Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KULARI KE PANTAI (2018)

"Pih besok nonton lagi ya, seru filmnya. Aku suka" begitu celotehan anak kecil di dekat saya kepada sang ayah selepas menyaksikan Kulari ke Pantai. Bisa ditarik kesimpulan, Kulari ke Pantai sukses membuat target utamanya begitu puas bahkan ingin menonton ulang. Kulari ke Pantai adalah sebuah tontonan yang asyik, kocak, damai, menyejukkan pula mengundang tawa sumringah, membuat saya ingin merasakan apa yang karakternya rasakan, berdamai dengan alam dan sesama juga berlarian di pantai,

Riri Riza selaku sutradara jelas bukan sutradara kemarin sore dalam menggarap film anak, ia terlebih dahulu menangani Petualangan Sherina (1999) juga Laskar Pelangi (2008) ke layar lebar. Ditangan yang salah, Kulari ke Pantai bisa saja berujung hanya sebatas film traveler berlabel endorsement sebuah brand. Berkisah mengenai Sam (Maisha Kanna) gadis cilik asal Rote, Nusa Tenggara Timur yang pergi bersama sang ibu, Uci (Marsha Timothy) untuk melakukan sebuah road trip menuju G-Land guna berselancar dan juga bertemu sang idola, Kailani Johnson. Sebelum melakukan road trip berdua, mereka terlebih dahulu menyambangi Jakarta, menghadiri pesta ulang tahun sang nenek. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang sepupu, Dion (M. Adhiyat) dan sang kakak, Happy (Lil'li Latisha).

Menurut Sam, Happy berubah, ia selalu sibuk dengan handphone-nya guna berkomunikasi dengan teman jauhnya, terlebih ia sering berbicara menggunakan bahasa Inggris. Pun sebaliknya, Happy menganggap Sam hanyalah gadis "kampungan" asal daerah terpencil, mengejek rambut Sam yang merah akibat sinar matahari begitu kusam dan jauh dari definisi "cantik". Hal mengejutkan terjadi, Happy ikut road trip bersama Sam yang mana ini adalah permintaan ibu dari Happy (Karina Suwandi) guna mengurangi satu-dua sifat manja yang dimiliki oleh Happy. Hal ini yang nantinya menyulut sebuah pertengkaran.

Naskah garapan Gina S. Noer (Habibie & Ainun, Posesif), Mira Lesmana (Ada apa dengan cinta?, Laskar Pelangi), Riri Riza dan Arie Kriting (5 Cowok Jagoan: Rise of the Zombies) memang berisi tumpukan demi tumpukan rintangan yang berdesak-desakan selama 112 menit. Entah itu berupa pertengkaran, mobil mogok atau kacaunya prosedur yang telah terjadwal. Konfliknya pun berjalan tipis dan mudah teselesaikan, dan selebihnya adalah ajakan untuk jalan-jalan mengelilingi kota demi kota di Indonesia. Meskipun demikian, Kulari ke Pantai begitu enak untuk diikuti pula dinikmati. Riri Riza paham betul mengenai esensi film ini, baik itu berupa indahnya perjalanan hingga indahnya persaudaraan.

Sebagai sebuah film anak, seperti yang telah saya singgung di atas, Kulari ke Pantai memiliki aspek apa yang seharusnya menjadi sebuah tontonan drama keluarga. Beragam pesan mengenai mencintai bahasa sendiri juga tanah air dilayangkan begitu mulus pula logis jika melihat kondisi sekarang. Riri Riza mampu menyentil kondisi masa kini yang memang kerap tampil, sebut saja gaya yang lebih mengandalkan uang daripada usaha, atau pop culture seperti "selfie" yang acap kali disalahgunakan. Semua pesannya tersaji begitu mulus, menciptakan sebuah pengalaman yang berharga, tentunya lebih baik jika dilakukan.

Dua lakon cilik bermain begitu apik dan maksimal kala mayoritas aktor cilik kesulitan bermain ekspresi juga olah kata. Maisha dan Lil'li memerankan dua ego yang saling bersebrangan, menciptakan sebuah nuansa timpal-menimpal yang begitu klop. Marsha Timothy menjadi penengah ketimbang sosok pembenar. Dalam satu adegan kala mencari Happy, ekspresi Marsha begitu tumpah ruah, menciptakan sebuah drama yang menyulut emosi. Namun Riri Riza dengan piawai merangkai momen ini, tampil Suku_Dani sebagai comic relief, membuat sebuah emosi tersulut, namun tawa pun masuk.

Sedari opening bergulir menyoroti pemandangan laut serta ombak di Rote, Nusa Tenggara Timur, ditemani iringan lagu Selamat Pagi, scoring Aksan Sjuman jelas memfasilitasi. Memberikan sebuah impact juga poin terpenting film ini yang kemudian turut pula hadir theme song Kulari ke Pantai (juga dinyanyikan oleh RAN) yang bakalan mengendap lama dipikiran. Sama seperti filmnya dan juga Mukhidi (Dodit Mulyanto) sang pemilik homestay yang berisik tempat Sam, Happy dan Mama Uci menginap. Saya tak keberatan menginap di homestay milik Mukhidi, merasakan kedamaian, kelucuan juga kebersamaan yang sangat mahal harganya.

SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar