Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

LOVING VINCENT (2017)

Vincent van Gogh. Pelukis kontemporer yang mendapat julukan sebagai "Bapak seni dunia", gelar itu tak semata bualan saja, semua terjawab lewat goresan cat ai yang ia bubuhkan ke dalam papan lukisnya, sebut saja "Starry Night" sebagai contoh, yang kemudian turut menjadi opening view pada pembuka film ini. Kita tahu karya yang ia hasilkan memang telah begitu mendunia, namun apakah kita tahu soal kehidupan pribadinya yang penuh dengan kontroversi? Loving Vincent menjawab semua itu lewat penelusuran seorang tokoh dengan modal surat kiriman dari sang pelukis untuk sang adik, Theo.

Tokoh yang menelusuri surat itu adalah Armand Roulin (Douglas Booth) berdasarkan perintah sang ayah, Joseph Roulin (Chris O'Dowd) awalnya Arman memang menolak, tapi perlahan ia mulai menelusuri kehidupan Van Gogh (Robert Gulaczyk) yang menyisakan tanda tanya baginya. Perjalan untuk mencari serta menelusuri kebenaran sang pelukis sebelum ia ditegaskan meninggal dan bunuh diri pun dimulai.

Tentu lewat sinopsis di atas kita sudah tahu plot film akan bergulir seiring mengikuti penelusuran Armand, satu persatu tabir misteri sang pelukis terungkap, berjalan layaknya sebuah film misteri. Dorota Kobiela & Hugh Welcman menuntun penonton untuk berusaha mengenal lebih dekat sang titular charachter ini, mencoba memberikan pencerahan lewat berbagai perspektif tooh yang mengenal van Gogh, dari ayah Roulin, sang penjaga hotel tempat Vincent tinggal, Adeline Ravoux (Eleanor Tomlinson), hingga keluarga Dokter Gachet (Jerome Flynn) yang merawat Vincent. Loving Vincent bak sebuah pengejewantahan buku sejarah.

Fakta di atas membuat Armand ambigu mengetahui kehidupan sang titular charachter, memang penggambaran terkait berubahnya sikap Armand terhadap ketertarikannya pada van Gogh berjalan kurang mulus, dari persepsi negatif hingga amat peduli serta rela melakukan perjalanan jauh. Misteri kematian tentang Vincent adalah salah satu yang membuat penasaran penonton, kurangnya penggalian serta pemaparan skenario yang ditulis oleh duo sutradara Dorota Kobiela & Hugh Welcman dengan bantuan Jacek Dehnel menghalangi niat itu.

Sulit untuk memungkiri bahwa "Loving Vincent" memang kental dengan nuansa artifical, sedari awal kita terlebih dahulu mengetahui bahwa film ini lebih mengandalkan gaya, dan itu terbukti sangat jelas dan bagus, kala melihat lukisan "Starry Night" sebagai pembuka, kemudian turut bermain pula tokoh seperti Sorrowing Old Man atau Young Man with Cornflowers bermanifestasi jadi tokoh-tokoh yang mengisi alur. Sekali lagi saya tekankan, "Loving Vincent" memang di buat sebagai sebuah penghargaan bagi sang pelukis, luapan cat minyak menjadi dasar utama sekaligus inti film ini, tak peduli plot penggalian cerita tersendat, toh tujuan film ini adalah untuk itu. "Loving Vincent" membawa penontonnya pada pengenalan jati diri sang tokoh, dan seharusnya memanglah begitu.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar