Selain
melanjutkan cerita di film terdahulunya, "Ek Tha Tiger", gelaran aksi
Zoya dan Tiger nyatanya masih dirindukan sekaligus diinginkan oleh para
penonton selain dari kedua fanbase dari lead charachter yang sama-sama
masif-nya. Mari kita sambut, "Tiger Zinda Hai" sebuah sekuel yang
membawa pesan perdamaian di tengah konflik India-Pakistan yang masih
saja terjadi, melibatkan rasa serta bermain dengan patriotisme akan keamanan negeri.
Setelah kabur dari tugas masing-masing dan memilih untuk menjalin biduk rumah tangga dan kini menetap di Austria, Tiger (Salman Khan) dan Zoya (Katrina Kaif) kini hidup bahagia, terlebih dengan hadirnya sang buah hati yang selalu menjadi penyemangat, junior (Sartaaj Kakkar). Panggilan kemudian membawa Tiger dan Zoya untuk kemudian kembali melakukan sebuah misi, kali ini bukanlah misi saling menjatuhkan satu sama lain, melainkan misi perdamain terkait penyelamatan 25 perawat India dan 15 perawat Pakistan yang di sandera oleh Abu Usman (Sajjad Delafrooz) seorang kepala ISC, organisasi teroris yang membunuh seorang jurnalis Amerika.
Dari tangan Kabir Khan pindah ke tangan Ali Abbas Zafar (Mere Brother Ki Dulhan, Sultan) Tiger Zinda Hai bergerak menuju konflik yang lebih dewasa, bukan semata-mata menjalankan misi dengan bumbu romantisme. Aksi lebih di tekankan kala cerita yang memuat sejarah yang mana biasanya tampil begitu menjemukkan, namun ini adalah Ali Abbas Zafar, sutradara yang mampu menarik atensi dari penonton tanpa mengemis, terbukti dengan opening sequence yang menampilkan sebuah aksi spionase, yang mana membuat fokus penonton terjaga akan misi di bali semua tindak-tanduk yang kemudian akan terjadi.
Seperti yang telah saya singgung di atas, Tiger Zinda Hai lebih menekankan ke dalam sebuah gelaran aksi daripada harus bermain dengan dialog berat khas film sejarah, meman beberapa dialog terkait sejarah tampil, namun itu dijadikan sebagai tumpuan aksi ketimbang bermain dengan imajinasi penonton untuk membayangkan bagaimana semuanya terjadi. Aksi yang di tampilkan oleh Ali Abbas Zafar sendiri memang tak terbilang pintar maupun baru, masih mengikuti pakem film bertema spionase serta desingan peluru kala sang antagonis maupun prajurit memulai gelaran action, namun semua itu terasa efektif. Alhasil sangat jauh untuk membuat penonton menguap maupun terkantuk ketika menonton.
Sinematografi bidikan kamera dari Martin Laskawiec memang tak terlalu mengumbar view maupun landscape, nyatanya bangunan Rumah Sakit serta jalanan Irak pun mampu menjadi wadah gelaran aksi baku hantam maupun baku tembak. Sesekali scoring dari Julius Packiam tampil memberi semangat terhadap aksi Tiger dan Zoya, Salman Khan adalah wujud sempurna dari apa yang kita bayangkan dari seorang Tiger, serta Katrina Kaif mampu menjadi pemanas aksi kala kamera berpaling dari Tiger, harus diakui dan pujian pun patut di berikan, Katrina melakukan apa yang harus kita sebut hammer girl. Sajjad Delafrooz di tengah sikap kejam serta tatapan sinisnya mampu menggambarkan seorang teroris yang di segani, yang sembunyi di balik kedok bernamakan agama. Di Lini pendukung, Angad Bedi, Kumud Mishra, Girish Karnand, Paresh Pahuja serta Paresh Rawal mampu tampil sesuai porsi dan tentunya mencuri perhatian tersendiri terhadap penonton.
Kala gelaran aksi kian di paju kencang, Vishal-Shehkar tampil unjuk gigi menciptakan romantika antara Tiger dan Zoya yang kelewat romantis, lagu Dil Diyan Gallan adalah buktinya, sementara Swag Se Swagat sebagai penutup yang penuh semangat kala sebelumnya di isi oleh guliran cerita masala yang kelewat mainstream dan menggampangkan.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar