Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

1921 (2018)

Sangat mudah untuk menemukan film sejenis "1921" ini' formula haunted house lalu bermain dengan cara menyakiti karakter serta mencari jawaban atas semua yang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa "1921" mengikuti pakem film horor generik yang kian hari sering di eksplorasi maupun di eksploitasi. Itu bukan sebuah pilihan yang buruk, jikalau kontribusi dari sang filmmaker membuatnya sedemikian mengikat dan memikat. Toh untuk menghasilkan sebuah film yang dalam artian "bagus" tak harus melulu menggunakan formula yang baru, tapi beda dengan film garapan Vikram Bhatt ini, nyaris tak ada yang benar-benar sesuai dengan pernyataan saya di atas.

Ayush (Karan Kundra) seorang pemuda dengan kemampuan bermain piano yang sangat luar biasa, tak ayal kemampuannya itu di lirik oleh orang terkemuka, Mr. Wadia (Vikram Bhatt) yang kemudian memberikan bantuan berupa beasiswa untuk sekolah musik di Inggris dengan alasan ia tinggal dan kemudian merawat sebuah Mansion besar miliknya. Ayush kemudian bertandang dan tinggal di Mansion itu, namun bahaya seolah tak ingin menjauh darinya. Ayush di ganggu oleh makhluk yang konon adalah penghuni Mansion itu. Tak ingin dirinya berada dalam bahaya, Ayush lantas meminta bantuan Rose (Zareen Khan) seorang wanita yang mempunyai sixth sense.

"1921" tak lebih dari usaha Vikram Bhatt untuk mengambil kesempatan atas filmnya terdahulu 1920 yang memang jauh lebih baik daripada film ini. Sulit untuk benar-benar terikat oleh film ini, kala filmnya berpotensi bermain dengan ranah psikis karakter yang kemudian menyulut sebuah pergolakan batin dalam ajang menyakiti karakter. Sayang memang, opsi tersebut urung untuk di lirik oleh Vikram Bhatt kala ia lebih memilih serta mengikuti pakem horor kebanyakan, scoring berisik dan penampakan yang urung tanpa henti guna menakuti penonton. Alhasil film hanya berjalan sebatas membuat kaget serta teriakan penonton, daripada menyulut sebuah ketakutan psikis penonton juga karakter.

Belum lagi penggunaan visual effect untuk penampaan "hantu" terkesan menggelikan daripada menakutkan. Abaikan visual effect yang jauh dari kesan seram dan real itu, dan nikmatilah trek demi trek film ini, lantunan lagu seperti Sunn Le Zara, Kuch Iss Tarah, Yaara serta Tere Bina yang dinyanyikan oleh Arnab Dutta lebih mengasyikan daripada melihat hantu film ini. Saya paham betul Vikram Bhatt turut menyelipkan relasi dua karakter yang saling berhubungan serta membutuhkan satu sama lain, namun dalam penyajiannya sendiri sangat jauh untuk terikat langsung, pilihan dialog yang ingin tampil puitis di mainkan, daripada perlakuan non-verbal yang jauh lebih ampuh menciptakan suasana yang benar-benar romantis dan tentunya realistis.

Bukan Vikram Bhatt jika tak bermain-main dengan twist, acap kali pilihan twist begitu berkelok dan juga menumbuhkan ranting kembali. Perlu di garis bawahi penggunaan twist sekali pun ampuh asalkan twist itu sendiri memberikan sebuah impact yang besar yang turut diikuti daya kejut juga sinkronisasi terhadap cerita itu sendiri. Apa gunanya banyak twist jikalau itu tampil melelahkan, bukan rasa kagum juga "tipuan' yang di dapat, melainkan rasa jengah akan plot yang terlalu bertele-tele. Kesalahan yang cukup fatal jika itudigunakan, kecuali berpindah jalur ke arah noir film.

Harus diakui Vikram Bhatt adalah sutradara yang berani memasukan semua ilmu serta keterkaitan hal baru dalam naskah, seperti praduga penyakit epidemik yang menimpa Ayush misalnya, itu memang patut di apresiasi, namun bagaimana jika keterkaitan itu dijadikan sebagai tempelan belaka tanpa adanya sebuah eksplorasi maupun elaborasi mengenai hal itu. Jelas ambiguitas dan menyulut pertanyaan. Walaupun demikian, Karan Kundra dan Zareen Khan bermain tampil baik meski nihil chemistry.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar