Mudbound
garapan Dee Rees yang di sadur dari novel laris karangan Hillary Jordan
berbicara mengenai kesenjangan sosial. Ya, masalah rasisme memang
pernah menjadi penghalang bagi dunia ini, dimana perbedaan sejatinya
begitu mengancam kehidupan salah satu pihak. Mudbound memang tak lebih
dari apa yang pernah Hollywood buat yang berbicara mengenai isu rsisme,
sebut saja Hidden Figures (2016). Namun yang terasa spesial di sini adalah narasi dari tokohnya yang begitu nyata dan apa adanya.
Berbicara mengenai para tokohnya terbagi atas dua keluarga, yakni keluarga McAllan yang mana adalah seorang kulit putih dan keluarga Jacksons si kult hitam. Film kemudian bergulir mengikiti narasi serta perspektif dari tokoh dua keluarga tersebut. Henry McAllan (Jason Clarke) adalah pria yang berpendirian kuat serta keras kepala, dalam pikirannya adalah membuat keluarganya berada pada sebuah kenyamanan, hingga ia pun memboyong keluarga pindah ke rumah baru, menghiraukan pendapat sang ayah (Jonathan Banks) dan alhasil berkat keteledorannya ia pun tertipu. Laura McAllan (Carey Mulligan) istri dari Henry, adalah sosok istri yang penurut, ia tak terlalu banyak protes terhadap keputusan yang Henry buat, termasuk kala ikut pindah ke rumah yang jauh dari kota sekalipun, hanya satu yang ia protes untuk tidak membuang piano kesayangannya.
Berbanding terbalik dengan keluarga McAllans, keluarga Jacksons yang di pimpin oleh Hap Jackson (Rob Morgan) adalah penggarap dari lahan yang keluarga McAllans miliki, mimpinya hanya satu, yakni mempunyai lahan pribadi. Begitupun dengan sang istri, Florence Jackson (Marry J. Bilge) yang dibesarkan dalam keluarga seorang budak, yang hanya bermimpi membesarkan anak sendiri, bukan orang lain. Meski suatu saat panggilan untuk merawat anak dari Henry dan Laura meruntuhkan niatnya itu. Walaupun sang anak sulung, Ronsel Jackson (Jason Mitchell) di kirim sebagai komandan pasukan tank demi membunuh Hitler, yang mana disana ia di elu-elukan sebagai pahlawan. Namun nasib kulit hitam tetap sama, yakni jauh lebih bawah daripada orang kulit putih, bahan untuk berpapasan atau keluar saja harus melewati pintu belakang. Inilah fase dimana kaum mayoritas menghakimi para minoritas.
Konflik kian memanas kala munculnya Jamie McAllan (Garrett Hedlund) yang mana adalah adik dari Henry McAllan, seorang perwira yang bertindak sebagai pengebom pada masa Perang Dunia II, ia memang di kagumi para wanita sekaligus pencinta wanita, namun setelah trauma menimpanya ia beralih menjadi seorang penikmat miras. Pertemuannya dengan Ronsel secara tak sengaja ketika Ronsel membantu memberikan topi kepada Jamie berubah menjadi pertemanan yang solid, kerap menghabiskan waktu bersama untuk minum bahkan berbagi cerita, hingga semua luluh lantah dan hancur begitu saja akibat rantai perbedaan ras dan strata sosial.
Dapat di tarik kesimpulan bahwa Mudbound memang bercerita mengenai perbedaan yang kemudian merusak umat manusia untuk bersatu, mengatasnamakan warna kulit sebagai pemisah pula jauh lebih hormat. Memang ini bisa saja terjerumus pada pola film tearjerker penyulut tangis. Namun Dee Rees enggan untuk bermain menye-menye, alih-alih menempatkan penonton untuk turut serta memberi simpati dan juga membuka mata serta pikiran yang jernih. Ini yang membuat Mudbound terasa spesial. Selain karena konflik yang di eksekusi begitu mumpuni ia juga turut menyiratkan kritik sosial secara tajam. Kita tahu keluarga McAllans memang jatuh miskin yang kini berada sejajar dengan keluarga Jacksons yang mana bernasib sama, bahkan lebih parah lagi keluarga Jacksons menanggung beban yang lebih berat, mulai dari anaknya yang lebih banyak hingga kondisi rumah yang sempit sekalipun. Tapi mengapa mereka tak di perlakukan sama secara manusiawi?
Meskipun ini adalah film produksi Netflix, secara kualitas bisa sejajar dengan film dengan production house yang besar sekalipun. Selain karena narasi dari ke-enam tokoh yang begitu kokoh serta kepiawaian Rees berman fokus serta intim, para pelakon pun turut memfasilitasi. Mudbound adalah sajian drama yang mampu tampil memikat serta mengikat, dan yang lebih penting adalah ia mampu menyuarakkan kritik secara pelan namun tajam dan agresif, sekaligus membuka mata kita sebagai penonton tentang bagaimana membuat hidup kita begitu berwarna, bukannya dengan adanya sebuah perbedaan membuat hidup terasa lebih indah?
SCORE : 4/5
Berbicara mengenai para tokohnya terbagi atas dua keluarga, yakni keluarga McAllan yang mana adalah seorang kulit putih dan keluarga Jacksons si kult hitam. Film kemudian bergulir mengikiti narasi serta perspektif dari tokoh dua keluarga tersebut. Henry McAllan (Jason Clarke) adalah pria yang berpendirian kuat serta keras kepala, dalam pikirannya adalah membuat keluarganya berada pada sebuah kenyamanan, hingga ia pun memboyong keluarga pindah ke rumah baru, menghiraukan pendapat sang ayah (Jonathan Banks) dan alhasil berkat keteledorannya ia pun tertipu. Laura McAllan (Carey Mulligan) istri dari Henry, adalah sosok istri yang penurut, ia tak terlalu banyak protes terhadap keputusan yang Henry buat, termasuk kala ikut pindah ke rumah yang jauh dari kota sekalipun, hanya satu yang ia protes untuk tidak membuang piano kesayangannya.
Berbanding terbalik dengan keluarga McAllans, keluarga Jacksons yang di pimpin oleh Hap Jackson (Rob Morgan) adalah penggarap dari lahan yang keluarga McAllans miliki, mimpinya hanya satu, yakni mempunyai lahan pribadi. Begitupun dengan sang istri, Florence Jackson (Marry J. Bilge) yang dibesarkan dalam keluarga seorang budak, yang hanya bermimpi membesarkan anak sendiri, bukan orang lain. Meski suatu saat panggilan untuk merawat anak dari Henry dan Laura meruntuhkan niatnya itu. Walaupun sang anak sulung, Ronsel Jackson (Jason Mitchell) di kirim sebagai komandan pasukan tank demi membunuh Hitler, yang mana disana ia di elu-elukan sebagai pahlawan. Namun nasib kulit hitam tetap sama, yakni jauh lebih bawah daripada orang kulit putih, bahan untuk berpapasan atau keluar saja harus melewati pintu belakang. Inilah fase dimana kaum mayoritas menghakimi para minoritas.
Konflik kian memanas kala munculnya Jamie McAllan (Garrett Hedlund) yang mana adalah adik dari Henry McAllan, seorang perwira yang bertindak sebagai pengebom pada masa Perang Dunia II, ia memang di kagumi para wanita sekaligus pencinta wanita, namun setelah trauma menimpanya ia beralih menjadi seorang penikmat miras. Pertemuannya dengan Ronsel secara tak sengaja ketika Ronsel membantu memberikan topi kepada Jamie berubah menjadi pertemanan yang solid, kerap menghabiskan waktu bersama untuk minum bahkan berbagi cerita, hingga semua luluh lantah dan hancur begitu saja akibat rantai perbedaan ras dan strata sosial.
Dapat di tarik kesimpulan bahwa Mudbound memang bercerita mengenai perbedaan yang kemudian merusak umat manusia untuk bersatu, mengatasnamakan warna kulit sebagai pemisah pula jauh lebih hormat. Memang ini bisa saja terjerumus pada pola film tearjerker penyulut tangis. Namun Dee Rees enggan untuk bermain menye-menye, alih-alih menempatkan penonton untuk turut serta memberi simpati dan juga membuka mata serta pikiran yang jernih. Ini yang membuat Mudbound terasa spesial. Selain karena konflik yang di eksekusi begitu mumpuni ia juga turut menyiratkan kritik sosial secara tajam. Kita tahu keluarga McAllans memang jatuh miskin yang kini berada sejajar dengan keluarga Jacksons yang mana bernasib sama, bahkan lebih parah lagi keluarga Jacksons menanggung beban yang lebih berat, mulai dari anaknya yang lebih banyak hingga kondisi rumah yang sempit sekalipun. Tapi mengapa mereka tak di perlakukan sama secara manusiawi?
Meskipun ini adalah film produksi Netflix, secara kualitas bisa sejajar dengan film dengan production house yang besar sekalipun. Selain karena narasi dari ke-enam tokoh yang begitu kokoh serta kepiawaian Rees berman fokus serta intim, para pelakon pun turut memfasilitasi. Mudbound adalah sajian drama yang mampu tampil memikat serta mengikat, dan yang lebih penting adalah ia mampu menyuarakkan kritik secara pelan namun tajam dan agresif, sekaligus membuka mata kita sebagai penonton tentang bagaimana membuat hidup kita begitu berwarna, bukannya dengan adanya sebuah perbedaan membuat hidup terasa lebih indah?
SCORE : 4/5
0 Komentar