Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE DOLL 2 (2017)

Melanjutkan kala pencapaian sukses film pertama yang berhasil mengumpulkan sekitar 550 ribu penonton sekaligus bertengger pada jajaran film Indonesia terlaris tahun 2016 lantas membuat Rocky Soraya sang sutradara film sebelumnya melanjutkannya ke ranah sekuel, masih bertemakan teror dari sebuah boneka, namun kali ini bukan Ghawiyah, melainkan Sabrina yang kita lihat dari posternya sendiri jelas sangat terlihat begitu menyeramkan.

Prolognya masih mengikuti sang paranormal, Bu Laras (Sara Wijayanto) yang kali ini berhadapan dengan keluarga Maira (Luna Maya) serta sang suami, Aldo (Herjunot Ali) yang baru saja kehilangan sang buah hati semata wayang-nya, Kayla (Shofia Shireen) dalam sebuah kecelakaan mobil. Duka terdalam jelas terpampang nyata dalam diri Maira, atas saran sang sahabat, Elsa (Maria Sabta) yang tak percaya akan hal mistis, Maira memanggil arwah sang buah hati lewat medium boneka Sabrina, boneka kesayangan Kayla. Gampang di tebak, arwah Kayla datang kembali, dan meneror Maria sekaligus memberikan pesan terselubung di balik kedatangannya.

Seperti yang kita lihat di filmnya yang pertama yang terlalu mengeksploitasi jump scare serampangan serta scoring yang terlampau berisik, Rocky Soraya kini memang sudah paham betul akan kekurangan yang terjadi di film pertamanya. Dalam sekuelnya kali ini memang memiliki perubahan yang cukup signifikan, terutama dalam penggunaan jump scare yang tak terlalu di eksploitasi secara serampangan, namun cukup tepat sasaran, meski beberapa momen sering tampil mendadak yang sedikit mengurangi tensi cerita.

Seperti sinopsis yang telah saya torehkan di atas, kelemahan terjadi pada naskah rekaan Riheam Junianti dan Fajar Umbara yang terlampau terlalu bodoh. Tak masalah jika film horor memiliki naskah yang bodoh sekalipun, namun lain halnya pada kasus The Doll 2 yang seiring berjalannya durasi acap kali kebodohan tampil, begitupun dengan penggunaan dialog-nya yang masih terkesan sangat dangkal, seperti pada saat Aldo yang mengirimkan seorang dokter spesialis kejiwaan, Dini (Mega Carefansa) pada Maira yang bukannya mengobati, melainkan menghakimi dan menyerang halusinasi Maira.

Luna Maya jelas adalah lakon utama film ini, ia mampu menyatu dengan karakter Maira yang tengah di landa kehlangan yang berat, sisi psikologis karakter mampu terpampang begitu nyata lewat raut wajah Maira yang berkat kepiawaian sang aktris dalam mengolah tatanan rasa. The Doll 2 jelas adalah sebuah tontonan mainstream yang cukup asik, kala Rocky Soraya kerap membanjiri darah pada third act-nya yang berjalan sekitar 30 menit di konklusi, memberikan sebuah nuansa mencekam sekaligus mencekat kala tubuh dijadikan sebagai ajang tusuk-menusuk, anggota tubuh yang terbentur keras yang ditampilkan cukup eksplisit, ini yang membuat The Doll 2 terasa sangat asik karena mewakili nuansa liar penonton sekaligus turut di fasilitasi oleh skoring dari Anto Hoed serta pergerakan Asep Kalila yang menggerakan kamera begitu cepat dan tepat guna dalam membangun nuansa chaotic. Sekuen ini pun yang membuat saya memaafkan kekurangan di atas serta kudos untuk Rocky Soraya yang berani tampil beda di tengah horror slasher yang jarang di jamah sekaligus di temui di film kita.

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar