Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GASING TENGKORAK (2017)

Gasing Tengkorak mengangkat salah satu fenomena yang berasal dari Minang, yakni Gasing Tengkurak yang mana adalah sebuah ilmu untuk membunuh orang, sangat menarik memang jika kita menilik pada premis yang di usung. Namun nyatanya sekali lagi harus kita terapkan bahwa biasanya "ekspetasi enggan untuk berjalan beriringan dengan realita", Gasing Tengkorak pun demikian.

Menandai ini adalah film terakhir yang di garap oleh Jose Poernomo (Jailangkung, Ruqyah: The Exorcism) pada tahun lalu, Gasing Tengkorak bercerita mengenai Veronica (Nikita Willy) seorang diva yang mengasingkan diri pasca pingsan di tengah-tengah konser. Hendak ingin beristirahat dan menenangkan diri di tengah jadwal tour yang padat, Veronica justru mendapati dirinya di serang bahkan di teror oleh sesosok makhluk berwujud wanita yang membawa gasing juga sesosok hantu anak kecil berkepala tengkorak. Malang nian nasibmu my dear.

Anda tentu menunggu aksi teror dari sang hantu bukan? begitupun sama halnya kala kita menonton film horor, sebelumnya anda harus bersabar selama 30 menit lamanya, karena sebelum teror di mulai, anda akan menyaksikan extended version with Nikita Willy sekaligus iklan sebuah rumah yang maha luas, dengan balkon yang besar, kolam renang nyaman dan aman sekaligus lapangan basket. Belum lagi di belakang rumah terdapat pemandangan dengan kebun teh yang maha luas sekalipun, yang bahkan jika saya ingin membeli pun rasanya tak sanggup dengan modal hanya isi dompet, di tambah lagi kita menyaksikan Nikita Willy yang tengah bernyanyi ala Krisyanto dalam lagu Putri, bermain PlayStation VR bahkan berlenggak-lenggok memakai wig sekalipun, maka, nikmat mana yang kamu dustakan?

Namun, ini adalah film horor, dan tentunya bukan iklan rumah yang tak mampu saya beli. Gasing Tengkorak justru menyalahi rule, seperti yang saya telah singgung di atas, Gasing Tengkorak adalah ilmu membunuh orang, dan seperti yang telah di tampilkan di opening (sekaligus dalam mantra) ketika gasing terhenti, nyawa korban pun terhenti. Namun fakta di lapangan adalah sebaliknya, nyawa Vero tak kunjung terhenti sesuai yang penonton inginkan, eeh... maaf saya melantur, maksud saya nyawa sang hantu perempuan.

Niat Jose Poernomo serta sang penulis naskah Baskoro Adi Wuryanto memang mulia, yakni menghadirkan sebuah ledakan berupa twist, namun bukannya sebuah twist yang mampu membuat tertegun penontonnya, melainkan sebuah twist yang justru menyalahi aturan bahkan mengkhianati apa yang telah susah payah di bangun lebih awal, alhasil apa yang saya rasakan ketika film berakhir adalah perasaan hampa sekaligus kosong.

Ada sebuah niatan dalam menciptakan sebuah ketegangan yang berujung pada ranah tipu muslihat yang mencoba mengoles mengenai sebuah disorder, perlu di tekankan, ini adalah film horor! bukannya saya melarang penggunaan twist melainkan ini sama sekali tak ada hubungannya. Nikita Willy yang memulai debutnya bermain dalam genre horor tak tergolong buruk ketika bermain melalui ranah ekspresi dan ketakutan, begitupun nilai plus mampu disematkan kala pembangunan jump scare begitu meyakinkan, meski kemudian harus di rusak kala scoring berisik serta teror berbasis hentakan merusaknya secara sekaligus.

SCORE : 1/5

Posting Komentar

0 Komentar