Harus saya akui, saya memang asing bahkan tidak tahu menahu terkait
sebuah film asal bunga sakura ini, hingga tatkala saya menonton film
ini, wajar timbul sebuah kebingungan tersendiri dalam hal cerita yang di
dasarkan pada sebuah novel rekaan Reki Kawahara dan kemudian dijadikan
sebuah anime pada tahun 2010 yang sukses pada era-nya tersebut.
Mungkin untuk para "otaku" atau sebutan bagi para pecinta anime, film
ini sudah begitu familiar, dan karena wawasan saya nol tentang film ini,
maka saya akan menjelaskannya dari awal.
Premis dasarnya adalah tentang Jepang di masa depan, ketika tercipta sebuah massive multi-player online role playing game dalam format virtual reality bernama Sword Art Online (SAO), yang dapat memberikan penggunanya sensasi full immersion seolah benar-benar hidup dalam dunia permainannya ketika memakai alat khusus dan kesadarannya "tertuang" dalam dunia virtual itu. Namun, ketika diluncurkan dan langsung diserbu pengguna, baru ketahuan bahwa setiap pemain yang sudah log in ternyata nggak bisa log out. Parahnya lagi, orang yang mencoba log out paksa dengan mencopot alat dari kepalanya, atau mati di dalam permainan, maka orang tersebut akan mati betulan. Tokoh utama cerita ini adalah Kirito dan Asuna--bukan nama sebenarnya melainkan nama avatar mereka di dunia virtual, yang berjuang bersama menyelamatkan orang-orang dari jebakan permainan tersebut, dan sebagai bonus yang tidak di-include dalam paket permainan, keduanya menjalin kasih bahkan punya "anak virtual" bersama-sama. Nah, Sword Art Online the Movie: Ordinal Scale ini mengambil kisah setelah Kirito dan Asuna dkk berhasil mengalahkan si pencipta permainan yang menjebak mereka yang bernama Kayaba, dan kini mereka sudah bisa bebas hidup di dunia nyata, dan dunia virtual ketika memang ingin, tanpa takut terancam nyawa.
Kisah Ordinal Scale mengambil waktu beberapa tahun setelahnya, ketika muncul teknologi Augma, alat augmented reality yang, nggak seperti virtual reality, menyajikan fitur-fitur virtual tetapi si penggunanya tetap sadar dan bergerak di dunia nyata, muncullah permainan baru bernama Ordinal Scale (OS), yang mengajak para pemainnya mengumpulkan poin dan berlomba merebut top skor dengan mengalahkan rupa-rupa monster virtual yang dimunculkan di beberapa tempat umum, ingat permainan Pokemon Go? Begitulah permainan ini. Kirito (Yoshitsugu Matsuoka), Asuna (Haruka Tomatsu), dkk pun mencoba permainan ini, walau sensasinya berbeda dengan virtual reality karena fisik nyata mereka akan langsung terpengaruh. Yang mencurigakan, monster-monster yang dimunculkan adalah yang pernah mereka temui di SAO, padahal orang dan perusahaan yang membuatnya berbeda. Belum lagi muncul sosok misterius bernama Eiji (Yoshio Inoue), pemangku peringkat 2 top skor permainan tersebut yang diketahui mencelakakan pemain lain, serta sosok gadis ber-hoodie yang datang dan menghilang di sekitar Kirito dan Asuna, yang mirip dengan seorang virtual idol bernama Yuna (Sayaka Kanda). Misteri ini memaksa Kirito dan Asuna dkk untuk mengulik keterkaitan Ordinal Scale dan SAO, sebelum banyak nyawa terenggut seperti yang terjadi pada pengalaman sebelumnya.
Sword Art Online The Movie: Ordinal Scale menawarkan apa yang melekat pada serial sekaligus franchise sebelumnya, gelaran sebuah kecanggihan teknologi yang sudah memalingkan manusia dari kehidupan nyata, dan itu terpampang jelas disini bagaimana manusia kemanapun tak lepas dari bantuan teknologi hingga berada pada level "terlalu sering'' mulai dari membeli kupon, hingga berbelanja pun dilakukan lewat ponsel. Hal itu secara tak langsung mampu menggambarkan sebuah penggambaran manusia masa kini, meski tak selamanya mengandung negatif, ini adalah sebuah contoh penggambaran yang terasa riil.
Menilik dari sisi plotnya sendiri, Sword Art Online The Movie: Ordinal Scale tak lebih dari sekedar pengulangan film pertamanya, dengan sedikit bantuan serta modifikasi sana sini. Basis film ini tetap upaya sekelompok orang muda mengalahkan monster-monster, dan oknum yang bertanggungjawab atas para monster tersebut. Film ini kemudian jadi mengulang rutin film sejenis: kalahkan satu monster, monster yang lebih kuat muncul, lalu kemampuan si jagoan meningkat, dan sebagainya. Terkesan repetitif memang, namun di balik itu semua ia sendiri mampu menampilkan sebuah sekuen yang cukup oke, meskipun urung untuk lebih dekat dengan karakter serta terlalu banyaknya karakter itu, elaborasi terkait karakterisasi pun urung untuk terlaksana.
Dari segi editing serta sinematografi Tomohiko Ito selaku sutradara jelas terlihat piawai bermain dengan gambar, deretan gambar yang menampilkan betapa canggihnya teknologi yang berpadu dengan dunia virtual ini mampu menciptakan sebuah kesenangan tersendiri kala menontonnya. Ditemani dengan soundtrack yang cukup catchy. Sword Art Online The Movie: Ordinal Scale setidanya mampu tampil baik meskipun beberapa kekurangan menempel pada film ini, value terkait canggihnya teknologi serta para pengguna yang di buat buta tatkala menikmatinya merupakan sebuah cerminan masa kini dan mungkin masa depan jika toh itu terjadi.
SCORE : 3/5
0 Komentar