"Apakah
kita sendirian di dunia ini?" karya terbaru Yusron Fuadi (Tengkorak) mencoba bermain dengan pertanyaan diatas, membuka
durasi 24 menit dengan obrolan santai, ditemani empat gelas kopi panas,
mencoba memaparkan beberapa hal terkait kenthu (hubungan seksual dalam
bahasa Jawa) serta masalah terkait keberadaan Alien menurut perspektif
dari keempat tokohnya yang terdiri dari: Didiet (Aditya Utama), Banny
(Chiang Fuk Ban), Yusron (Yusron Fuadi) serta Eka (Eka Nusa Pertiwi)
yang mana adalah satu-satunya wanita dengan perspektif yang berlawanan
terkait memandang sebuah hal terutama kenthu itu sendiri.
Yusron yang turut merangkap sebagai penulis naskah mencoba membiarkan para karakternya untuk meng-improve dialognya langsung, tanpa harus bahasa puitis, karena bahasa alam saja sudah menjawab, seperti bunyi gemuruh angin malam yang menandakan sebuah filosofi kala pembicaraan tengah berlangsung, yang turut diiringi pula oleh musik gubahan Ketut Sumerjana yang memberikan kesan natural dan realistis mengenai pembicaraan empat orang menurut perspektifnya masing-masing yang menciptakan sebuah hubungan timbal balik yang berjalan baik, dan secara tidak langsung menyiratkan sebuah pesan tersendiri.
Pembicaraan inti seputar seks hingga Clint Eastwood siapa sangka akan menghasilkan sebuah filosofis mengenai makna kehidupan, juga tatkala Eka melontarkan pendapat seputar Alien yang mana ditanggapi oleh sahabatnya diluar logika secara tidak langsung menjawab makna judul yang diusung. Menyaksikan Pendekar Kesepian adalah bagaimana anada melihat perbincangan antar sahabat yang kerap diisi omongan ngaler-ngidul namun begitu seru, Yusron pun menerapkan itu, menciptakan sebuah kesan intim, tanpa harus terkesan malu-malu (topik yang dibicarakan seputar sex).
Ya, ini adalah sebuah film science fiction, pun menengok film panjangnya yang akan tayang pada 18 Oktober pun mengandung unsur serupa. Tak perlu visual effect yang kentara, Yusron membiarkan kita dan para karakternya untuk masuk ke dalam alam khayal serta bawah sadar kita misalanya perspektif mengenai keberadaan Alien dan "kenthu" itu sendiri. Otomatis alam khayal kita bermain, mencoba mengutarakan hal tersebut menurut pendapat kita, yang mana hal demikian lebih nyata adanya dan turut memberikan sebuah impact kala selesai menontonnya.
Terkait ending-nya sendiri, Yusron menerapkan sebuah cliff-hanger anti-klimaks yang mana menyuruh penontonnya mengartikan makna judul diatas, sembari melontarakan pertanyaan yang kian menusuk di tataran rasa, menanyakan keberadaan diri kita sebenarnya. "Apakah kita sendirian di muka bumi ini?" atau pertanyaan "Apakah kita pernah merasakan kesepian?". Tak perlu anda jawab, melainkan hanya perlu untuk direnungkan.
SCORE : 4/5
0 Komentar