Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MEREKA YANG TAK TERLIHAT (2017)



Ketimbang menjadikan sosok hantu sebagai sebuah ancaman bagi karakternya, Mereka Yang Tak Terlihat menjadikan sosok hantu sebagai objek elaborasi untuk karakternya yang perlahan-lahan belajar dari kemampuan yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Benar memang film ini dikenal khalayak ramaI berkat pencapaiannya mendapatkan rekor MURI sebagai film horor dengan jumlah makhluk astral terbanyak yakni 67 pemeran hantu, koreksi jika tulisan ini salah, alih-alih sebagi film horor terbaik Billy Christian (Kampung Zombie, Rumah Malaikat, Petak Umpet Minako) sejauh ini.

Mengetengahkan kisah coming-of-age mengenai seorang gadis bernama Saras (Estelle Linden) yang sedari kecil sudah mendapati dirinya bisa melihat dan merasakan makhluk ghaib, tepatnya setelah kematian sang nenek. Meski awalnya ketakutan, perlahan Saras mulai terbiasa dengan keadaan tersebut, mencoba berkomunikasi bahkan menolong mereka yang meminta bantuan di tengah kehidupannya bersama sang adik, Laras (Bianca Hello) juga sang ibu (Sophia Latjuba) yang banting setir menghidupi kedua puterinya seorang diri dengan hasil berjualan kue.

Melihat track-record Billy Christian sebelumnya, jelas Mereka Yang Tak Terlihat adalah sebuah lonjakan kualitas dari seorang Billy Christian yang turut merangkap sebagi penulis naskah bersama Estelle Linden. Mengurangi jump scare yang asal kena serta scoring berisik ia tinggalkan disini, mencoba bermain dengan sebuah karakterisasi ynag turut dilakukan dengan baik berkat kepiawaian Estelle Linden dalam olah rasa, menyalurkan emosi berupa rasa takut, amarah juga tertekan dan mencoba tenang begitu mulus tersampaikan. Alhasil menjadikan filmnya begitu klop, saling mengisi satu sama lain.

Sejatinya, Mereka Yang Tak Terlihat tersusun atas tiga fragmen kisah personal karakter, mulai dari persahabatan Sara ketika duduk di bangku SMP dengan seorang bocah laki-laki, kejadian seorang siswa bernama Dinda (Frislly Herlind) seorang korban bullying yang inginb menyampaikan sebuah pesan kepada sang ibu (Dayu Wijanto) serta tentunya kehidupan Saras bersama keluarga yang mana menjadi poin penting bagi filmnya menyalurkan kisah horor sembari diisi drama keluarga yang tentunya relatable bagi sebagian penontonnya.

Kala fragmen satu berjalan seolah luapan curhat belaka karena telah dijelaskan sedari awal, fragmen kedua meningkat kapaitasnya berkat kehadiran Dayu Wijanto yang menyalurkan wujud berupa kasih sayang seorang ibu ditengah keterpurukannya kehilangan sang anak tercinta, meski isu mengenai bullying sendiri begitu standar dipaparkan. Fragmen ketiga untungnya berjalan cukup baik meyoroti masalah personal Saras bersama keluarganya yang tak harmonis, emosi serta kengerian ditekankan dan mampu menciptakan sebuah konklusi yang baik mengikuti epilog pertama film ini jikalau tanpa kehadiran sebuah twist yang dipaksa masuk demi menyulut rasa haru penontonnya yang sekali lagi terasa dipaksakan.

Meskipun demikian, film ini tampil begitu meyakinkan menyibak sisi kelam dunia, hal sederhana seperti penggunaan tuyul sebagai penglaris bakso yang mungkin saja terjadi di masa sekarang atau tuturan kisahnya sendiri yang tergolong rapi sedari awak tanpa kehilangan sebuah tensi meskipun sebenarnya Mereka Yang Tak Terlihat mempunyai cacat sana-sini.

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar