Hantu
Jeruk Purut Reborn mengikuti tren filmmaker masa kini dengan mendaur
ulang film pendahulunya yang nyaris tak perlu lagi di buat. Saya paham
betul di buatnya film ini semata-mata demi meraup segi finansial belaka
di tengah gempuran film horor yang kian merebak menunjukkan taringnya,
maka tak salah jika film ini unjuk gigi, meski di lihat dari sub judul
serta sinopsis yang pertama kali di publish sangat jauh dari kesan
menarik, begitu pula perasaan saya setelah selesai menyaksikan film ini.
Seringkali tokoh dalam film horor berbuat bodoh, itupun yang terjadi
pada film ini ketika Denish (Aji Alfarent) yang tengah berada di kuburan
kencing sembarangan kala mengantar ayah dari Jenny (Sheila Marcia) ke
peristirahatan terakhir. Gampang di tebak, pola berikutnya adalah Denish
beserta Farah (Savira Aulia) di ikuti sosok makhluk gaib berbentuk
hantu pastur dengan kepala buntung. Dimulailah teror dari sang hantu
yang di ikuti dengan skoring berisik serta penampakan hantu sebanyak
mungkin demi menakuti penonton.
Opening-nya mengingatkan saya
pada film Pengabdi Setan (1980) garapan Sisworo Gautama Putra kala
lantunan bacaan Yasiin di lantunkan ketika adegan penguburan jenazah
ayah Jenny. Jika Pengabdi Setan (1980) menampilkan sebuah paranoia
setelah adegan pemakaman, maka Hantu Jeruk Purut Reborn pun ingin
mengikuti langkah tersebut dengan menampilkan adegan Jenny yang
kesurupan serta ingin mencekik sang ibu, saya bukannya takut mendapati
adegan tersebut, melainkan ingin tertawa begitu keras melihat Sheila
Marcia beradegan kesurupan dengan modal mata melotot dengan rambut di
gibas-gibas yang gibasannya pun melebihi iklan shampo sekalipun, nyaris
tak ada keseraman yang mengundang melainkan tawa yang ingin begitu di
lepaskan sebebas-bebasnya.
Koya Pagayo a.ka Ian Jacobs a.ka
Nayato Fio Nuala memang gemar menggedor penonton dengan skoring berisik
serta penampakan yang jauh dari kesan seram, lebih dari tiga kali saya
melihat penampakan hantu pastur kepala buntung layaknya orang yang pakai
kostum, serta kegemaran sang hantu yang kerap melempar kepala guna
mengagetkan penonton dengan polesan seadanya menggunakan visuall effect
dari komputer yang jauh lebih di bawah di banding sinetron kolosal yang
tayang di tv swasta. Ketika hantu muncul melempar kepala rasanya saya
ingin menendang kepala tersebut sejauh-jauhnya melebihi tendangan pisang
khas Ronaldo.
Adegan per adegan di isi oleh tingkah bodoh para
karakter guna terbebas dari teror sang hantu, hingga akhirnya mereka
menemui Airin (Angie Virgin) yang lebih tahu bagaimana keluar dari semua
kutukan dan teror sang hantu, berkali-kali mereka nekat pergi ke
kuburan, hantu muncul, mereka pun lari ketakutan. Begitupun pola yang
terjadi seterusnya. Koya Pagayo memang tak mau ambil pusing karena ia
telah di landa kepusingan membuat sang hantu melempar kepala kepada
calon korban. Saya mengerti, Koya Pagayo butuh sekali miuman isotonik
bernama misone guna membangkitkan semangat, karena lokasi shooting
terlalu jauh misone pun sulit untuk di dapat.
Menuju konklusi
film urung untuk tampil memukau, konklusi dadakan pun di lakukan guna
mempercepat durasi, setidaknya itu yang di inginkan om Koya karena
kekurangan misone maupun air mineral merek aqyua. Ada niatan untuk
membuat adegan dramatis, namun urung terlaksana akibat durasi yang sudah
mulai habis, sehabis dahaga om Koya ketika menggarap film ini. So, #ADAAQYUA?
SCORE : 0.5/5
0 Komentar