Setelah
kesuksesan Your Name (Kimi No Na Wa) di berbagai bioskop di dunia,
termasuk Indonesia, film manga maupun anime yang memang mempunyai
kualitas yang tak usah diragukan lagi, anime maupun manga kini dapat
dengan mudah masuk ke bioskop Indonesia, dan salah satu dari sekian
banyaknya adalah A Silent Voice a.ka Koe No Katachi who will described about bullying and especially love story between them. It's a good movies from Japanese!
Shoya Ishida (Mayu Matsuoka) adalah seorang bocah yang bisa dibilang
bandel dan pemalas yang baru saja kedatangan siswi pindahan di SD-nya,
Shoko Nishimiya (Saori Hayami) seorang yang mempunyai disabilitas (baca:
tuna rungu yang berjuang untuk bicara). Ishida gemar menjahili
Nishimiya dengan alasan karena ia berbeda, tak ayal teman sekelasnya pun
turut serta menjahilinya. Keisingen Ishida dan attitude Nishimiya yang
sangat rendah diri, semakin membuat Ishida dan teman yang lainnya sering
menjahilinya. Hingga suatu hari, Nishimiya pindah sekolah, karena alat
bantu dengarnya sudah delapan kali hilang. Dan sejak itu semuanuya
berbalik 180% kepada Ishida, apa yang Ishida lakukan kepada Nishimiya
harus ia rasakan. dan semuanya mulai meninggalkan titik cerah tatkala
ternya Nishimiya satu sekolah dengan Ishida.
Sederhana saja
memang, film yang mencoba mengutarakan terkait bullying yang mungkin
kini masih terjadi, sutradara Naoko Yamada yang menyadurnya dari karya
gubahan dari Yoshitoki Oima dengan bantuan sokongan naskah dari Reiko
Yoshida yang menampilkan adegan secara episodik mulai dari masa SD
hingga SMA, Yamada memang cerdik mengolah sektor perkembangan ini,
bagimana ia membuat karakter berkembang dari masa ke masa sangatlah oke,
dan kemudian menyulut sebuah kisah masa lalu yang suram untuk kemudian
diutarakan di masa kini. Kita punya karater Ishida disini, yang notabane
nya seorang pria yang bandel dan harus merasakan apa yng telah ia
lakukan kepada Nishimiya, ia mungkin tak setegar Nishimiya, tapi setelah
gagal melakukan aksi bunuh diri, ia kemudian sadar, bahwa satu-satunya
jalan untuk mengembalikan semuanya yakni bertemu dengan Nishimiya, ucuk
dicinta ulam pun tiba, ia bertemu dengan Nishimiya di SMA dan mencoba
memulai kembali sebuah lembaran baru dengan cara berkomunikasi dengan
Nishimiya lewat bahasa isyarat, berbagai momen terkait rasa canggung dan
kemudian bercampur ashamed mulai merambah keduanya.
Yamada harus saya akui memang cukup lihai dalam membangun pondasi, meski disini ia punya karakter yang memang disabilitas dan bukan sebuah ranah baru di dunia film, ia mampu membuatnya tertumpuk oleh berbagai macam problem yang kemudian dengan cepat dapat mengambil atensi penonton, ini bukanlah bad guy versus good girl, melainkan bagaimana kita mencoba memulai kembali sebuah kehidupan setelah kita mengalami apa yang kita lakukan terhadap orang lain, bagaimana untuk membuat orang bernafas lega dengan keberadaan kita disini. Itu sejatinya yang diutarakan oleh Yamada lewat materi terkait bullying yang kemudian mencoba merangkak ke ranah asmara (meski tak terlalu dominan) lewat kesan depresifnya.
Turut serta juga Yamada memasukan karakter lain yng bak bereuni di masa SD, seperti si culun Nagatsuka (Kensho Ono), Yuzuru (Aoi Yuki) si kacamata Kawai (Megumi Han), Ketua Kelas SD, Sahara (Yui Ishikawa) serta sang cewek populer Ueno (Yuki Kaneko), sama seperti halnya Ishida dan Nishiyama semua karakter disini semuanya melakukan perjalanan moral untuk belajar, level hierarki mereka memang tidak sama, tapi satu yang mereka sama yakni masalah insecurity, lewat atmosfer yang bisa dibilang intim, kita turut dibawa ke ranah pembelajaran karakter disini lewat pndekatan naratif yang memang lebih menekankan ke dalam situasi emosi, rasa sensitif yang kian menemani mudah sekali menjadikan film ini tepatnya ke arah untuk menyuarakan sebuah orasi terkait pencarian jati diri, about people and friend, and especially bullying. Can't stop press, KAWAN BUKAN LAWAN : Say No to Bullying.
Yamada harus saya akui memang cukup lihai dalam membangun pondasi, meski disini ia punya karakter yang memang disabilitas dan bukan sebuah ranah baru di dunia film, ia mampu membuatnya tertumpuk oleh berbagai macam problem yang kemudian dengan cepat dapat mengambil atensi penonton, ini bukanlah bad guy versus good girl, melainkan bagaimana kita mencoba memulai kembali sebuah kehidupan setelah kita mengalami apa yang kita lakukan terhadap orang lain, bagaimana untuk membuat orang bernafas lega dengan keberadaan kita disini. Itu sejatinya yang diutarakan oleh Yamada lewat materi terkait bullying yang kemudian mencoba merangkak ke ranah asmara (meski tak terlalu dominan) lewat kesan depresifnya.
Turut serta juga Yamada memasukan karakter lain yng bak bereuni di masa SD, seperti si culun Nagatsuka (Kensho Ono), Yuzuru (Aoi Yuki) si kacamata Kawai (Megumi Han), Ketua Kelas SD, Sahara (Yui Ishikawa) serta sang cewek populer Ueno (Yuki Kaneko), sama seperti halnya Ishida dan Nishiyama semua karakter disini semuanya melakukan perjalanan moral untuk belajar, level hierarki mereka memang tidak sama, tapi satu yang mereka sama yakni masalah insecurity, lewat atmosfer yang bisa dibilang intim, kita turut dibawa ke ranah pembelajaran karakter disini lewat pndekatan naratif yang memang lebih menekankan ke dalam situasi emosi, rasa sensitif yang kian menemani mudah sekali menjadikan film ini tepatnya ke arah untuk menyuarakan sebuah orasi terkait pencarian jati diri, about people and friend, and especially bullying. Can't stop press, KAWAN BUKAN LAWAN : Say No to Bullying.
SCORE : 4/5
0 Komentar