Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE GREATEST SHOWMAN (2017)

Menempatkan The Greatest Showman sebagai film musical adalah sebuah pilihan yang tepat. Ketimbang menjadikannya sebagai sebuah suguhan biografi mengenai kisah perjalalanan Barnum (Hugh Jackman) dalam membangun Ringling Bros, and Barnum Bailey & Circus yang mana sejatinya kurang amunisi lebih untuk menempatkannya. Deretn nomor musikal seperti The Greatest Show sebagai pembuka filmnya menyuntikan nyawa semangat juang, kemeriahan sirkus dan tentunya sebuah realisasi akan mimpi.

Seperti judulnya, sutradara debutan Michael Gracey lebih mengedepankan pada sebuah keajaiban dan kemeriahan sirkus dibanding otentitas. Yang akan membuat penontonnya terperangah takjub seperti apa yang diucapakan Phillip Carlyle (Zac Efron) yang selanjutnya akan menjadi rekan Barnum. Hiburan dan kemeriahan. Itulah yang diterapkan, meski sejatinya kebohongan demi menciptakan riuh serta sorak penonton perlu dilakukan: menyumpal pria tergemuk dengan bantal, memakaikan egrang di kaki pria tertinggi yang berasal dari Irlandia yang kemudian diganti menjadi Rusia. Bukan sepenuhnya kekeliruan, hanya melebih-lebihkan atas nama hiburan.

Sesuai judulnya, Gracey membuat sedemikian nomor musikal yang ditulis oleh Pasek & Paul sebagai pondasi utama terciptanya sebuah kemeriahan, hiburan meriah bagi penonton sekaligus penyulut atensi yang mujarab kala filmnya memainkan nomor musikal yang akan mengendap lama diingatan, A Million Dreams mampu membawa penonton hanyut dalam cita-cita dan impiannya, pun dengan karakternya yang menampilkan kondisi serupa. Menaruh harapan serta merealisasikan mimpi di tengah orang-orang yang menganggap remeh.

Gracey seolah memberikan surat cinta pada para pejuang mimpi. Dan itu terealisaikan cukup mengena lewat lagu-lagu yang diusungnya. Bersama mereka kita berharap, bersama mereka pula kita menangis. Sebuah koneksi yang kuat yang tak akan luntur kala menyaksikannya yang turut memberikan sebuah kekuatan serta keberanian untuk berani bermimpi dan memperjuangkannya. Itulah yang sedari awal dipegang oleh Barnum yang kemudian menikahi Charity (Michelle Williams) yang berasal dari kalangan bangsawan. Tekad Barnum untuk mengubah nasib dan memberikan senyum untuk kedua buah hatinya menjadikan filmnya begitu konsisten.

Hal terpenting yang dilakukan Barnum adalah mengumpulkan mereka yang terpinggirkan, membuatnya terasa istimewa, merangkulnya kala orang lain menjauhinya serta mensejajarkan mereka yang dianggap berbeda. Seperti kala ia menjadikan si Wanita Berjanggut yang diperankan oleh Lettie Lutz atau seorang seniman trapeze yang dimainkan oleh Zendaya sebagai Anne begitu berharga, mampu menunjukan bakat luar biasa yang dimilikinya.

This Is Me dan Rewrite The Stars adalah nomor musikal yang paling berhasil, selain mengansung sebuah kemegahan pun dapat melawan segregasi dan ungkapan cinta. This Is Me sebuah pembuktian nyata yang luar biasa, Rewrite The Stars begitu penuh akan rasa, ungkapan cinta yang besar kala Philip dan Anne bergelantungan saling mengungkapkan rasa di langit-langit. Sementara Never Enough memberikan sebuah rasa yang menyayat hati.

The Greatest Showman memang tersusun atas nomor musikal yang begitu dekat dengan penonton. Namun penceritaan yang dilakukan Gracey terlampau buru-buru, seolah ingin hendak menuju pada sekuen musikal yang menciptakan pergerakan alur yang kasar, kita melihat Barnum jatuh dari mimpinya, namun Gracey tak ingin memberikannya sebuah kesan mendalam, ingin membungkusnya sebagai sebuah pertunjukan meriah, karena menurutnya harus selaras dengan sub judul, sehingga melewatkan detail yang cukup penting pun tak jadi masalah yang kemudian berujung pada rumpangnya narasi yang untungnya ta merusak tatanan produksi.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar