Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

ARWAH TUMBAL NYAI THE TRILOGY: PART ARWAH (2018)

"Paraaah banget ya, ini yang editnya gak ketawa" begitulah ucap salah satu penonton di depan saya usai menyaksikan Arwah yang merupakan trilogi pembuka dari Arwah Tumbal Nyai yang masing-masing diperankan oleh para penyanyi dangdut ini. Arwah menempatkan cerita mengenai Sukriyani (Zaskia Gotix) yang ingin sekali belajar tari jaipong yang tentu saja keputusannya itu dilarang oleh sang nenek (Minati Atmanegara). Dengan tujuan agar bisa melanjutkan impian sang ibu yang telah meninggal, Sukriyani kemudian nekat menemui Nyi Imas (Dewi Gita), satu-satunya penari jaipong yang tersisa dan tinggal di sebuah rumah tua tak terawat yang didalamnya terdapat sebuah gendang yang jika diketuk tiga kali akan membawa sebuah petaka. Seperti kebanyakan film horor dimana larangan begitu wajib untuk dilanggar, Sukriyani pun memukul gendang itu empat kali yang mana sebagi pemenuhan syarat agar ia bisa belajar tari jaipong sekligus membawanya pada sebuah petaka yang membahayakan nyawa.

Digawangi oleh Arie Azis yang sebelumnya menggarap The Secret: Suster Ngesot Urban Legend, ia kembali dengan formula sama yang ia pakai di film sebelumnya dimana penampakan berupa jumpscare dijadikan sebuah keunggulan untuk filmnya tampil menakuti penonton, memekik gendang telinga dan tentunya mengundang saraf tawa. Ya, setiap penampakan hantu muncul baik itu dari sebuah cermin, di layar televisi maupun tiba-tiba menampakam diri dengan mulut terbuka rasanya saya dan beserta para penonton lainnya tak kuat menahan tawa, terlebih melihat ekspresi dari Zaskia Gotix yang begitu menampilkan raut wajah takut yang ia definisikan dengan nafas tersesak bak terserang asma sekalipun.

Naskah garapan Aviv Elham sejatinya menyimpan cerita yang menarik untuk dikulik, yakni seputar kematian para penari jaipong yang tiba-tiba saja menghilang. Jelas meski bukanlah sebuah cerita yang baru, jika diarahkan pada penempatan yang tepat maka akan menghasilkan sebuah pengadeganan yang baik pula, bak sebuah kacang yang lupa pada kulitnya, Aviv Elham justru terbentur bagaimana cara menempatkannya yang kemudian menjadi sebuah potensi yang sambil lalu, terlampau menggampangkan untuk diakhiri dan juga dilupakan begitu saja.

Resolusi terkait konfliknya sendiri seperti yang telah saya singgung diatas tampil begitu menggampangkan. Sukriyani yang dibantu sang kekasih, Shakti (Shakti Arora) beserta sang sahabat, Lidia (Lia Waode) terlampau instan mengakhiri semuanya, hanya berbekal bertanya kepada seorang dukun, semua masalah beres dan kemudian dipacu kencang lagi oleh Azies guna menaikan tensi untuk filmnya yang bak terjebak pada sebuah kesan repetitif, klise dan bahkan menjemukan.

Azies memang tak ingin berkaca pada kesalahan, ia tetap teguh menampilkan jumpscare sedemikian sering, yang mana penampakan hantu bermodal olesan CGI pun terasa menggelikan, terlebih jika disandingkan dengan Zaskia Gotix yang sama bingungnya menampilkan sebuah ketakutan, berbekal teriakan, sesak nafas hingga dialog yang begitu dipaksakan seperti pada saat ia menyebut "Misteri hilangnya penari jaipong" dalam salah satu dialog yang bernada bak membacakan puisi, alih-alih menakutkan.

Menuju klimaks, kemalasan juga keburukan film ini tampil ruah. Dimana Shakti mengambil peran yang cukup sentral berbekal pesonanya, menyelamatkan sang kekasih yang dikuasai oleh arwah dengan polesan soflens kurang rapi dan sekali lagi akting kurang meyakinkan dari Zaskia Gotix yang menjadi masalah utama. Menempatkan sebuah twist yang sedari awal sudah terhembus, hingga gagal menyajikan sebuah shocking moment kecuali timbulnya sebuah pertanyaan terkait rahasia menggelikan yang saya rasa sang nenek mengawetkan salah satu jenazah korban penari jaipong yang tampil jomplang, kontras dengan cerita.

SCORE : 0.5/5

Posting Komentar

0 Komentar