Jurassic
World berawal dari suksesnya Jurassic Park garapan Spielberg yang mana
pada saat itu membuka jalur film bertema dino-attack sebagaimana Jaws
membuka genre shark-attack. Di ikuti sekuelnya The Lost World (1997)
hingga Jurassic Park 3 (2001) hingga kemudian tampil Jurassic World
(2015) yang membuka kembali lewat jalur baru, mengobati kerinduan
para penonton akan aksi "Dino Madness". Tiga tahun kemudian, Jurassic
World: Fallen Kingdom di buat, saya tak terlalu memasang high
expectation, karena sukar sekali untuk merasakan "sense of wonder" dari
Jurassic Park kala Jurassic World: Fallen Kingdom bertujuan mengeruk
pundi-pundi finansial, pun filmnya kental repetisi seperti kebanyaan
jalur tradisional yang melekat pada film sekuel.
Mengambil setting tiga tahun selepas Jurassic World kala para dinosaurus bebas dan hidup lepas di Isla Nublar, kini muncul sebuah ancaman baru yakni gunung di Isla Nublar yang akan segera meletus. Hal ini jelas menimbulkan beragam pendapat. Dr. Ian Malcom (Jeff Goldblum, dalam peran sebatas cameo) berarrgumen bahwa itu merupakan cara Tuhan untuk mengembalikan stabilitas ekosistem, dan manusia tak perlu ikut campur dalam masalah tersebut, membiarkan dinosaurus yang mereka ciptakan punah. Namun hal tersebut justru bersebrangan dengan Claire (Bryce Dallas Howard) yang kini seorang aktivis pembela dinosaurus. Claire merasa bersalah atas kontribusinya dalam menciptakan Indominus Rex, dan semuanya menemukan titik temu kala Sir Benjamin Lockwood (James Cromwell) mantan partner John Hammond (Richard Attenborough) meminta Claire untuk memimpin misi penyelamatan para dinosaurus, memindahkan beberapa spesies dinosaurus ke pulau kosong lain.
Hal tersebut justru membuatnya bereuni dengan Owen (Chris Pratt) sang mantan kekasih, dengan alasan Blue Velociraptor yang mana adalah generasi terakhir dinosaurus amat penting untuk di selamatkan. Disinilah misi dimulai yang justru membuat sebuah polemik besar kala sebuah pengkhianatan terjadi. Menilik dari cerita yang di bawa oleh Jurassic World: Fallen Kingdom jelas ia mengikuti jalur tradisional sebuah film sekuel, ceritanya memang kental repetisi. Tapi Jurassic World: Fallen Kingdom jelas adalah sebuah jembatan untuk memulai cerita baru. Sehingga tak salah jika cerita yang kental repetisi itu ternyata mengandung banyak bahaya. Pertama, letusan gunung berapi. Kedua, menyelamatkan para dinosaurus yang artinya membahayakan kelangsungan hidup manusia. Ketiga, proses campur tangan manusia yang "mencampuri urusan Tuhan" dan bahkan saya belum menyebut hadirnya dinosaurus baru bernama Indoraptor, spesies baru hasil ciptaan Henry Wu (B. D. Wong) dan koleganya Eli Mills (Rafe Spell).
Indoraptor jelas adalah spesies yang di rancang sebagai senjata perang, kala sinar laser di pancarkan pada satu titik, keberanian dan keganasannya tampil ruah, belum lagi kehebatannya yang tak tertandingi seperti, menembus pintu lift, membuka jendela, peka terhadap rangsangan dan lain-lain. J. A. Bayona (The Impossible, A Monster Calls) jelas punya bekal yang begitu banyak hasil dari sokongan naskah Colin Trevorrorw (Jurassic World) dan Derek Conolly (Jurassic World, Kong: Skull Island). Namun kaya naskah bukan berarti jaminan, J. A. Bayona memang lihai membangun sebuah ketegangan pun dengan jump scares yang terhitung efektif. Namun kehadiran Indoraptor jelas kurang amunisi, kala manusia di hadapkan pada bahaya dinosaurus yang jauh lebih kuat ia tak menciptakan sebuah "Dino Madness" yang sepadan. Terlampau mengikuti pakem tanpa adanya sebuah "keganasan" yang berada pada level tinggi.
Entah tak terhitung seberapa banyak jenis dinosaurus, seperti pada awal opening kita telah di bawa pada ketegangan aksi Mocasaurus. Sayang banyaknya spesies dinosaurus hanya sebatas pelengkap saja, fokus utama terletak pada Blue Velociraptor dan Indoraptor. Saya tak keberatan jika fokus utama tertuju pada dua spesies, asalkan ia menghasilkan sebuah aksi yang begitu menawan pula memorable. Jurassic World: Fallen Kingdom tak punya keduanya. Untungnya sisipan comedy yang di tebar Bayona entah itu lewat aksi Chris Pratt yang berusaha menghindar dari kejaran lava pada saat terkena bius, atau lewat tingkah polah Franklin (Justice Smith) yang turut ikut andil dalam misi turut mengocok tawa, sebuah jualan utama yang mampu membuat saya serta seisi bioskop tertawa lepas ketika kerap disuguhi aksi para dinosaurus.
Memasuki konklusi, Jurassic World: Fallen Kingdom jelas meninggalkan misi penting yang telah di bangun sedari awal, meruntuhkan apa yang berakibat menimbulkan bahaya lewat sebuah jalan pintas yang terlampau singkat dan menggampangkan. Saya mafhum betul itu adalah trik agar terciptanya sebuah jembatan penghubung ke film selanjutnya (direncanakan rilis pada 2021). Jurassic World: Fallen Kingdom memang tampil sedikit mengecewakan dari pendahulunya. Jika bukan karena CGI yang begitu hebat, Fallen Kingdom dapat runtuh begitu saja. Aksi-nya memang bakalan begitu gampang terlupakan. tapi setidaknya, Fallen Kingdom menghasilkan sebuah posibilitas menarik bagi sekuelnya, kala manusia kurang berhati-hati, terus termakan ketamakan nikmat duniawi, peradaban bisa saja kembali ke dunia pra-sejarah, bukan lain dan bukan sebab karena akibat ulah manusia itu sendiri.
SCORE : 3/5
0 Komentar