Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

ONE FINE DAY (2017)


Harus diakui, One Fine Day garapan sutradara juga penulis naskah yang terlebih dahulu menukangi London Love Story dan Promise masih terjebak pada pola serta tutur yang sama, menampilkan muda-mudi yang berada di negeri orang, berbicara bahasa Indonesia dan merajut kasih disana. Tak peduli seberapa klise film ini dibuat, toh filmnya masih mampu meraup pangsa penonton yang begitu masif, terutama bagi kalangan remaja yang haus akan tontonan dramatis plus dimainkan oleh idola remaja dengan paras cantik nan rupawan yang tengah digandungi, yang mampu membuat penonton remaja berteriak histeris sembari bercucuran air mata. Sayangnya, saya bukan termasuk tipikal penonton seperti itu.

Setelah London, yang menjadi setting luar negeri produksi Screenplay Film, kini bagian Barcelona, dimana kita dipertemukan dengan Mahesa (Jefri Nichol) pemuda yang luntang-lantung sekaligus musisi amatir yang berusaha bertahan hidup dengan memeras wanita yang dipacarinya, hanya dengan modal paras rupawan. Bertemu dengan Alana (Michelle Ziudith) yang akan menjadi target berikutnya. Mudah saja Alana untuk jatuh hati pada Mahesa, terlebih jika menilik sang kekasih, Danu (Maxime Bouttier) yang terlalu posesif padanya, bahkan kemanapun Alana di ikuti oleh bodyguard suruhan Danu, Pak Abdi (Surya Saputra). Pun serupa dengan pola yang terlampau di eksploitasi, Mahesa jatuh cinta pada Alana. Konflik si kaya dan si miskin dalam balutan cinta segitiga pun dimulai!.


Ya, sesederhana itu konfliknya, tak ada yang benar-benar baru dari film ini. Walaupun demikian, sebuah modifikasi yang dilakukan oleh Asep Kusdinar serta Tisa TS dalam segi penulisan dialog perlu untuk di apresiasi. Setidaknya, mengurangi dialog yang bernada tampil (sok) puitis. Meski sesekali muncul semua itu dapat di tolerir. Juga ajang dimana mengendarai mobil mewah atau berada pada sebuah tempat yang mewah kini tak dijadikan sebagai pondasi cerita, melainkan sebagai pelengkap. Senang rasanya kala melihat duo Jefri-Michelle saling bertukar rasa lewat ungkapan bahasa wajah, entah itu sekedar senyum simpul maupun candaan sebagai pengisi perbincangan.


Harus diakui, One Fine Day adalah karya terbaik Screenplay Film sejauh ini jika dibandingkan film sebelumnya, narasinya berjalan cukup rapi ditengah cerita yang klise dan bahkan sering di eksploitasi ini. Tak ada twist selaku ciri khas Screenplay Film yang terlampau dibuat-buat, dan bahkan disini twist pun terkesan bisa di terima meskipun bukanlah sebuah daya kejut yang pintar. Michelle Ziudith memang kerap tampil dan lihai dalam urusan dramatisasi, dan untuk karakter Alana, saya rasa karakternya begitu pasif, tak ada sebuah kemajuan selain memamerkan keahliannya dalam mengaduk-aduk hati para remaja. Jefri Nichol masih betah bermain peran bad boy yang mempunyai hati. Sangat disayangkan memang dua aktris berbakat ini terjebak pada karakterisasi yang sama, please beri mereka peran yang menantang!.


Ditemani lagu latin seperti Te Ami Mi Amor dan Vamos De Fiesta yang beraliran tropical yang membuat penonton tak kuasa untuk menghentakan kaki, membuat One Fine Day terasa nyaman untuk di ikuti, tentunya dengan menghiraukan aspek di atas dan tak terlalu berekspetasi tinggi, niscaya anda akan menemukan sebuah hiburan yang cukup untuk memanjakan mata dan telinga, meski harus di tekankan sekali lagi ini bukanlah film yang baru, namun terasa asik untuk melepas penat.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar