Setiap
yang ada di dunia pasti semuanya terlahir berpasangan, siang dan malam,
datang dan pergi begitupun dengan memiliki dan kehilangan, semua telah
menjadi rumus mutlak yang pasti akan terjadi dan datang silih berganti
pada kehidupan kita, hanya satu yang harus kita lakukan yakni bersabar
serta berusaha dan percaya bahwa rencana Sang Illahi akan datang pada
diri kita dan membuat kita tersenyum
sembari ditemani air mata kebahagiaan. Itu yang menjadi dasar ide
dibuatnya Dear Maya garapan sang sutradara, Sunaina Bhatnagar yang turut
serta merangkap sebagai penulis naskah. Dear Maya sebuah proses
realisasi kehidupan yang datang secara tak sengaja.
Ira
(Shreya Chaudhary) dan Ana (Madiha Imam) adalah dua orang sahabat dekat
yang juga bersekolah di Shimla, meea seringkali melakukan hal secara
bersama-sama hingga bercerita dan membahas apapun berdua sembari
menginap bersama. Suatu hari, mereka tertarik untuk menulis sebuah surat
cinta kepada Maya (Manisha Koirala) seorang wanita yang mengurung diri
di rumah besarnya dan tak bersosialisasi layaknya orang seperti biasa.
Ditemani sang burung dan anjing peliharaannya, Maya perlahan membuka
surat cinta yang ia terima dari seorang lelaki yang menurutnya masih
mencintainya. Maya kemudian hendak menjual rumahnya dan menemukan sang
lelaki pujaan yang sering berkomunikasi dengannya lewat secarik kertas
penyemangat jiwa. Hal itu yang kemudian membuat Ira dan Ana dirundung
masalah terkait semua hal yang memang bisa saja membahayakan keselamatan
Maya dibalik fakta sebenarnya yang mereka tahu.
Setelah
kamu membaca sinopsis diatas, memang lembaran kertas yang dibuat oleh
Sunaina Bhatnagar mempunyai kisah ang bisa dibilang tipis terkait sebuah
misi "iseng" yang kemudian dianggap "sebaliknya". Bisa saja lembaran
yang kemudian ia visualisasikan ke sebuah motion picture ini tampil
'tipis" sesuai naskah. Namun Bhatnagar rupanya mampu membuat sebuah
sajian simple nan tipis ini terasa "padat". Bagaimana cara ia bermain
dengan plot memang harus diakui tampil prima dibalik nuansa terang dan
gelap yang kerap tampil lalu lalang. Ditemani dengan nuansa itu pun
myang membuat karakter terasa semakin klop dengan cerita, Ana dan Ira
adalah gambaran seorang remaja milenial yang kerap tampil labil,
sedangkan Maya adalah seorang wanita paruh baya yang jika kamu liat dari
sorotan matanya mengembam masalah yang tak ringan, ditemani "loonlines"
yang kerap melandanya Maya adalah wanita yang haus akan kata "bahagia"
dan itu ia temukan dari lembaran secarik kertas yang ia baca dengan
sepenuh hati, yang kemudian menjadi sebuah titik terang akan semua
kehidupannya.
Dan itu tak lepas dari kinerja para cast,
Manisha Koirala di debut comeback-nya mampu membuat karakter Maya kian
tampil prima ditengah semua beban berat yang ditanggungnya begitupun
dengan Shreya Chaudhary dan Madiha Imam yang mampu menjadi lawan sepadan
beda pemikiran dan generasi ini kerap saling tarik-menarik. Tentunya
bukan tanpa alasan mengapa Maya seperti ini, Bhatnagar mampu menguatkan
sokongan cerita terkait latar belakang Maya, dan kemudian turut
menyinggung semua itu lewat dua karakter yang saling terkait akan sebuah
koneksi. Misi konflik dan sebuah pencarian dan pengejaran Maya yang
lari menemukan sang pujaan hati ke Delhi tampil dibuat sangat menarik
lewat balutan aksi terkait "what the meaning of life" ini terasa tampil
prima.
Ditemani iringan musik dari Anupam Roy yang mampu
mewakili situasi dari pengadeganan lewat bidikan kamera Sayak
Bhattacarya menjadkan Dear Maya sebuah sajian terkait kehidupan yang
memang terasa mumpuni yang juga turut mengaitkannya lewat sebuah
keyakinan serta hasrat keinginan hati yang percaya akan sebuah kehidupan
yang lebih baik, lewat Dear Maya pula kamu akan menemukan setumpuk
"pelajaran" tanpa harus terkesan menggurui. Sebuah film yang brilliant
dibalik semua kesederhanaannya.
SCORE : 4/5
0 Komentar