Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

DANUR: I CAN SEE GHOSTS (2017)


Ada beberapa alasan yang mendasari bahwa Danur: I can see ghosts yang berdiri dibawah produksi Pichouse (anak dari MD Pictures) patut begitu dinanti kehadirannya. Pertama, film ini diangkat dari sebuah novel "Gerbang dialog danur" yang mana ini adalah pengalaman asli dari sang penulis sekaligus musisi Risa Saraswati. Kedua, film ini dibintangi oleh Prilly Latuconsina yang mana adalah seorang aktris muda yang multitalented sekaligus mempunyai penggemar yang sangat masif, juga kehadiran Shareefa Daanish yang bisa dibilang "Ratu horor modern Indonesia". Ketiga adalah promosi yang begitu gencar dilakukan, baik itu lewat media sosial maupun layar televisi serta media lain seperti radio dan kanal YouTube, hingga tak heran jika "Danur" menjadi film Indonesia yang menduduki tingkat pertama sebagai film terlaris sekaligus mendapat gelar dari rekor muri sebagai "film horor pertama terlaris dalam beberapa hari penayangannya" sangat jelas memang jika menilik tulisan diatas "Danur" sendiri berprestasi dengan potensi yang dimilikinya, Namun pertanyaannya adalah apakah "Danur" yang telah menorehkan prestasi di segi komersil dan penghargaan berbanding lurus dengan kualitas yang dihasilkannya?

Di ulang tahun kedelapan, Risa kecil (Asha Kanyeri Bermudez) berharap menemukan kawan untuk mengusir rasa kesepiannya akibat selalu ditinggal sang ibu (Kinaryosih) bekerja serta sang ayah yang bekerja di luar negeri. Harapan Risa terkabul, ia tak sendirian lagi sekarang, ia berteman dengan tiga bocah berdarah Belanda yang bernama Peter (Gamaharitz), William (Wesley Andrew) dan Janshen (Kevin Bzezovski Taroreh). Sang ibu kerap mengalami hal aneh terjadi pada Risa, ia sering berbicara dan bermain sendiri, dan terlebih ia tak bisa melihat apa yang dikatakan Risa terkait temannya. Ketakutan dan kecurigaannya akan sang anak datang, ia kemudian memanggil seseorang yang pintar, terungkap bahwa Peter, William dan Janshen adalah makhluk halus, tak ingin putrinya celaka ia pun membawa pergi Risa. Selang sembilan tahun, Risa (Prilly Latuconsina) kembali ke rumah masa kecilnya itu guna menjaga sang nenek (Ingrid Widjanarko) bersama sang adik, Riri (Sandrinna Michelle Skornicki). Serentetan peristiwa janggal pun sekali lagi menyambut Risa terutama setelah mereka kedatangan seorang perawat yang misterius bernama Asih (Shareefa Danish) yang kentara menyimpan sebuah agenda terselubung dibalik kedatangannya.



Di tangan Awi Suryadi selaku sutradara, Danur bisa dibilang mampu tampil untuk memikat dibalik beberapa potensi myang telah ia miliki, adegan awal film langsung dibuka dengan nuansa sunyi dengan adegan dimana Risa memainkan piano dalam keadaan bersedih sembari menyanyikan lagu "Boneka Abdi" yang kerap dinyanyikan di beberapa scene lainnya, reaksi awal yang saya lihat dari "Danur" adalah sebuah gelaran yang memikat dimana Awi disini sangat lihai dan leluasa memainkan teknik visualisasi juga sembari membawa penonton ke sebuah jalur koneksi dengan karakter, memang nuansa aneh yang kental dengan rasa sunyi yang merambat naik ini sangat lihai dimainkan oleh Awi disini, apalagi setelah ia mencoba bermain dengan sebuah keanehan terkait "Asih" ia makin menaikan tensi yang ia miliki dengan scoring yang menghentak yang siap membuat bulu roma kamu naik.



Namun ketika adegan bergulir maju, Awi Suryadi yang dibantu oleh sokongan naskah dari Lele Laila dan Ferry Lesmana kian kendor, apa yang kamu rasa dengan karakter Risa setelah ia mengalami kejadian atas kehadirannya Asih berjalan layaknya film horor generik, masalahnya? Awi Suryadi sejatinya mulai kehilangan performa tatkala ia menjejali adegan dengan trik memunculkan penampakan sang hantu, sehingga apa yang seharusnya dialami oleh karakter terkait rasa cemas bisa dibilang terlalu overkill, begitupun dengan penonton yang mulai hilang koneksi terkait cerita dan hubungannya dengan karakter. Ditemani jumpscare yang menghentak serta dijejali dengan penampakah hantu Asih yang kerap muncul tatkala karakter tengah beraktivitas nyatanya terasa menjemukan bagi kamu yang biasa menonton film horor, mungkin bagi yang jarang atau tak terbiasa menonton film horor memang trik yang ditampilkan terasa ampuh. Alhasil, apa yang seharusnya memukau justru tampil mengecewakan, terlebih kurang tereksposnya karakter Risa yang dimainkan oleh Prilly Latuconsina secara mumpuni, begitupun dengan Shareefa Danish yang ampuh membuat kengerian mulai dari sorot matanya terasa menjemukan tatkala adegan close up terlalu sering diumbar, padahal baik Prilly maupun Shareefa dapat tampil sangat memukau dang menghasilkan duet terbaik jikalau masalah teknis tak terasa over.



Serupa tapi tak sama dengan ''Wewe" garapan Rizal Mantovani, film ini bertindak sebagai sebuah aksi penyelamatan, lihat saja adegan konklusi dari karakter Risa yang bertarung bak film Insidious lengkap dengan tata lampu merah dengan sedikit cahaya hijau, memang terasa ampuh namun tak berarti menyelamatkannya dari berbagai kesalahan yang telah dilakukan, apalagi tata make up Ingrid Widjanarko yang terasa kurang pas dan match dengan muka yang terasa tak rata dan terkesan menonjol yang mampu menarik gelak tawa, Kinaryosih serta Indra Brotolaras dan para pemeran hantu bocah Belanda cukup tampil oke disini, meski keberadaannya tak terlalu terekspos disini. Danur memang sangat berpotensi menjadi sebuah suguhan horor yang mumpuni, namun sayang apa yang dilakukan oleh Awi Suryadi kelewat over di segala teknik disini, bak ibarat kamu makan dengan masakan yang enak, namun perlahan kamu mulai merasa kekenyangan dan memakan makanan tadi terasa hambar. Saya selalu berharap dan menunggu dari seorang Awi Suryadi, terlebih jika ia melakukan perbaikan nanti di franchise "Danur" yang konon berjudul "Maddah" yang tak lain adalah novel kedua lanjutan dari Danur sendiri.


SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar