Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

CALL ME BY YOUR NAME (2017)

Cinta pertama. Menilik kalimat yang terdiri dari dua kata itu memang terasa menyenangkan sekaligus menyakitkan di saat bersamaan. Cinta pertama telah dan pasti kita alami, pada saat kita merasakan yang namanya cinta pertama kita tak tahu entah itu sebuah perasaan yang benar-benar nyata ataukah sesaat, kita ta peduli apapun itu. Gejolak hasrat yang membara untuk mencinta dan akhirnya memiliki sehingga berbagai cara pun dilakukan demi meraih atensi. Namun apakah cinta pertama selalu indah? Itulah apa yang coba di angkat oleh film ini, "Call Me by Your Name" sebuah adaptasi dari novel berjudul sama karangan André Aciman sekaligus salah satu nomine berat di ajang bergengsi, Academy Award a.ka Oscar 2018.

Kebiasaan rutin tahunan di musim panas Mr. Perlman (Michael Stuhlbarg) yang seorang professor arkeologi adalah membawa mahasiswanya untuk magang di rumahnya yang berada di pinggiran kota. Oliver (Armie Hammer) adalah mahasiswa yang beruntung kali ini. Dalam kedatangannya Oliver di sambut dengan baik oleh keluarga Perlman, mulai dari sang istri (Amira Casar) yang sering memberikan sebuah jamuan makan malam yang istimewa, hingga kamar khusus yang telah disediakan. Kedatangan Oliver awalnya mengganggu Elio (Timothée Chalamet) karena mengharuskannya untuk berbagi kamar mandi. Namun setelah momen demi momen yang mereka lalui, timbul sebuah kenyamanan akan hati berupa sebuah rasa yang dinamakan cinta.

Sedari awal film bergulir, kita telah disuguhi sebuah kredit pembuka berisi foto-foto Classical Sculpture yang kemudian ditemani iringan musik klasik.Bersetting tahun 80-an tepatnya pada tahun 1983, dengan latar kota Itali yang begitu cantik dan memanjakan mata berkat kepiawaian Sayombhu Mukdeeprom sebagai sinematografer. Setelah kredit bergulir, giliran Luca Guadagnino selaku sutradara mengejawantahkan hasil ide orsinil dari André Aciman yang kemudian dibantu sokongan dari Walter Fasano dan James Ivory. Eksekusinya memang berjalan pelan, namun perlahan tapi pasti semua tersusun begitu rapi, meski latar belakang tokoh mengenai Oliver serta aktivitasnya untuk meneliti sebuah patung Yunani tak digambarkan secara eksplisit. Nyatanya "Call Me by Your Name" masih begitu mulus tampil mengikuti ritme film.

Memang ini adalah film yang menyangkut kisah cinta sesama jenis, namun itu semua terasa relatable dengan kondisi yang pernah kita alami terkait cinta pertama. Dalam cinta pertama kita tak mengenal apa dan pada siapa, sama halnya yang terjadi pada Elio disini, ia memang tengah dekat dengan seorang gadis bernama Marzia (Eshter Garrell) begitupun Oliver yang dalam sebuah scene berdansa dengan seorang gadis lokal dan kemudian bercumbu di depan Elio. Secara tak langsung Guadagnino membuat sebuah perbandingan antar sebuah "kenyamanan" tadi, pergolakan rasa turut bermain, saling uji satu sama lain yang dilakukan guna menarik kepekaan pun tampil begitu natural.

"Call Me by Your Name" lebih tepat disebut sebuah romantika yang sensual daripada seksual, memang ada beberapa adegan intim, namun Guadagnino tak mau memfokuskan pada hal itu. Drama terkait rasa hingga kegamangan akan hati di tengah proses pencarian sebuah jati diri karakter tampil begitu mendominasi, dan itu tersaji begitu manis, turut pula di sokong oleh performa Timothée Chalamet yang penuh antusiasme dan bergerak lincah untuk menarik simpati sang pujaan hati, momen emosional pun mampu ia lakoni begitu natural terutama kala adegan ending yang begitu mengiris hati menampilkan keadaan Elio dalam balutan kamera close up. Armie Hammer mampu menjadi lawan yang sepadan bagi Elio, sikap cool dalam balutan tubuh tegapnya mampu menampilan sebuah aura kharismatik.

Dengan iringan musik dari Sufjan Stevens yang mengiringi setiap adegan kebersamaan Oliver dan Elio yang begitu terasa sense of realism-nya mulai dari bersepeda, berenang hingga tukar tatapan begitu terasa. Sebuah romantika yang tak biasa dan turut melibatkan rasa, pelajaran hingga sebuah proses penerimaan akan sebuah keadaan. Sebuah proses menerima kenyataan akan sebuah hidup yang tak sesuai dengan yang kita inginkan. Bukankah kehidupan harus tetap di jalani?

SCORE : 5/5

Posting Komentar

0 Komentar