Melanjutkan
kala pencapaian sukses film pertama yang berhasil mengumpulkan sekitar
550 ribu penonton sekaligus bertengger pada jajaran film Indonesia
terlaris tahun 2016 lantas membuat Rocky Soraya sang sutradara film
sebelumnya melanjutkannya ke ranah sekuel, masih bertemakan teror dari
sebuah boneka, namun kali ini bukan Ghawiyah, melainkan Sabrina yang
kita lihat dari posternya sendiri jelas sangat terlihat begitu menyeramkan.
Prolognya masih mengikuti sang paranormal, Bu Laras (Sara Wijayanto)
yang kali ini berhadapan dengan keluarga Maira (Luna Maya) serta sang
suami, Aldo (Herjunot Ali) yang baru saja kehilangan sang buah hati
semata wayang-nya, Kayla (Shofia Shireen) dalam sebuah kecelakaan mobil.
Duka terdalam jelas terpampang nyata dalam diri Maira, atas saran sang
sahabat, Elsa (Maria Sabta) yang tak percaya akan hal mistis, Maira
memanggil arwah sang buah hati lewat medium boneka Sabrina, boneka
kesayangan Kayla. Gampang di tebak, arwah Kayla datang kembali, dan
meneror Maria sekaligus memberikan pesan terselubung di balik
kedatangannya.
Seperti yang kita lihat di filmnya yang pertama
yang terlalu mengeksploitasi jump scare serampangan serta scoring yang
terlampau berisik, Rocky Soraya kini memang sudah paham betul akan
kekurangan yang terjadi di film pertamanya. Dalam sekuelnya kali ini
memang memiliki perubahan yang cukup signifikan, terutama dalam
penggunaan jump scare yang tak terlalu di eksploitasi secara
serampangan, namun cukup tepat sasaran, meski beberapa momen sering
tampil mendadak yang sedikit mengurangi tensi cerita.
Seperti
sinopsis yang telah saya torehkan di atas, kelemahan terjadi pada naskah
rekaan Riheam Junianti dan Fajar Umbara yang terlampau terlalu bodoh.
Tak masalah jika film horor memiliki naskah yang bodoh sekalipun, namun
lain halnya pada kasus The Doll 2 yang seiring berjalannya durasi acap
kali kebodohan tampil, begitupun dengan penggunaan dialog-nya yang masih
terkesan sangat dangkal, seperti pada saat Aldo yang mengirimkan
seorang dokter spesialis kejiwaan, Dini (Mega Carefansa) pada Maira yang
bukannya mengobati, melainkan menghakimi dan menyerang halusinasi
Maira.
Luna Maya jelas adalah lakon utama film ini, ia mampu
menyatu dengan karakter Maira yang tengah di landa kehlangan yang berat,
sisi psikologis karakter mampu terpampang begitu nyata lewat raut wajah
Maira yang berkat kepiawaian sang aktris dalam mengolah tatanan rasa.
The Doll 2 jelas adalah sebuah tontonan mainstream yang cukup asik, kala
Rocky Soraya kerap membanjiri darah pada third act-nya yang berjalan
sekitar 30 menit di konklusi, memberikan sebuah nuansa mencekam
sekaligus mencekat kala tubuh dijadikan sebagai ajang tusuk-menusuk,
anggota tubuh yang terbentur keras yang ditampilkan cukup eksplisit, ini
yang membuat The Doll 2 terasa sangat asik karena mewakili nuansa liar
penonton sekaligus turut di fasilitasi oleh skoring dari Anto Hoed serta
pergerakan Asep Kalila yang menggerakan kamera begitu cepat dan tepat
guna dalam membangun nuansa chaotic. Sekuen ini pun yang membuat saya
memaafkan kekurangan di atas serta kudos untuk Rocky Soraya yang berani
tampil beda di tengah horror slasher yang jarang di jamah sekaligus di
temui di film kita.
SCORE : 3/5
0 Komentar