Jika Hollywood punya permainan macam Zathura, Jumanji dan Ouija maka Indonesia punya Ular Tangga. Ular Tangga adalah sebuah permainan melempar dadu, dan angka yang kemudian dihasilkan dari lemparan itu kemudian menjadi penentu langkah permainan kita yang dimana dapat naik melewati tangga maupun turun jika mendapat ekor ular. Ada beberapa alasan mengapa film yang bertajuk "Ular Tangga" ini mempunyai sebuah kesan menarik, ya, selain bertindak sebagai "the first Indonesian's movie game" ia juga mempunyai premis yang bisa dibilang unik, ditambah lagi keterlibatan Shareefa Danish pasca lima tahun absen di dunia film. Fakta dibalik layar pun turut pula menyita perhatian, yaitu mengenai Wilson Tirta sang produser sekaligus pendiri Lingkar Film selaku production house bagi "Ular Tangga" yang berusia 14 tahun, sekaligus menjadikannya sebagai produser termuda di Indonesia. Ide cerita Wilson sempat ditawarkan kepada Jujur Prananto, namun batal dikarenakan penulisan naskah Jujur yang dianggap terlalu lama. Oh, i think this is the troublemaker.
Fina (Vicky Monica) kerap
mengalami mimpi buruk yang kemudian dicurigainya merupakan pertanda
kejadan atas masa depan. Rasa penasaran membuat Fina memutuskan untuk
membaca sebuah buku yang berjudul "The Interpretation of Dreams" milik
Sigmun Freud sembari berkonsultasi pada seorang dosen (Roy Marten). Fina
kemudian memutuskan untuk mendaki Gunung Barong bersama rekan-rekannya
yang seorang pecinta alam, diantaranya sang kekasih Bagas (Ahmad
Afandy), Martha (Alessia Cestaro), William (Fauzan Nasrul), Lani (Yova
Gracia) dan juga Dodoy (Randa Septian). Mereka pun melakukan pendakian,
ditengah pendakian mereka ternyata menghiraukan larangan dari Gina
(Shareefa Danish) sang guide melewati jalur. Terjadilah sebuah teror,
munculnya hantu anak kecil, dan kemudian semua itu semakin parah tatkala
mereka menemukan sebuah papan ular tangga berbahan dasar kayu yang
terkubur dibawah sebuah pohon besar.
Seperti yang telah saya
singgung diatas, Ular Tangga punya sebuah premis yang menarik yang
mampu dikulik untuk kian tumbuh berkembang menjadi semakin pelik,
nyatanya dibawah komando sutradara film Oops! Ada Vampire, Arie Azis
film ini menjadi sebuah sajian yang diluar ekspetasi, pasalnya naskah
yang awalnya diberikan kepada Jujur Prananto yang kemudian jatuh ke
tangan Mia Amalia ini kaya akan cabang, namun berakhir naas di
penggarapan, oke ini adalah sebuah film yang bertajuk "Ular Tangga"
otomatis yang ada dibenak kamu adalah sebuah pertanyaan terkait
penjelasan lebih jelas terkait eksplorasi objek permainan ''Ular Tangga"
ini, namun terasa aneh bukan, film yang berjudul "Ular Tangga" sangat
minim eksplorasi terkait permainan ular tangga tersebut, naskah garapan
Mia Amalia adalah biang masalahnya ditambah kemudian desakan dari Wilson
yang ingin merampungkan cerita dan bangku penyutradaraan Arie Azis yang
terlihat jelas sekali kurang solid, Arie bingung bagaimana untuk
memfokuskan cerita, yang berakhir menjadi sebuah cerita yang mempunyai
peluang besar untuk tampil menarik namun justru berakhir mengenaskan.
Beragam plot hole terkait adegan yang diluar nalar pun kerap terjadi
misalnya, para pecinta alam mana yang menghiraukan petunjuk dari
seorang guide yang berpengalaman? lalu kemudian beranjak tatkala satu
persatu mereka hilang mendadak akibat melemparkan dadu ular tangga, yang
kemudian turut diikuti oleh temannya, pertanyaannya adalah mereka
bukannya sudah berkaca pada teman mereka yang pertama hilang, lantas
kenapa mereka ingin hilang juga? ataukah ingin merepotkan teman mereka?
kemudian beralih kepada seorang dosen yang mula-mula menjabarkan tentang
keberadaan makhlu halus yang mudian merembet masuk menjelaskan masalah
terkait sains, yang kemudian malah menyeret ke agama. dosen macam mana
yang menggunakan istilah "lebur sukma" ketimbang "astral projection"
yang mana lebih terdengar scientific? menurut saya lebur sukma adalah
bukan semata-mata ajian mengeluarkan roh dari tubuh seseorang.
Fokus pertama memang menyoroti buku Freud (hasrat terpendam, bawah
sadar, masa lalu), namun kenapa seiring mimpi yang dialami Fina akan
terjadi, fokus kemudian beralih ke mistis dan mencoba lagi ke sains?
aneh memang, Ular Tangga tak mempunyai fokus untuk sandaran utama,
sah-sah saja memang menumpukan berbagai permasalahan asalkan semuanya
dapat terjelaskan, namun disini banyaknya teori digunakan hanya sebagai
pelengkap saja tanpa digali lebih dalam lagi. Kengerian pun urung
terjadi disini, hantu nenek-nenek dan hantu anak kecil kurang seram untuk
dijadikan sebagai hantu, serta minimnya jump scare dan kemudian
diperparah lewat performa karakter yang look like stupidity, jelas
sekali Ular Tangga tak mempunyai sebuah magnet tersendiri, naskah yang
hancur penggarapan yang serba kurang matang serta karakter yang nihil
akan pesona, ditambah scoring yang sangat mengganggu, mana ada film
horor menggunakan lagu romansa? ditambah lagi twist ending yang
dipaksakan guna menambah porsi Shareefa Danish yang tampil diawal dan
diakhir film, jika lau ada seseorang yang mampu menyelamatkan film ini, i
think Shareefa Danish orangnya.
0 Komentar