The Lovers garapan sutradara Azazel Jacobs (turut merangkap sebagai
penulis naskah) melontarkan isu familiar di permukaan, mengenai kisah
romansa pernikahan paruh baya yang tengah diterpa masalah. Ya, masalah
tersebut berupa lunturnya kemesraan diantara keduanya yang kemudian
menyulut terjadinya sebuah eskapisme terkait mencari pasangan yang lain.
Terasa biasa memang jika salah satu diantara mereka berselingkuh, namun jika keduanya sama-sama melakukan hal yang sama bagaimana jadinya?
Mereka adalah Mary (Debra Winger) dan Michael (Tracy Letts) yang jika kita lihat dilayar memang jarang bertengkar, namun dinding besar pemisah keduanya adalah lunturnya sebuah komunikasi yang perlahan meruntuhkan romantika juga perasaan hati masing-masing. Mungkin itu pula alasan mereka memilih Robert (Aiden Gillan) dan Lucy (Melora Walters) yang lebih enerjik sebagai kekasih gelap. Mary dan Michael memang tengah mencari "api" yang tengah padam. Walaupun dirundung keraguan, keputusan telah diambil. Baik Mary maupun Michael bertekad untuk mengaku satu sama lain pasca sang putera, Joel (Tyler Ross) berkunjung.
Apa yang disajikan Azazel disini tak masuk ke dalam cerita penuh kegelapan, melainkan penuh dengan momen komikal yang meniadakan penonton untuk bersimpati terhadap keduanya. Meniadakan simpati bukan menjadi masalah, Azazel sudah menyiapakan semuanya ketika dua manusia paruh baya yang kembali bermain cinta ini dihadapakn pada momen "jujur yang membuat serba salah, dan tak jujur yang membuat semakin salah" yang terasa sangat mengasyikkan untuk disimak.
Ketika Michael dan Mary mulai kembali menemukan titik terang dalam kehidupannya, Azazel memutarbalikan fakta, yang mana membuat keputusan yang sudah direncanakan sedari awal begitu melayang. Lain halnya dengan para kekasih gelap yang terus memaksa, hingga salah satu dari mereka mulai menampakkan batang hidung, meneror keharmonisan yang kembali direngkuh. Momen ini jelas begitu simple namun bergejolak di dalam.
Baik Debra Winger maupun Tracy Letts mumpuni menampilkan keraguan akan masing-masing, terhanyut dalam romansa kala secercah cahaya di dapat pula terguncang kala kekasih gelap mulai meneror, mengusik keberadaan mereka. Ditemani iringan musik bernada orkestra yang kerap menyatu dengan suasana, menyulut momen komedik hingga terasa berlebihan kala disandingkan pada konflik.
Hingga puncaknya konklusi yang amat menggampangkan itu pun hadir, terlampau menggampangkan kala konflik baru penambah dinamika hadir yang membuat filmnya sedikit tersandung mengejar durasi yang akan menemui detik akhir. Teramat disayangkan memang, walaupun demikian saya tetap menyukai film ini, dengan cerita yang begitu simple namun mengena, menjadikan nuansa terang ketimbang gelap penyulut komedik dan tentunya simplikasi mengenai konklusi akhir yang terlampau singkat untuk menutupi semua permasalahan.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar