Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK (2017)

Sambut Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak yang dikirim sebagai perwakilan Indonesia dalam nominasi "Best Foreign Film" di ajang bergengsi Oscar. Tak salah keputusan Christine Hakim selaku ketua mengirim film ini yang dijuluki sebagai Satay Western oleh kritikus perfilman ternama internasional juga kesempatan Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak melanglang buana dalam berbagai festival mengukuhkan hal itu. Inilah sebuah nafas baru di tengah perfilman Indonesia yang kerap dicibir dan bahkan dianggap sebelah mata oleh beberapa kalangan.

Orang dibalik terciptanya Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak adalah Mouly Surya (fiksi., Don't Talk Love) yang berdasar atas pengalaman nyata Garin Nugroho saat menyaksikan pemenggalan di Sumba, naskah garapan Mouly bersama Rama Adi menempatkan seorang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang tengah berada dalam ancaman perampok. Sang pemimpin, Markus (Egi Fedly) mendatangi Marlina, mengutarakan maksud kedatangannya untuk merampok sekaligus memperkosa Marlina. Sebelumnya, Marlina diancam haknya, sang perampok meminta Marlina dimasakan sup ayam, sementara di pojok ruangan mayat suami Marlina menjadi saksi. Sejenak hilangkan setting perampokan, maka kita akan mendapat gambaran bahwa "wanita adalah pelayan lelaki".

Ucapan Markus kepada Marlina bahwa ia adalah wanita beruntung bisa ditiduri delapan pria sekaligus begitu menusuk. Sebab kalimat bernada serupa kerap berseliweran di sekitar kita bahwa keberhasilan seorang wanita hanya diukur dari bagaimana ia didapatkan (atau mendapatkan) pria, Marlina hanya bisa diam menuruti perlakuan mereka sembari menatap mayat sang suami, protagonis wanita kita ini sendiri tanpa pelindung bernama pria. Namun, Marlina bukanlah wanita lemah, ia tak tinggal diam, mengeksekusi para perampok dan bahkan tak segan memenggal kepala salah satu perampok. Inilah akhir cerita babak pertama, The Robbery.

Sesuai judulnya film ini tersusun atas empat babak: The Robbery, The Journey, The Confession, The Birth. Keempat babak tersebuk saling bersinggungan satu sama lain menjauhkan kesan filmnya dari kesan tambal sulam. Marlina membawa kepala sang perampok sebagai bukti bahwa ia dirampok dan bahkan diperkosa kepada sang polisi. Ditemani lanskap gersang pemandangan Sumba, bidikan kamera Yunus Pasolang begitu berjasa, diiringi petikan gitar hasil gubahan musik dari Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani yang juga memberikan sebuah cue kala masuk ke ranah komedi gelap. Serupa film garapan Mouly sebelumnya, Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak pun tak kalah mampu menyentil bahkan menampar isu sosial yang jika ditilik dari kacamata patriarki begitu kentara, dan mungkin terjadi sampai sekarang.

Sebutlah kritik mengenai kinerja para aparat serta respon publik yang kerap mencibir korban pemerkosaan. Malah dalam satu kesempatan, salah satu perampok bernama Frans (Yoga Pratama) mengutuk Marlina dengan panggilan "Si Pembunuh" seolah lupa akan siapa pembunuh sebenarnya. Mouly membungkus pesan feminisme dengan begitu kuat, turut hadir juga kisah seorang wanita (diperankan Dea Panendra) yang sedang hamil tua, memasuki bulan kesepuluh, yang kerap disalahkan sang suami (Indra Birowo) akan kandungannya.

Ditengah suasana suram yang dibangun oleh Mouly, penyutradaraannya pun kerap menambah unsur komedi yang mampu menggelitik berupa sentilan komedi hitam yang turut menyiratkan pesan. Dengan demikian, Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak tak lepas dari kinerja Marsha Timothy yang kembali mengukuhkan kapasitasnya sebagai aktris multitalenta, sang aktris piawai menyuntikkan emosi namun jarang meluapkannya, ekspresi wajahnya nampak terbebani, namun tindakannya tanpa keraguan. Serupa dengan hal itu, Mouly Surya turut berjasa besar, menghadirkan sebuah tontonan dengan nafas segar namun mampu menyampaikan sebuah pesan yang tersirat maupun tersurat begitu mulus. Konklusinya menjawab semuanya sempurna memaparkan sebuah "kelahiran kembali" sembari menunjukan kekuatan tersebar seorang wanita.

SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar