Diangkat
dari sebuah forum Kaskus yang pada saat itu sukses membuat para pembaca
ketakutan berkat hasil tulisan yang diilhami dari kisah Bonaventura D
Genta berdasarkan pengalaman nyata kala bekerja disebuah perusahaan
bernama Pandawa yang kala itu pindah ke sebuah bangunan baru di
Yogyakarta. Genta menorehkan pengalaman mistisnya mendengar dan melihat penampakan
makhluk tak kasat mata. Kali ini bukan lewat media tulisan melainkan
sebuah layar, di tukangi oleh Hedy Suryawan (Rock N Love) Keluarga Tak
Kasat Mata tak lebih dari sekedar film horor dengan kualitas tak kasat
mata.
Saya tak salah menyebut kualitas filmnya tak kasat mata, karena sedari awal cerita menyoroti satu keluarga yang tiba-tiba mati mengenaskan lewat penceritaan narasi Genta (Deva Mahenra) ia tak mempunyai satu kesatuan yang kokoh, tak jelas adanya akibat mereka mati mengenaskan. Saya bersabar mengamati layar, membiarkan setumpuk pertanyaan mengganggu pikiran saya akan terjawab oleh Hedy Suryawan kala memasuki ranah elaborasi. Namun sayang, saya harus berapa kali menelan ludah, menghitung ludah yang tak kasat mata menanti Hedy Suryawan menyajikan sebuah ketakutan sama seperti kala saya membaca ceritanya. Sekali lagi, saya harus menelan kecewa, karena kualitas Keluarga Tak Kasat Mata memang "tak kasat mata" sama sekali tak terlihat.
Film horror memang terkenal dengan penampakan hantunya, itulah esensi utama kala menyaksikan film horror. Saya begitu terkejut kala Hedy Suryawan gemar memasang penampakan hantu menutupi layar, bak seorang wanita yang tiap kali selfie, atau seorang ABG yang hobi berpose ria menggunakan photo bomb. Bukannya ketakutan, saya ingin sekali tertawa lepas, lebih dari Bebek (Kemal Palevi) sebagai comic relief guna pemancing tawa, merengek ketakutan atau bertindak konyol yang sama sekali tidaklah lucu, justru sang hantu lah yang lucu, menakuti bak berselfi sembari berpose layaknya berada di photo bomb.
Kala penampakan menutupi layar beraksi, dentuman musik pemecah gendang telinga turut beraksi menghasilkan sebuah kekacauan tak kasat mata yang tak tertandingi. Saya berterima kasih kepada Joko Anwar yang membuat set baru bagi perfilman lokal, meskipun Pengabdi Setan tak di buat oleh Joko Anwar, Keluarga Tak Kasat Mata jelas masih tetap film jelek. Sangat jelek. Keserampangan bukan hanya menyelimuti teknik jump scare melainkan pengadeganan serta tone bahkan pace filmnya yang kacau balau, seolah tak melalui proses editing. Maka, janganlah aneh kala menyaksikan tokohnya yang tiba-tiba berada di tempat lain, atau Andrea (Wizzy) yang tiba-tiba kerasukan di toilet, padahal sebelumnya ia tengah berada di depan laptop.
Kurangnya elaborasi terkait misteri menjadi faktor utama. Setidaknya naskah buatan trio Lele Laila, Evelyn Afnila, dan Bonaventura D Genta berusaha keras merajut cerita yang kemudian bak benang kusut kala diejawantahkan ke layar oleh Hedy Suryawan. Saya bukanlah Genta maupun Rudi (Ganindra Bimo) yang bisa merasakan keberadaan hantu lewat sebuah ambiguitas atau lewat mimpi, bukan pula Rere (Aura Kasih) yang mempunyai keahlian paranormal yang menolong orang dan ketakutan ketika di datangi hantu. Saya hanyalah penonton yang membutuhkan elaborasi terkait cerita.
Aneh memang kala mendapati film horror justru memancing tawa ketimbang takut. Keluarga Tak Kasat Mata adalah film dengan kualitas yang jauh dari standar, tak kasat mata. Sama seperti judulnya. Kurangnya elaborasi serta malasnya naskah membuat filmnya nihil akan daya pun demikian dengan cekam. Sekali lagi, Keluarga Tak Kasat Mata adalah film dengan kualitas yang Tak Kasat Mata.
SCORE : 0.5/5
0 Komentar