliping demi kliping yang menempl pada dinding ruang kerja sang kakek
yang tengah menyelesaikan novelnya, Amara melakukan sebuah ritual
memanggil Beremanyan yang konon dapat mengabulkan segala hal, ia meminta
untuk berkomunikasi dengan sang ayah yang mana ini merupakan titik
balik filmnya untuk memunculkan teror demi teror dari Beremanyan itu
sendiri. Seperti yang telah saya singgung diatas, Sammaria memang
menimalisir teror, memfokuskan filmnya pada sebuah kehangatan bersama
keluarga yang kemudain dirundung sebuah duka. Drama yang ditebar sedari
awal memang tergolong rapi, dan itu berjalan begitu baik seiring durasi
demi durasi bergulir.
Naskah garapan Sammaria yang turut
dibantu oleh Evanggala Rasuli sejatunya tampil rapi dan solid, namun
kala memasuki teror dan bermain dengan trik horor atmosferik Sammaria
jelas kekurangan daya untuk mengeksplorasi lebih Beremanyan ditengah
naskahnya sendiri yang berpotensi menghasilkan sebuah pengadeganan yang
oke, sebutlah mitos terkait Beremanyan sendiri yang sayangnya disini
tampil sekilas info lewat informasi dari para karakter. Benar Sammaria
piawai merangkai pengadeganan namun ia seolah tampil berlarut-larut demi
memunculkan teror dari sosok sang hantu, tang kemudian membuat Sesat
sendiri seolah nyata tersesat.
Mayoritas teror memang sudah
tampil di trailernya yang memunculkan dampak dari Beremanyan berupa
karakter yang didorong, dilempar bahkan diseret sejatinya tampil oke,
namun tak ada sesuatu yang benar mengendap lama diingatn karena
sejatinya kita telah melihat semuanya nampak jelas di trailer. Sedar
awal sendiri jump scare nya tampil efektif membuat penonton ngeri.
Setidaknya itulah yang membuat saya beserta teman saya terperangah dan
sontak berkata kasar sekalipun. Inilah bukti bahhwa Sammaria mampu
memainkan timing dibalik tekniknya yang terkesan murahan dan medioker.
Menuju konklusi. Sesat makin tersesat bagaimana untuk menutup
kisahnya yang menjadi titik terlemah filmnya. Kurangnya amunisi teror
dan terlalu lama menampilkan terornya sendiri menjadi akibat terciptanya
kejadian diatas. Alhasil yang harusnya menjadi sebuah puncak kulminasi
teror dari Beremanyan tampil begitu menggampangkan, seolah mengkhianti
perkataan penduduk Beremanyan yang diperankan oleh Jajang C. Noer yang
menyebutkan bahwa persoalan bersama Beremanyan itu tak ada jalan
keluarnya.
Untungnya trio Pengabdi Setan Aghi Narottama,
Bemby Gusti, dan Tony Merle mampu memberikan scoring yang menawan,
menyulap teror di sekolah berupa pensil mekanik seolah bernyawa ditengah
canggungnya teror yang dihasilkan oleh Sammaria untuk menghasilkan
kesan brutal. Laura Theux tampil berjasa memerankan Amara yang penuh
dengan luapan rasa sedih dan emosi, pun jika ditilik dari moral value
sejatinya Sammaria mampu menyampaikannya dengan mulus, saling bertautan
satu sama lain dimana mengisahkan ego yang menghancurkan kepedulian
ditengah hasil akhir filmnya yang semakin tersesat.
SCORE : 3/5
0 Komentar