Jangkrik
Boss! Part 2 mengikuti pola film yang dibelah menjadi dua bagian, tentu
bukan tanpa alasan mengingat film pertamanya yang mencapai lebih dari 6
juta penonton. Terbersit keinginan untuk memecahnya menjadi dua bagian,
tentu resiko pun siap untuk diambil oleh Anggy Umbara beserta penulis
Bene Dion Rajagukguk dan Andi Awwe Wijaya yang
kali ini menawarkan hal yang cukup segar seperti yang telah nampak di
trailer. Namun kala part 1 adalah sebuah keserampangan dan kebodohan
yang mengasyikkan part 2 mungkin sedikit luntur, namun untungnya tak
pernah surut untuk kehilangan daya.
Melanjutkan film
pertamanya, kali ini Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian),
Indro (Tora Sudiro) yang dibantu oleh Sophie (Hannah Al Rashid)
melanjutkan pencarian harta karun di Malaysia. Setelah mereka melewati
berbagai rintangan yang datang silih berganti, akhirnya si gadis berbaju
merah yang kopernya tertukar di bandara pun ditemukan, dia adalah Nadia
(Nur Fazura). Pencarian harta karun pun dilakukan di sebuah pulau
kosong tak berpenghuni, dan disinilah Anggy unjuk kebolehan guna membuat
penonton tertawa terbahak-bahak.
Sedari awal, Warkop DKI
Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 telah memacu saraf tawa penonton, sebutlah
adegan di sebuah perpustakaan yang absurd itu, yang mungkin sebagian
akan tertawa namun tidak dengan saya yang justru menggelikan melihatnya.
Seperti yang telah saya singgung tadi, Anggy memang piawai menjaga
tensi filmnya tetap maju, meski terkait pace ia sering kelabakan,
menciptakan sebuah pergerakan yang kasar, pun demikian dengan efek CGI
yang ia gunakan. Namun bukanlah Warkop Dki Reborn: Jangkrik Boss! Part 2
adalah sebuah film komedi yang bertujuan menyulut tawa penonton,
sehingga aspek itu pun disampingkan dan yang penting mampu melaksanakan
kewajibannya sebagai film komedi.
Anggy memang menyadur film
terdahulu Warkop selaku dibawah Soraya Intercine Films, tak ayal dua
film seperti IQ Jongkok dan Setan Kredit mendominasi flm ini, memadukan
unsur komedi serta sentuhan horor yang acap kali sukses membuat tawa
meski tensi di paruh kedua dan ketiga sejatinya naik turun dan bahkan
terkesan hit and miss sekalipun. Namun, film ini tak jatuh begitu saja,
Anggy tahu betul bagaimana membuat penonton bernostalgia dengan film
Warkop tahun 90an, dimunculkanlah sebuah homage yang turut memacu naik
filmnya untuk tampil segar.
Ya. ciri khas film ini adalah
homage-nya itu, seperti yang telah nampak di trailer dengan kemunculan
Rhoma Irama yang sanggup menyulut tawa lepas, pun saya dibuat
terbahak-bahak kala adegan comedy menggunakan "soto" pun dimainkan.
Paruh ketiga membuka jalan filmnya ke ranah science fiction yang juga
bertujuan memunculkan sebuah twist yang menurut saya pribadi radar
komedinya terkesan surut jikalau dengan komedi sebelumnya. Untungnya
momen "soto" mampu bersemayam lama diingatan hingga siap menambal
kekurangan yang ia hasilkan.
Trio Abimana-Vino-Tora bermain
baik, meski performanya terasa kurang karena telah melihat film
sebelumnya, meskipun demikian Abimana sanggup melucu bahkan ketika ia
berdiri sekalipun, menciptakan sebuah momen verbal yang tak kalah
menyulut tawa. Sementara Tora tetaplah sosok yang likeable berkat tutur
bicaranya dan Vino dengan tingkah sok cool yang tak kalah bodohnya.
Chemistry mereka tampil kuat sehingga sejenak melupakan saya terhadap
kekurangan yang menempel pada film ini.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar