Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

WIND RIVER (2017)

Serupa karya-karya wahid dari seorang Taylor Sheridan, Wind River selaku reservasi Suku Indian Wyoming ditengah salju ganas yang menusuk, serta situasi sunyi nan berada di kota terpencil menjadi pembuktian nyata bahwa film thriller bukan hanya menyibak suatu kasus kemudian diselesaikan dengan cara kekerasan belaka, melainkan disini Sheridan turut memperlibatkan emosi karakter seperti bagaimana kondisi para korban serta keadaan selepasnya. Wind River, dingin, sunyi dan terpencil, serta mampu mengusik kalbu karakter dan penontonnya.

Opening di buka dengan sebuah gelaran alegori, menampilkan kawanan domba yang tengah di intai oleh serigala, kemudian berlanjut ke obrolan kecil tentang seorang "miliarder" yang memakan jutawan, kemudian ditutup dengan fakta mengenai data wanita Indian yang hilang, Wind River layaknya alegori tadi terkait kawanan domba yang diintai serigala terkait si kuat (Korporat, pembunuh) dan si lemah (Indian, korban pembunuhan) sama seperti domba yang melakukan perlawanan kepada serigala, meski kita yakin mereka akan dimangsa. Begitupun dengan Natalie (Kelsey Chow) gadis 18 tahun yang di temukan tewas membeku setelah berlari sekitar 8 kilometer tanpa alas kaki maupun pelindung dingin. Sebelum tewas, ia juga di duga sempat mengalami tindak kekerasan juga perkosaan.


Agen FWS (United States Fish and Wildlife Service), Cory Lambert (Jeremy Renner) adalah orang yang pertama menemukan mayat Natalie kala ia sedang bertugas memburu singa yang memangsa ternak warga. Kasus ini mengembalikannya ke dalam memori pahit Cory, yang kemudian mendorongnya untuk membantu penyelidikan Jane Banner (Elizabeth Olsen) yang seorang agen FBI. Cory disini merupakan korban, namun serupa seperti Indian di sini, ia tetap berdiri tegak, pantang untuk terpuruk. Sebagai pemburu dari pemburu (singa) Cory mengerahkan seluruh keahliannya untuk melacak keberadaan pembunuh Natalie. Turut juga di fasilitasi oleh performa dari Renner bak alam di Wind River, tenang di luar namun bergejolak di dalam.


Serupa karya Sheridan sebelumnya, "Sicario" dan "Hell or High Water", Sheridan yang juga merangkap sebagai penulis mampu memainkan dinamika penceritaan terasa solid, memang kita tahu setidaknya ending film ini akan berjalan kemana, tapi kecerdikan yang dilakukannya begitu tepat guna, ia tahu kapan aktu untuk menggiring penonton ke sebuah konflik serta waktu untuk tampil memainkan tenaga serta waktu bermain rasa. Ya, keterlibatan karakter bukan hanya sebatas pelengkap saja, semua karakter disini hadir mempunyai arti Cory sebagai pembantu sekaligus penyelamat karena tak ingin hal serupa terjadi pada orang lain, Jane di tengah ketidak-tahuannya yang bergerak aktif, serta Martin (Gil Brimingham) sang ayah dari Natalie menyiratkan hal serupa seperti yang pernah di alami Cory, memendam duka serta berusaha kuat menjalani kehidupan.


Naskah dari Sheridan selain solid juga mampu menampilkan barisan dialog demi dialog yang tak hanya cerdas, melainkan turut berkontribusi mengenai apa yang terjadi hingga turut menyelipkan kisah di dalamnya, tak hanya itu, seperti yang telah disinggung dari awal, gelaran alegori pun tampil cerdik yang kemudian turut di sokong performa para cast, Elizabeth Olsen bak seperti domba kebingungan di tengah ganasnya alam liar, serta Jeremy Renner dan Gil Brimingham turut menyiratkan rasa terkait kehilangan sosok tercinta sembari melanjutkan hidup kembali.


Wind River bukan sebatas aksi thriller biasa, melainkan ia turut menyelipkan pesan terkait kehidupan. Kasus pembunuhan yang terjadi sejatinya adalah jalan untuk menyampaikannya. Mengutuk pembunuhan yang menghilangkan kehidupan, menekankan perjuangan korban mempertahankan kehidupan, dan kekutan kerabat pasca ditinggalkan, merangkai kembali kehidupan. Wind River tenang, sunyi, dan terpencil di luar namun bergejolak di dalam.


SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar