Begitu
banyak cara untuk membuat sebuah peringatan terhadap sesuatu hal, lewat
media film salah satunya, dan disini "Irada" selaku film yang mencoba
mendeskripsikan sebuah kejadian guna mengajak penonton untuk sekedar
merenungkan atau bisa juga mengkritisi salah satu pihak mencoba untuk
menyuarakan bahwa apa yang ditampilkan disini memang sangat
"disturbing". Irada sebuah film yang bagaikan sebuah iklan layanan masyarakat.
Riya Walia (Rumana Molli) adalah seorang puteri dari mantan seorang
tentara Parabjeet Walia (Naseeruddin Shah). Dibawah pelatihan dari sang
ayah, Riya yang bertekad ingin menjadi seorang atlet renang berusaha
sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citanya, salah satunya dengan
melatih kemampuan renangnya disebuah sungai di dekat rumah, namun naas,
air sungai yang biasa ia pakai latihan terkena unsur karsinogenik yang
menyebabkan Riya harus mengidap penyakit kanker kulit yang kemudian
merenggut nyawanya, tak terima akan hal itu, sang ayah kemudian
membalaskan dendamnya kepada seorang konglomerat bisnis, Paddy F Sharma
(Sharad Kelkar) yang kemudian melibatkan beberapa pihak lain yang
mengalami hal serupa dengannya, salah satunya seorang wartawan wanita
bernama Maya Singh (Sagarika Ghatge) yang kehilangan kekasihnya akibat
diculik karena mempunyai file yang dapat membahayakan orang yang
bertanggung jawab atas semuanya.
Berbicara mengenai cerita
dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang paling mendasar adalah
"pencemaran air" yang dilakukan oleh satu pihak yang kemudian
menyerempet membahayakan pihak lain, dan disini Apaarna Singh sebagai
sutradara mencoba menampilkan karakter yang "telah dirugikan" atas
pencemaran tadi, tentunya terkait hilangnya nyawa seorang yang terkasih.
Mudah saja bagi Apaarna Singh untuk membuat sebuah konflik, ya ia
menggunakan hal yang sangat klasik dimana "nyawa harus dibayar dengan
nyawa" ataupun hukuman yang setimpal, dan disini Singh bagi saya
personal kurang mampu untuk membuat sebuah isu klasik tadi menjadi
sebuah konflik yang "menggigit", mengapa? Apaarna Singh rupanya
kebingungan untuk membuat konflik klasik itu untuk menjadi sebuah
konflik yang besar ditengah cerita yang mampu untuk bersinar, ya
masalahnya sendiri rasa kekeliruan itu mengakibatkan laju film sedikit
"mudeng" yang kemudian terjadi berkepanjangan.
Tak hanya itu
saja, Singh juga sepertinya kebingungan dimana ia mempunyai karakter
yang mampu tampil charming tapi rasa charm yang ia bangun itu urung
untuk nampak pada karakter, apalagi ditambah keterlibatan seorang CM
Negara, Ramadeep Braitch (Divya Dutta) juga seorang perwira NIA, Arjun
Mishra (Arshad Warsi) yang membuat mereka saling berebut layar
menampilkan pesona masing-masing yang terlihat saling tindih menindih,
Naseeruddin Shah sebagai karakter utama entah kenapa aktor watak ini tak
mempunyai kekuatan untuk mencuri perhatian lewat karakternya, justru
sebaliknya Sharad Kelkar yang berada di peran antagonis nya mampu
mencuri perhatian, sedangkan karakter lain yang dimainkan oleh Arshad
Warsi, Sagarika Ghatge, dan Divya Dutta hanya tampil sebagai topping
pelengkap saja, padahal jika ditilik karakter mereka justru dapat
menciptakan kohesi yang cukup kuat guna membangun konflik supaya
memanas. Sayangnya keterbatasan yang kemudian bercampur ego dari
keinginan Apaarna Singh merusak semuanya, semuanya tampil kurang
maksimal dibalik pesan kritisi yang ia bawa, sangat disayangkan memang.
SCORE : 2/5
0 Komentar