Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

FREE FIRE (2017)

Di dunia semesta yang maha luas dimana ribuan film kemudian ditampilkan di layar lebar, pernahkah kamu melihat suatu film yang hanya menampilkan adegan tembak-tembakan yang biasanya tampil selama 15 menit namun disini tampil selama 90 menit menemani sebagian durasi film berjalan? Free Fire mungkin salah satu diantara yang lain yang menampilkan sebagian durasinya untuk saling tembak satu sama lain yang kemudian dijadikan satu film panjang. Menempatkan para pemain di satu ruangan dimana satu setengah jam itu terdengar mereka saling tembak satu sama lain dan kemudian diselingi sumpah serapa antar karakter. Satu-satunya harapan kamu adalah semoga film ini tak membosankan. Free Fire sebuah film yang rusuh, receh, konyol, brutal dan tentunya tak membosankan.



Mengambil setting ditahun 70-an, dimana terjadi sebuah transaksi jual beli di sebuah gudang tua yang kemudian berakhir bencana. Chris (Cillian Murphy), Frank (Michael Smiley) serta dua ajudan mereka yang pecandu narkoba, Stevo (Sam Riley) dan Bernie (Enzo Cilenti) adalah pihak pembeli. Vern (Sharlto Copley), Martin (Babou Ceesay), Gordon (Noah Taylor) dan Harry (Jack Reynor) adalah pihak penjual. Ord (Armie Hammer) merupakan broker dari pihak Vern, sementara Justine (Brie Larson) broker dari pihak Chris. Situasi mulai tegang dan memanas terjadi tatkala senjata yang dibawa Vern tak sesuai dengan pesanan Chris. Harry mengenali bahwa Stevo adalah orang yang dia hajar sebelumnya di sebuah bar. Tak butuh lama bagi dua kubu itu, semua orang saling tembak satu sama lain., tentunya dibarengi dengan sumpah serapah yang dilontarkan yang tak kurang dengan banyaknya peluru yang dihamburkan.

Dalam Free Fire, luka-luka, darah, dan pembunuhan jadi bahan tertawaan, bisingnya baku tembak, karakter yang menjerit kesakitan, karakter yang menggunakan tiang serta kayu untuk bersembunyi serta karakter yang mengalami luka parah namun tetap menembak, itu adalah serangkaian kata yang ditampilkan oleh Ben Wheatley disini, mencoba bermain dengan peluru serta penderitaan karakter yang berada pada bau tembak lengkap dengan luka yang mereka dapatkan. Memang simple bukan, minim konflik juga iya, namun apa yang Wheatley disini tampil secara konsisten dan tak melupakan alur cerita. Tak perlu kamu menghitung berapa lontaran kata jorok yang dilontrkan oleh karakter, tak perlu juga kamu menghitung berapa sumpah serapah yang mereka lontaran, dan yang jelas Free Fire adalah sebuah sajian yang malas namun terasa pintar.

Naskah yang ditulis oleh Wheatley bersama kolaborator yang tak lain adalah isterinya sendiri, Amy Jump, selalu bisa menemukan cara untuk membuat cerita terasa dinamis dengan menambahkan berbagai kelokan saat kamu menonton. Di satu titik memang selalu ada pihak ketiga yang mengintervensi tembak-tembakan antara karakter kita, dan membuat semua tambah runyam. Meski memang amunisi mereka terbatas, selalu ada cara untuk membuat lawannya seperti tak terbatas untuk menyerang. Wheatley memang tak mempedulikan karakterisasi, tapi disini ia mampu mengontol semua karakter, acap kali mungkin saya terasa ta melihat siapa yang menembak terlebih dahulu, tetapi disini mungkin tak ada siapa jagoan sebenarnya, karena memang karakter semua sama, bisa bersifat baik ataupun sebaliknya dengan menggunakan tipu muslihatnya. Free Fire jelas bukanlah sebuah film yang baru maupun berkelas, ia adalah film sampah dan pemalas untuk membuat sebuah gebrakan yang baru, but at once, Wheatley memang tak peduli seberapa malasnya ia berman dengan karakter, yang penting adalah bagaimana cara ia membuat sebuah derita dan rasa sakit terhadap karakter, dan itu semua berjalan mulus ditengah kemalasannya tadi yang membuat filmnya terasa bersinar meskipun hanya berisikan baku tembak, sumpah serapah serta one place showing itu terasa mengasyikan terlebih didukung oleh performa pemain yang akurat, terutama Brie Larson yang terlihat kalem namun tampil badd-ass.

SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar