Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

LADY BIRD (2017)

Remaja. Mungkin adalah masa yang paling indah bagi saya dan tentunya semua orang. Masa dimana kita mulai suka dengan yang namanya berkumpul bersama teman, membicarakan gebetan atau mantan, berbelanja barang hits kekinian dan tentunya memperhatikan yang namanya penampilan. Namun terlepas dari itu semua, ada hal yang lebih penting dalam sebuah masa remaja yakni sebuah proses pencarian jati diri. Proses yang memang sulit, yag acap kali menimbulkan sebuah kontradiksi maupun kegamangan batin akan hal yang kita pilih. Lady Bird menjadi trek film kesekian yang melabeli dirinya dengan sebutan "coming-of-age".

Karakter utama film ini adalah seorang remaja putri bernama Christine McPherson atau yang biasa dikenal dengan Lady Bird (Saoirse Ronan). "Lady Bird" bukanlah nama yang diberikan oleh sang ibu atau keluarganya yang justru menolak memanggilnya dengan sebutan itu, melainkan pemberian nama oleh ia sendiri. Lady Bird bersekolah di Sacramento, sekolah Katholik yang awalnya ia tolak, namun ia jalani atas keinginan sang ibu, Marion (Laurie Metcalf). Hubungan Lady Bird dengan sang ibu memang tak berjalan harmonis akibat bedanya persepsi. Sang ibu ia anggap terlalu posesif akan dirinya, tapi hal yang melatarbelakangi sang ibu bertindak demikian sangat rasional, bukan hanya sebatas keinginan melainkan lebih ke menyesuaikan hal terkait finansial.

Daripada menjadikannya sebuah permusuhan, Greta Gerwig sang sutradara lebih menekankan pada observasi pertentngan pendapat. Marion bukanlah orang tua yang kolot dan keukeuh yang menentang harapan Lady Bird. Naskah Gerwig sendiri menjadi alasan kenapa sikap keras Marion begitu dapat dipahami. Film berjalan mengikuti keseharian Lady Bird, mulai dari pertentangan dengan sang ibu di rumah, hingga aktivitasnya mulai dari berbuat jahil di sekolah, meninggalkan sobat karibnya Julie (Beanie Feldstein) demi bergaul dengan cewek hits Jenna (Odeya Rush), atau pacaran dengan remaja anggota band, Kyle (Timothee Chalamet). Ada pula konflik asmara menarik yang melibatkan teman satu teater yang kemudian menjadi pacar pertamanya, Danny (Lucas Hedges).

Film memang berjalan mengikuti ritme yang bisa dibilang formulaik, namun Gerwig mampu memberikan rasa terhadap keping demi keping perjalanan hidup seorang Lady Bird, yang nyatanya terinspirasi dari kehidupan nyata yang ia alami saat remaja. Gambaran personal dari Gerwig mampu tersaji begitu mulus, tingkah yang dilakukan Lady Bird mungkin mewakili dirinya dan tentunya semua orang yang menonton acap kali terlempar pada memori saat remaja, dan itu tergambar manis dan terasa real disini. Turut disokong oleh performa Saoirse Ronan yang begitu memukau, setara dengan aktris kelas wahid, Disamping itu juga Laurie Metcalf mampu menjadi lawan argumen bagi Rinan, sehingga relasi keduanya pun mampu tampil all out.

Musik gubahan Jon Brion dengan alunan nada tenangnya mampu menemani perjalanan kisah seorang Lady Bird terasa main klop, begitupun dengan bidikan kamera dari Sam Levy yang bergerak cepat dan dinamis mengikuti arahan Gerwig. Lady Bird adalah sebuah ode untuk rumah, kenangan, serta orang tercinta kala kita menginjak usia dewasa, mengejar mimpi sembari mengingat rumah dan keadaan sebelumnya, terasa manis, hangat dan berkesan kala bersamaan. Sebuah film yang begitu memberikan sebuah impact yang sulit untuk dilupakan seusai menontonnya.

SCORE : 5/5

Posting Komentar

0 Komentar