Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KINETIK (2017)

"Menghitung apa aja yang udah kita dapat di dunia ini rasanya sepuluh jari tangan pun gak cukup untuk menghitungnya, tapi, menghitung apa yang sudah kita berikan untuk dunia ini rasanya mungkin satu hitungan jari pun belum tentu ada."

Kinetik selaku debut karya penyutradaraan dari Putri Tanjung yang kemudian ia rilis beberapa hari yang lalu di channel YouTube miliknya memanglah sebuah film pendek yang sederhana, melemparkan sebuah pertanyaan "jika kamu sudah bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan berkarya untuk memuaskan batin, apa lagi yang harus kamu lakukan supaya kamu terus merasa hidup?". Itulah yang dirasakan ketiga karakter di film ini, mereka adalah Karim (Refal Hady), Dhea (Dhea Seto) dan Kevin (Kenny Austin) sahabat dekat yang telah merengkuh kesuksesan lewat jalannya masing-masing. Mereka merasa stuck dan jenuh akan kehidupan yang telah mereka jalani dan merasa bahwa ada sebuah "ruang kosong" yang harus mereka lakukan.

Sederhana. Seperti yang telah saya kutip diatas, "Kinetik" yang berdurasi hanya 24 menit ini membuka sebuah realita yang terjadi di Ibukota, dimana orang-orang mewujudkan semua angan-angan serta khayalannya di tempat itu, mereka tak berhenti bergerak meskipun harus berdesakan sekalipun, sehingga jalannya terlalu sempit untuk dilalui. Marah, tawa serta tangis sudah menjadi bagian dari kota yang lelah akan rutinitas serta kerasnya kehidupan yang terjadi disana, walaupun demikian sang penggerak utamanya (baca: manusia) membuatnya sulit untuk berpaling dari sebuah tempat yang bernama Jakarta. Ya, itulah gambaran yang terjadi dan terus melekat pada Jakarta seperti yang diungkapkan oleh Karim disini. Kinetik membawa penontonnya untuk kembali ke fitrahnya masing-masing, dalam artian melakukan apa yang harus kita lakuin terhadap tempat darimana kita berasal, bukan hanya sebatas menempati tanpa balas jasa dan terima kasih, hal yang sangat sukar dilakukan oleh masyarakat kita, saya, bahkan kamu yang sedang membaca.

Rasanya sulit untuk melakukan apa yang dilakukan seperti tiga karakter di film ini, mereka merenovasi sebuah sekolah yang sudah tak layak untuk pakai, yang tempatnya hanya berjarak dua jam dari Jakarta. Putri Tanjung mampu menampilkan dua sisi yang memang tampil bak seolah gap disini, pertama kita melihat jalanan ibu kota kemudian sisa durasinya Uthi (Panggilan akrab Putri Tanjung) membawa kita untuk melihat arah yang sebaliknya. Adegan per adegan yang dilakukan Uthi disini tampil dalam gerak cepat, tapi bukan berarti ia tampil nihil esensi disini, walaupun demikian ia mampu membawa penontonnya larut akan suasana bak seperti kehidupan kita sehari-hari khususnya ketika momen tampil bersama sahabat tercinta. Asik. Ya seperti itulah, ia juga enggan membawa filmnya untuk tampil menggurui meskipun dialog diisi oleh kata yang terbilang puitis, "Kinetik" sejatinya tampil santai namun berhasil memikat para penontonnya, membawa penonton untuk mengilhami serta membuka mata terhadap kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk saling membantu dan menjaga satu sama lain, bukan memperkaya diri maupun mengejek mereka yang berada pada kondisi dibawah kita.

Saya terenyuh melihat anak-anak yang bersekolah di Desa Wanajaya, mereka sekolah tanpa memakai alas kaki sekalipun, belajar dengan buku yang sudah robek hingga kondisi bangunan sekolah yang sangat jauh dari kata layak. Kendati demikian, mereka sangat semangat untuk belajar menambah wawasan guna merubah nasib mereka kelak, begitupun dengan asal muasal tiga karakter di film ini, mereka punya semangat yang tinggi serta tekad yang kuat untuk maju, dan itupun terbukti tatkala mereka dewasa, hasil memang tak pernah mengkhianati proses. Walaupun filmnya berpotensi untuk tampil sebagai tearjerker, "Kinetik" jauh dari kesan itu, Uthi mengukuhkan bahwa nasib yang kita dapati dalam keadaan sekarang bukanlah untuk dijadikan sebagai sebuah ajang meratapi diri, melainkan untuk mengubahnya kelak, dimulai dari sekarang dengan modal tekad, semangat serta doa yang kemudian dilakukan dalam bentuk nyata bukan sekedar omong belaka, sama seperti yang dilakukan oleh ketiga karakter di film ini.

Performa dari ketiga cast pun turut memfasilitasi film ini, bermpdakan dialog sederhana serta sebuah bentuk nyata terkait sosialisme mereka tampil oke dalam sebuah chemistry yang kuat dan prima, tak lupa turut hadir cameo lain seperti penyanyi Kunto Aji dan Vidi Aldiano. Ditemani photography dari Rizal Wimba serta Denny Gompal yang berjasa dalam mewujudkan sebuah pengadeganan, "Kinetik" adalah sebuah film pendek yang tampil kompleks, meskipun dalam tata cara eksekusi terkait pengerjaan rekontruksi sekolah tampil secara cepat hanya dengan bantuan Karim dan Kevin, saya cukup memaafkan kesalahan itu, meskipun tanpa adanya bantuan dari masyarakat sekitar dalam penggambarannya, selama itu tak mengganggu konsistensi cerita, Seperti lagu yang dibawakan oleh Kunto Aji di film ini, saatnya kita sebagai barisan muda untuk bergerak untuk sebuah pergerakan serta menggantikan yang berserak.

SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar