Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

INCREDIBLES 2 (2018)

Jika The Incredibles (2004) berceloteh mengenai kehidupan pahlawan super sembari mengurusi rumah tangga-pekerjaan yang membosankan. Incredibles 2 yang butuh waktu lebih dari satu dekade sedari filmnya rilis pun tampak menarik di permukaan. Masih dengan kisah pahlawan super bertemu dengan keluarga, kali ini sutradara Brad Bird (The Incredibles, Mission: Impossible - Ghost Protocol) turut menyinggung soal peran gender. Bagaimana jika peran ibu bekerja di luar sedangkan peran ayah mengurus tetek bengek rumah tangga? Tentu bagi sebagian pria yang memegang teguh nilai patriarki bakal tersinggung dan merasa terhina. Maka dari itu, Incredibles 2 tampil dengan sebuah urgensi pula relevansi yang tinggi.

Melanjutkan kejadian akhir dari film pertamanya, kita masih mendapati Mr. Incredible alias Bob Parr (Craig T. Nelson), Elastigirl alias Hellen Par (Holly Hunter), bersama ketiga anak mereka, Violet (Sarah Vowell), Dash (Huck Milner) dan si bungsu Jack-Jack (Eli Fucile) yang masih balita menghadapai Underminer. Adegan pembukanya jelas menghadirkan sebuah spectacle yang luar biasa, dimana Brad Bird yang turut merangkap sebagai penulis naskah menyoroti tiap para karakternya, memberikan sebuah kesan realistis.

Masalah yang menjembatani isu terkait peran gender adalah kala pemerintah melarang para superhero untuk beraksi menggunakan kostum. Hal tersebut di dasari dari dampak yang ditimbulkan yang terlampau masif. Menilik hal tersebut jelas kita teringat pada sekuen dari Captain America: Civil War. Maka logis kal Elastigirl dipilih oleh Winston Deavor (Bob Odenkirk), pemilik perusahaan telekomunikasi sekaligus penggemar berat pahlawan super, yang menawarkan secercah harapan guna melawan segresi tersebut.

Dipilihnya Elastigirl karena dialah yang paling sedikit jika ditilik dari "seberapa desstruktif". Disinilah peran terkait gender dimainkan, kala Bob merasa tersaingi oleh Elastigirl. Bukan sebuah kesalahan, dari sini pula diperlihatkan bahwa pria lebih mengandalkan otot ketimbang otak. Pun sebaliknya, wanita lebih mengandalakan siasat ketimbang otot.

Rencana Winston beserta sang adik, Evelyn (Catherine Keener) si ahli teknologi, adalah memasang kamera di kostum superhero, supaya publik tahu bahwa dengan adanya superhero tak membuat sebuah kekacauan. Disinilah Brad Bird menaikan tensi, memfokuskan Elastigirl guna menangkap penjahat, terutama Screenslayer, yang mampu menghipnotis para korban dengan berbagai layar guna diperintah sesuai dengan keinginan sang empunya layar.

Sementara itu, Bob direpotkan dengan tingkah sang anak, mulai dari Violet yang tengah mengalami masa puber, Dash yang masih sulit dengan tugas matematika-nya dan yang terpenting adalah kekuatan Jack-Jack yang sulit terkontrol, dimana Jack-Jack adalah superhero multi-power. Melihat kondisi tersebut jelas Brad Bird menyuntikan banyak DNA berupa tingkah Bob yang membuat para penonton tertawa lepas, terlebih mengenai Jack-Jack, yang saya yakin semua penonton bakal terpikat oleh tingkah gemasnya. Tengok adegan perkelahian Jack-Jack bersama seekor rakun.

Dari sana pula kita melihat dua peran yang saling bertukar peran. Brad memberikan sebuah pesan terkait pemberdayaan wanita pula peran keluarga. Bertukarnya peran lantas tak menjadikan mereka lemah, melainkan saling menguatkan. Bob menunjukan heroisme seorang ayah di dalam rumah. Sementara Helen, seperti kebanyakan wanita yang bekerja di luar, tumbuh kembang sang anak menjadi sebuah kekhawatiran, "Aku telah melewatkan kekuatan pertama Jack-Jack" begitu katanya.

Ya, mengenai intensitas, mungkin tak sepadat film pertamanya. Di film ini memang terkesan cerewet, mulai dari pembicaran dua tokoh perihal peran hingga menangani berbagai macam permasalahan, saya belum menyebut obrolan berupa epilog para tokohnya. Incredibles 2 jelas mempunyai isu yang sangat relevan, tak ayal jika bagi penonton dewasa seperti saya dapat ditarik kesimpulan bahwa filmnya mempunyai bekal bagi penonton terkait parenting. Meskipun demikian, bagi penonton anak mungkin tak semuanya dimengerti.

Brad masih mempertahankan berbagai apa yang penonton cari terkait filmnya, sebutlah adegan aksi yang bak naik kelas. Tengok adegan Elastigirl mengendarai sepeda motor sambil meregangkan tubuhnya, atau kala Frozone (Samuel L. Jackson) memasuki arena pertempuran. Semuanya tetap sama, menciptakan sebuah spectacle yang luar biasa, bedanya kali ini isu penting serta relevansi terhadap kehidupan turut dimasukan.

SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar