Satu kata yang menggambarkan Deadpool 2 adalah gila. Ya, Deadpool 2 tersusun atas momen menggila yang tersaji begitu menyenangkan dan konyol sekalipun. Seperti karakter utama kita, Deadpool alias Wade Wilson (Ryan Reynolds), filmnya enggan untuk berhenti sejenak dari kegilaan sarat kekonyolan yang mampu meriuhkan tawa lewat lontaran jokes meta. Praktis, Deadpool 2 adalah sebuah hiburan yang dicari kala meluruskan urat, menyegarkan pikiran pula memuaskan mata.
Ya, meskipun kursi sutradara kini di duduki oleh David Leitch (John Wick, Atomic Blonde) Deadpool 2 tetap tersaji begitu leluasa dengan segala tindak-tanduk khas film pertama. Bedanya, filmnya sendiri menyimpan setumpuk momen kejutan, termasuk kehadiran cameo dari seorang bintang besar. Deadpool 2 adalah usaha melipatgandakan apa yang telah dicapai oleh film pertama, menambahkan bobot kegilaan guna menutupi alur cerita yang memang tak seberapa tampil kuat, satu hal yang dimiliki oleh filmnya yakni impresif.
Mengambil selang dua tahun pasca film pertama, Wade Wilson kini kembali menata hidup, merencanakan untuk memiliki momongan bersama sang istri, Vanessa (Morena Baccarin). Kebahagiaan yang mereka raih tak berlangsung lama, kala sebuah insiden terjadi. Memaksa Deadpool mengalami sebuah tindakan depresif termasuk bunuh diri di apartemen miliknya dengan anggota tubuh yang tercerai-berai, sebelum kita disambut oleh lagu tema Ashes milik Celine Dion yang membuka filmnya memparodikan ciri khas film James Bond.
Pasca sebuah insiden terjadi, Deadpool kemudian bangkit melaksanakan misi pembalasan, mendorong Colossus (Stefan Kapičić) untuk turun tangan dan menyeretnya ke markas X-Men. Di momen tersebut, mempertemukannya Russell Collins (Julian Dennison), si mutan muda berkekuatan api, ini yang kemudian mendorong Wade untuk menjalankan misi selanjutnya yang mengingatkan terhadap istri tercinta, yakni menyelamatakan Russel beserta tim X-Force yang sudah disusunnya.
Nyaris tak ada sebuah perubahan yang signifikan terkait sektor cerita, Leitch masih membawa filmnya ke ranah khas Deadpool yang mengasyikan, kala tak ada batasan untuk berbuat gila, membuat filmnya tampil sadis dengan sarat kelucuan yang mampu memantik tawa. Oh ya, jangan lupakan para pendamping Deadpool dalam menjalankan misi, yakni Domino (Zazie Beetz) si superhero dengan kekuatan "keberuntungan" yang paiawai dalam menangani aksi pula melucu. Josh Brolin sebagai Cable mampu menjadi lawan yang sepadan, pula memiliki background yang cukup kuat mengapa ia ingin memusnahkan Russell.
Naskah yang ditulis oleh Ryan Reynolds bersama Rhett Reese dan Paul Wernick memfasilitasi kreativitas yang turut menyokong pada sektor cerita. Kala breaking the fourth wall mendekatkan interaksi dengan penonton maka lontaran jokes meta yang turut menyindir beragam aspek meliputi Marvel Cinematic Universe hingga DC Extended Universe turut memperkuat filmnya bermain dalam ranah gila yang semakin pula tampil mengasyikan. Kita tak pernah tahu mengapa film DC selalu gelap, sang kretor Deadpool yang tak bisa menggambar kaki, menyindir sang aktor utama, Ryan Reynolds, mempertanyakan makna dari lagu "Do You Want to Build a Snowman" milik Frozen (2013), kebingungan dengan penulisan nama Kirsten Dunst hingga mengolok sang pemulis naskah film yang malas serta mempertanyakan mengapa film Logan (2017) ikut-ikutan menjadi film dewasa. Semuanya sarat kebetulan, tapi percayalah ini mampu menyulut tawa.
Seperti yang telah saya singgung di atas, Deadpool 2 sarat akan sebuah kejutan. Dan yang paling mencolok di sini adalah ternyata di balik filmnya yang enggan untuk tampil serius ternyata mempunyai hati. Leitch mampu menampilkan sebuah momen dramatis yang tampil melankolis, manis, pula romantis. Ini yang menjadi kejutan terbesar filmnya yang secara tak langsung mampu meruntuhkan dinding perasaan kala menikmati tontonan eskapisme penuh kegilaan.
SCORE : 4/5
0 Komentar