Dalam
perspektif rata-rata sebuah hubungan (meski tak semuanya) cewek memang
selalu benar, pun sebaliknya, cowok selalu salah dan bahkan biang
masalah. Cewek menghabiskan waktu berjam-jam untuk mandi dan dandan,
cowok mandi dan berpakaian secepat kilat dengan tujuan tak mau telat
berada di sebuah acara nge-date maupun ketemuan. Beragam stereotype cewek
dan cowok adalah pondasi utama film ini. Membuatnya begitu menarik
perhatian bahkan mungkin begitu menggambarkan kehidupan sang penonton
kala berpacaran. Seperti judulnya, kita terlebih dahulu menyelami sebuah
hubungan lewat sebuah sudut pandang seorang cewek.
Kelvin
(Ge Pamungkas) dan Mila (Pamela Bowie) sebentar lagi hendak melanjutkan
hubungan ke taraf yang lebih serius. Untuk menghormati hubungan yang
telah mereka jalin, maka dibuatlah sebuah video berupa vlog pre-wedding
yang mengisahkan perjalanan hubungan mereka. Sesekali penonton di bawa
mundur ke belakang guna menyelami kisah mereka yang kemudian diikuti
konflik antar keduanya berupa sebuah kesalahpahaman. Mars Met Venus
(Part Cewe) memang bak sebuah checklist yang berisi sebuah pertengkaran
demi pertengkaran selanjutnya, menyulut sebuah amarah antar keduanya
(biasanya Mila yang marah) menciptakan sebuah dinamika yang repetitif
nan melelahkan.
Ya, benar memang Mars Met Venus (Part Cewe)
tersusun atas elemen di atas selama durasi bergulir, namun itu semuanya
tak merusak sebuah esensi kala menontonnya, saya rasa Mars Met Venus
(Part Cewe) banyak mewakili tingkah polah remaja milenial dalam menjalin
sebuah hubungan. Hal tersebut membuat sebuah koneksi yang bagus,
menciptakan sebuah rasa simpati dan terikat akan karakternya sembari
mengingat kembali hubungan yang tergambar di layar yang sesekali mungkin
tergambarkan yang otomatis menyulut sebuah senyum simpul kala
menontonnya.
Momen seperti berboncengan untuk pertama kali,
merangkai kata romantis, serta menyiapkan kejutan untuk sang terkasih
memang tampil begitu manis dan tentunya mewakili sebagian besar
penonton. Sutradara Hadrah Daeng Ratu (Super Didi) yang dibantu sokongan
naskah dari Nataya Bagya piawai merangkai demi adegan per adeagan
supaya tampil begitu runut meski tuturannya sendiri bukanlah sebuah
tuturan yang pintar dalam berdialog dan bertindak, Mayoritas dialognya
sederhana pun demikian dengan pengadeganan seperti kala Mila berkumpul
bersama dua teman dekatnya Icha (Ria Ricis) dan Malia (Rani Ramadhany)
entah itu sekedar membaca kriteria cowok lewat sebuah zodiac.
Sukses tampil manis, Mars Met Venus (Part Cewe) pun mampu melakoni
paparan comedy kian mulus untuk tersaji. Pamela Bowie menghidupkan
karakter Mila begitu sangat mewadahi, Mila yang sensitif dan posesif,
yang kala mendapat sebuah kesenangan atau bahagia seolah lupa diri,
berloncat-loncat ria atau sebaliknya menciptakan sebuah transisi yang
terhitung mulus. Ge tampil begitu meyakinkan disini, ragam kekonyolan
serta sosok lelaki yang dipusingkan akan sebuah cinta, sesekali tampil
menggelikan (in a good way) dialog seperti "sate padang" adalah comic
timing comedy yang pas berkat kepiawain Ge dalam berkelakar. Kedua
karakter yang menjadi pondasi utama ini tampil begitu myakinkan, pula
mudah di sukai, memangun sebuah chemistry yang saling berlawanan namun
asik untuk disimak.
Memang semua adegan terkesan lebay dan
dibuat-buat, tapi bukannya ketika kita menjalin sebuah hubungan bersama
pasangan acap kali kita bertingkah aneh dan lebay? Lebay berarti lebih.
Dan Mars Met Venus (Part Cewe) memang lebih asik, lebih mengibur dan
tentunya lebih untuk disukai meski paparan terkait konflik begitu
melelahkan tanpa adanya sebuah intensitas. Namun pesannya tersampaikan
secara mulus, mengundang tawa, pun mengundang haru dan kesan damai kala
kita bertengkar, ingatlah momen bersama orang terkasih, ingat kebaikan
serta perjuangannya. Saya pernah merasakan itu, dan seperti filmnya,
Mars Met Venus (Part Cewe) akan selalu diingat, bahkan dalam jangka
panjang sekalipun.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar