Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

IRADA (2017)

Begitu banyak cara untuk membuat sebuah peringatan terhadap sesuatu hal, lewat media film salah satunya, dan disini "Irada" selaku film yang mencoba mendeskripsikan sebuah kejadian guna mengajak penonton untuk sekedar merenungkan atau bisa juga mengkritisi salah satu pihak mencoba untuk menyuarakan bahwa apa yang ditampilkan disini memang sangat "disturbing". Irada sebuah film yang bagaikan sebuah iklan layanan masyarakat.

Riya Walia (Rumana Molli) adalah seorang puteri dari mantan seorang tentara Parabjeet Walia (Naseeruddin Shah). Dibawah pelatihan dari sang ayah, Riya yang bertekad ingin menjadi seorang atlet renang berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citanya, salah satunya dengan melatih kemampuan renangnya disebuah sungai di dekat rumah, namun naas, air sungai yang biasa ia pakai latihan terkena unsur karsinogenik yang menyebabkan Riya harus mengidap penyakit kanker kulit yang kemudian merenggut nyawanya, tak terima akan hal itu, sang ayah kemudian membalaskan dendamnya kepada seorang konglomerat bisnis, Paddy F Sharma (Sharad Kelkar) yang kemudian melibatkan beberapa pihak lain yang mengalami hal serupa dengannya, salah satunya seorang wartawan wanita bernama Maya Singh (Sagarika Ghatge) yang kehilangan kekasihnya akibat diculik karena mempunyai file yang dapat membahayakan orang yang bertanggung jawab atas semuanya.

Berbicara mengenai cerita dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang paling mendasar adalah "pencemaran air" yang dilakukan oleh satu pihak yang kemudian menyerempet membahayakan pihak lain, dan disini Apaarna Singh sebagai sutradara mencoba menampilkan karakter yang "telah dirugikan" atas pencemaran tadi, tentunya terkait hilangnya nyawa seorang yang terkasih. Mudah saja bagi Apaarna Singh untuk membuat sebuah konflik, ya ia menggunakan hal yang sangat klasik dimana "nyawa harus dibayar dengan nyawa" ataupun hukuman yang setimpal, dan disini Singh bagi saya personal kurang mampu untuk membuat sebuah isu klasik tadi menjadi sebuah konflik yang "menggigit", mengapa? Apaarna Singh rupanya kebingungan untuk membuat konflik klasik itu untuk menjadi sebuah konflik yang besar ditengah cerita yang mampu untuk bersinar, ya masalahnya sendiri rasa kekeliruan itu mengakibatkan laju film sedikit "mudeng" yang kemudian terjadi berkepanjangan.

Tak hanya itu saja, Singh juga sepertinya kebingungan dimana ia mempunyai karakter yang mampu tampil charming tapi rasa charm yang ia bangun itu urung untuk nampak pada karakter, apalagi ditambah keterlibatan seorang CM Negara, Ramadeep Braitch (Divya Dutta) juga seorang perwira NIA, Arjun Mishra (Arshad Warsi) yang membuat mereka saling berebut layar menampilkan pesona masing-masing yang terlihat saling tindih menindih, Naseeruddin Shah sebagai karakter utama entah kenapa aktor watak ini tak mempunyai kekuatan untuk mencuri perhatian lewat karakternya, justru sebaliknya Sharad Kelkar yang berada di peran antagonis nya mampu mencuri perhatian, sedangkan karakter lain yang dimainkan oleh Arshad Warsi, Sagarika Ghatge, dan Divya Dutta hanya tampil sebagai topping pelengkap saja, padahal jika ditilik karakter mereka justru dapat menciptakan kohesi yang cukup kuat guna membangun konflik supaya memanas. Sayangnya keterbatasan yang kemudian bercampur ego dari keinginan Apaarna Singh merusak semuanya, semuanya tampil kurang maksimal dibalik pesan kritisi yang ia bawa, sangat disayangkan memang.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar