Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

BODYGUARD UGAL-UGALAN (2018)

Ketika anda melangkahkan kaki menuju ruang bioskop, taktis anda ingin dihibur oleh sebuah tontonan yang anda pilih guna melepas penat dari rutinitas maupun sengaja mencari sebuah hiburan pelepas tawa. Bodyguard Ugal- Ugalan memang tak ada hubungannya dengan Security Ugal- Ugalan (2017) kecuali tim produksi dan orang di dalamnya. Jelas, ini diniatkan sebagai sebuah film yang mewakili unsur diatas, membuat kita tertawa lepas, terhibur melihat tingkah konyol para pemain yang acap kali berbuat bodoh, tambahkan Syahrini sebagai pelengkap pelepas tawa, niscaya rasa capek dan penat anda akan terHEMPAS dan membuat anda duduk begitu MANJAAHH. Seperti Itu? YAA KHAAN?

Tentu, lakon utama kita adalah Syahrini (Syahrini praktis tak berakting) seorang diva terkenal yang sebentar lagi akan melangsungkan konser tunggal di Istora Senayan, Jakarta. Menjelang konser, rumah keelitan Syahrini dimasuki maling, entah itu seorang haters atau apalah yang jelas ini sangat berbahaya bagi Incess, ia pun meminta sang manager Nina (Ririn Ekawati) untuk mengatur jadwal dan menghubungi Erin (Tamara Bleszynski) teman masa kuliah Syahrini yang mempunyai perusahaan jasa berupa keamanan. Hingga di rekrutlah kelima bodyguard yang akan siap mengawal Inces, mereka adalah Boris (Boris Bokir), Acho (Muhadkly Acho), Lolox (Lolox), Anyun (Anyun Cadel) dan Jessica (Melayu Nicole) yang mempunyai reputasi buruk, dan beberapa dari mereka sudah di pecat dan hendak mengambil uang pesangon. Sederhana saja, Incess tak ingin mempunyai bodyguard yang berwajah seram.

Sejenak terpikirkan, apa tujuan dibuatnya sebuah film komedi? Ya, jelas mengundang tawa dan melepas penat. Bodyguard Ugal - Ugalan jelas mempunyai itu, penonton di buat tertawa ketika menyaksikannya bahkan sepanjang film bergulir pun tawa mereka urung untuk berhenti. Pun, saya demikian tak kuat menahan tawa kala momen seperti adegan flashback Anyun-Lolox-Boris-Acho terpampang di layar atau momen ketika pintu toilet, Jelas, semuanya bukanlah sebuah komedi yang baru, beberapa mengambil sumber dari film lain. Sebut saja Warkop DKI maupun salah satu adegan yang mirip dengan film Shaolin Soccer (2001).

Jika dilihat dari segi filmis, Bodyguard Ugal - Ugalan jelas bisa dibilang tak memenuhi segi itu, bahkan untuk urusan sinematik pun saya bisa bilang film ini buruk. Namun saya tidak bisa memungkiri, Irham Acho Bachtiar sukses menempatkan para karakternya pada sebuah jalur yang pas, terutama Syahrini yang memang target utama sekaligus pengeruk pundi finansial dengan jargon-jargonnya yang membuat saya tertawa lepas. Celetukan jargon Syahrini seperti "Manjaaah, Seperti itu?, Hempas, Yaa Khaaan?" mampu berada pada ritme yang pas. Saya tantang anada untuk tidak tertawa pada sebuah scene "masker".

Menuju second act, filmnya bak sebuah sketsa demi sketsa yang dipaksa dijahit ulang untuk membuat sebuah kesatuan film, memang lompatan tone-nya berjalan kasar, tapi intensitas kala menonton urung untuk luntur. skenario garapan Ferdy K memang tidaklah pintar, beberapa terdengar menggelikan (in a good way) saya tertawa lepas lewat salah satu dialog yang melibatkan "tsunami cendol". Keempat komika jelas tampil liar dan sekuat tenaga menggerakan roda filmnya, begitupun Syahrini dengan tingkah konyol serta jargon celetukannya seolah tak pernah surut tenaganya. Melayu Nicole harus menanggung akibanya kala karakternya sebagai eye candy belaka, terasa terasing di tengah keempat komika. Pun dengan Ririn Ekawati dan Tamara Bleszynski yang nihil akan sebuah karakterisasi.

Menuju third act, skenarionya terasa terstruktur. Kita tahu dalam trailer Syahrini akan di culik, dan kelima bodyguard ini bertugas menyelamatan sang Incess, porsi action-comedy ditekankan yang sekali lagi mampu tampil oke, meski bukanlah sebuah hal yang baru. Pun demikian dengan twist ending yang diungkap terkait sang pelaku, terasa masuk akal meski sekali lagi adalah jualan yang teramat usang. Bodyguard Ugal - Ugalan pun turut terasa repetitif kala scoring berupa lagu "Seperti itu" maupun "Gubrak Gubrak Gubrak Jeng Jeng Jeng" kerap diputar ulang. Namun sekali lagi, saya tak keberatan jika lantunan musik "bom shake shake boom!" membuat saya menghentakan kaki, turut bernyanyi bahkan menikmati, melupakan semua kesan repetitif itu demi merasakan sebuah tontonan pelepas penat yang begitu MANJAAAH. Seperti itu. YAA KHAAN?

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar