All the Money in the World adalah sebuah bukti bahwa pengalaman
adalah guru terbaik. Ridley Scott memang membuat ulang filmnya selang
pada adegan take terakhir filmnya, menggantikan Kevin Spacey yang
awalnya memerankan J. Paul Getty dengan Christopher Plummer akibat kasus
pelecehan seksual yang menimpa nama Kevin. Dalam waktu sembilan hari,
proses filmnya berlangsung. Hal ini
sekali lagi membuktikan bahwa Scott sanggup membuat sebuah crime drama
ini sebegitu intens kala dinikmati.
J. Paul Getty (Christopher Plummer) seorang miliyarder tak bergeming, menolak tebusan uang guna membebaskan sang cucu, Paul Getty III (Charlie Plummer), teguh pada keputusannya. Berbeda dengan sang menantu, Gail (Michelle Williams) yang memohon kepada sang mertua guna menebus tebusan uang senilai $17 juta, berbagai tekanan kerap dilontarkan Gail beserta sang pengacara yang mantan seorang agen CIA, Fletcher Chase (Mark Wahlberg). Tentu pertanyaan menyeruak masuk di kepala saya mengenai sosok seorang J. Paul Getty.
Scott tak menjawab sedemikian simple perihal keengganan sang miliyarder yang menawar barang antik selama satu jam, atau berjabat tangan ketika bertemu sang cucu bak seorang rekan bisnis ketimbang memeluk hangat. Ini yang menjadi sebuah tendensi mengenai siapa sebenarnya J. Paul Getty ini? Apakah ia sosok yang kaya akan pengalaman atau hanya sebatas mertua yang tak memperdulikan sang cucu? Semuanya tak terjelaskan sedemikian detail. Scott menyerahkan kepada penonton mengenai sosoknya sendiri.
Disadur dari novel bertajuk Painfully Rich: The Outrageous Fortunes and Misfortunes of the Heirs of J. Paul Getty karya John Pearson, All the Money in the World dikemas dengan ketepatan pacing dan dinamika. Seseorang bertanya kepada Gail, seharusnya seorang ibu menangis kala anaknya diculik. Namun Gail tetap kuat berdiri tegak, melawan kecemasan pula ketakutan. Sorot mata Williams begitu intens, sempurna memerankan seorang ibu yang tangguh luar dan dalam.
Menjelang second act, Scott makin mematangkan pengalamannya dalam menggarap film. Intensitas dinaikan sembari menekankan pada sebuah drama keluarga disfungsional yang bergejolak. Intensi ikut dipermainkan, terlebih salah satu adegan yang begitu berani tampil di layar. Hal itu kian menguatkan narasi, siapa sangka cerita yang bisa diselesaikan selama 10 menit ini tampil begitu gemilang, menusuk bahkan membuncah kala bersamaan.
Christopher Plummer bermain dengan kesan intimidatif tanpa harus berlaga belagu atas kekayaan dan harta. Sementara Mark Wahlberg menjadi sebuah penengah resolusi agar semuanya tampil sesuai yang diinginkan. All the Money in the World memang bukan sebuah sajian yang kaya akan aksi, namun lebih kepada pergolakan perasaan para karakternya sembari ikut menanyakan terhadap salah satu karakternya. Apakah ada harta yang lebih berharga selain keluarga?
SCORE : 4/5
J. Paul Getty (Christopher Plummer) seorang miliyarder tak bergeming, menolak tebusan uang guna membebaskan sang cucu, Paul Getty III (Charlie Plummer), teguh pada keputusannya. Berbeda dengan sang menantu, Gail (Michelle Williams) yang memohon kepada sang mertua guna menebus tebusan uang senilai $17 juta, berbagai tekanan kerap dilontarkan Gail beserta sang pengacara yang mantan seorang agen CIA, Fletcher Chase (Mark Wahlberg). Tentu pertanyaan menyeruak masuk di kepala saya mengenai sosok seorang J. Paul Getty.
Scott tak menjawab sedemikian simple perihal keengganan sang miliyarder yang menawar barang antik selama satu jam, atau berjabat tangan ketika bertemu sang cucu bak seorang rekan bisnis ketimbang memeluk hangat. Ini yang menjadi sebuah tendensi mengenai siapa sebenarnya J. Paul Getty ini? Apakah ia sosok yang kaya akan pengalaman atau hanya sebatas mertua yang tak memperdulikan sang cucu? Semuanya tak terjelaskan sedemikian detail. Scott menyerahkan kepada penonton mengenai sosoknya sendiri.
Disadur dari novel bertajuk Painfully Rich: The Outrageous Fortunes and Misfortunes of the Heirs of J. Paul Getty karya John Pearson, All the Money in the World dikemas dengan ketepatan pacing dan dinamika. Seseorang bertanya kepada Gail, seharusnya seorang ibu menangis kala anaknya diculik. Namun Gail tetap kuat berdiri tegak, melawan kecemasan pula ketakutan. Sorot mata Williams begitu intens, sempurna memerankan seorang ibu yang tangguh luar dan dalam.
Menjelang second act, Scott makin mematangkan pengalamannya dalam menggarap film. Intensitas dinaikan sembari menekankan pada sebuah drama keluarga disfungsional yang bergejolak. Intensi ikut dipermainkan, terlebih salah satu adegan yang begitu berani tampil di layar. Hal itu kian menguatkan narasi, siapa sangka cerita yang bisa diselesaikan selama 10 menit ini tampil begitu gemilang, menusuk bahkan membuncah kala bersamaan.
Christopher Plummer bermain dengan kesan intimidatif tanpa harus berlaga belagu atas kekayaan dan harta. Sementara Mark Wahlberg menjadi sebuah penengah resolusi agar semuanya tampil sesuai yang diinginkan. All the Money in the World memang bukan sebuah sajian yang kaya akan aksi, namun lebih kepada pergolakan perasaan para karakternya sembari ikut menanyakan terhadap salah satu karakternya. Apakah ada harta yang lebih berharga selain keluarga?
SCORE : 4/5
0 Komentar