Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MATA BATIN (2017)

Penggunaan "keahlian khusus" berupa melihat makhluk tak kasat mata ataupun makhluk yang tak terlihat memang masih menjadi sebuah premis yang kerap dieksplorasi dan dieksploitasi oleh para sineas tanah air yang kemudian menjadi sebuah primadona tersendiri bagi film horor kita. Tengok judul seperti Danur: I Can See Ghosts yang di dominasi jump scare serta scoring serampangan, Mereka Yang Tak Terlihat yang mengetengahkan drama horor serta Keluarga Tak Kasat Mata yang mempunyai kualitas serupa judulnya. Mata Batin tampil berkat kesuksesan dwilogi The Doll garapan sutradara Rock Soraya.

Alia (Jessica Mila) yang merantau di Thailand bersama sang kekasih, Davin (Denny Sumargo) terpaksa kembali pulang ke tanah air akibat sebuah kecelakaan lalu lintas yang menimpa orang tuanya dan kemudian memilih untuk merawat sang adik, Abel (Bianca Hello). Karena rumah yang ditempati mereka milik perusahaan sang ayah, Alia terpaksa membawa sang adik kembali ke rumah lama mereka yang mana disambut dengan begitu dingin oleh Abel. Bukan tanpa alasan, rumah itu menjadi saksi kala makhluk ghaib menyerang Abel yang menimbulkan dampak traumatis tersendiri. Abel sedari kecil memang telah dianugerahi kemampun melihat mereka yang tak terlihat, tak percaya dengan anggapan sang adik Alia nekat menemui Windu (Citra Prima) seorang parapsikolog untuk membuka mata batinnya,. Tak perlu waktu lama untuk Alia merasakan apa yang serupa menimpa Abel.

Berkaca pada dwilogi The Doll yang menghantarkan Rocky Soraya untuk mengulang apa yang ia gunakan di karya sebelumnya yang lebih mengedepankan sentuhan slasher yang mana satu tusukan pisau takan membuat korban merenggut nyawa juga kehadiran penulis langgananya di film sebelumnya, Riheam Junianti dan Fajar Umbara. Bagi sebagian penonton jelas akan menikmati bahkan menyukai film ini, namun bagi saya sendiri mayoritas film ini bak kehilangan daya pikatnya kala sekuen demi sekuen diisi lewat jump scare dengan sentuhan slasher yang mana membuat filmnya terkesan repetitif.

Seperti yang telah saya singgung diatas, keinginan Rocky Soraya untuk mengulang kesuksesan film pertamanya penuh akan ambisi hingga membuat filmnya bak sebuah carbon copy karya sebelumnya termasuk kehadiran sebuah twist yang masih sama dengan tujuan memunculkan shock value bagi penontonnya yang sayang sekali menurut saya kurang mengena. Kegemaran Rocky Soraya mengeber suara berisik berupa samberan petir pun turut melelahkan. Memang jika film terdahulu kehadiran petir adalah sebuah pertanada akan terjadi marabahaya, namun sekali lagi kala tempo itu digunakan terlalu seiring jelas sekali memunculkan sebuah kebosanan dan kesan repetisi yang begitu melelahkan.

Sineas horor Indonesia (meski tak semuanya) sering mengartikan bahwa penampakan hantu dengan wajah rusak melambangkan keseraman, pun demikian dengan Rocky Soraya di film ini. Masih terjebak pada pola klise yang turut diperparah oleh naskahnya yang terlampau tipis menjabarkan konfliknya, memang tak butuh naskah yang kuat untuk menggarap film horor, namun dibalik tipisnya naskah semuanya urung tampil solid. Beberapa jump scare mampu tampil efektif, sebut saja penggunaan sosok makhluk yang diselimuti oleh kain yang mana ini sendiri bukanlah gaya Rocky dan terlebih taktik ini pun telah lebih dahulu digunakan oleh Joko Anwar di Pengabdi Setan.

Serupa karya Hitmaker Studios pada umumnya, tata artistik Mata Batin begitu nyaman untuk dilihat mewadahi filmnya. Pun semuanya tak lepas dari kinerja Jessica Mila yang keluar dari comfort zone karakter yang ia mainkan yang mulus terlaksana di film ini, sebuah bukti nyata bahwa sang aktris perlu diberi peran yang menantang untuk kedepannya setelah rentetan karakter yang ia mainkan sedari film Pacarku Anak Koruptor. Mata Batin bukanlah sebuah karya yang terbilang gagal, melainkan bak kurang daya hingga repetisi pun keraap dilakukan yang mana membuat filmnya terkesan klise.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar