Serupa
The Hunger Games, Maze Runner: The Death Cure seiring memasuki tahap
akhir turut luntur pula pesona yang ia miliki. Berawal dari sebuah
premis yang begitu menjanjikan dengan ide yang luar biasa fresh
membuatnya turut tersungkur bahkan terperosok jurang yang lebih dalam
(Yes, i'm looking you Divergent). Upaya pembuatan sekuel jelas perlu
dilakukan selain karena penggemar novel
garapan James Dashner yang terhitung masif, pun pundi demi pundi
finansial pun perlu untuk dikeruk. Maka terjadilah film yang terkesan
dibuat setengah hati.
Tak peduli berapa hebatnya sekuen awal yang ditampilkan Wes Ball kala menempatkan Thomas (Dylan O'Brien) bersama Newt (Thomas Brodie-Sangster) melangsungkan sebuah misi pengejaran yang turut melibatkan kereta api demi menyelamatkan Minho (Ki Hong Lee) dari genggaman WCKD. Sekuen tersebut memang tampil cepat, namun bak kekurangan daya, karena saya terlebih dahulu melihatnya di Fast & Furious lewat aksi train heist itu, alhasil kala menyaksikannya pun terasa versi medioker murahan dari film tersebut, hal demikian pula yang juga enggan menempatkan rasa simpati saya terhadap karakternya.
Ya, sulit sekali menaruh simpati pada Thomas beserta sisa-sisa dari "Gladers" menjalankan sebuah misi penyelamatan terhadap Minho, sedari awal kita melihat kegagalannya, yang juga menimbulkan sebuah tanya tersendiri dalam benak saya kala Thomas langsung saja memilih gerbong yang konon di dalamnya terdapat Minho, alih-alih menyerang serangan dari pasukan WCKD yang mana lebih efektif dan menghemat waktu. Saya rasanya harus memafhumi hal tersebut dengan alasan memperpanjang durasi yang mencapai 140 menit lamanya, yang mana terlampau panjang untuk menampilkan kisah penutup yang setengah durasinya pun sudah lebih dari cukup.
Naskah garapan T.S. Nowlin bak kekurangan ide dalam menuturkan kisahnya hingga terjebak pada pola klise pula repetitif. Thomas beserta kawannya terserang, terhimpit bahakan kehilangan harapan, datang bala bantuan. Pola tersebut terus terulang hingga memunculkan kesan menjemukan. Naskahnya juga mencoba menyoroti kisah romansa antara Thomas dan Teresa (Kaya Scodelario) yang mana gagal tersampaikan untuk tampil memikat yang disebabkan sebuah ketakutan distraksi hilangnya gelaran aksi.
Saya memang menginginkan penutup seri Maze Runner ini tampil begitu memorable dengan kisah semangat para Gladers untuk terbebas dari belenggu WCKD dan menjalankan kehidupan yang damai, namun apa yang ditampilkan Wes Ball kurang memenuhi standarisasi demikian, terjebak pola repetitif yang mana tampil kurang berkesan. Aneh rasanya melihat WCKD yang merupakan musuh terbesar kehilangan daya, sebatas menyerang tanpa berpikir kedepan, terlebih pasca mereka berhasil membuat eksperimen.
Klimaksnya menampilkan aksi bombastis berupa sebuah kehancuran yang masif, turut juga tampil momen dramatik pengurai air mata yang mana bagi para pembaca setia novelnya ini adalah momen paling ditunggu. Saya memang bukan pembaca novelnya, namun melihat klimaksnya cukup menimbulkan sebuah kesan mumpuni. Dylan O'Brien mungkin tak seenerjik sebelumnya, namun Will Poulter sebagai Gally yang mencuri perhatian, berkatnya adegan chessy-pun terdengar begitu lantang, sedikit menyelamatkan filmnya yang terkesan mengulur-ulur waktu, menjadikannya sebgai penutup yang kurang memuaskan,menyusul The Hunger Games pula series Divergent yang berakhir serupa.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar