Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

LONDON LOVE STORY 2 (2017)

Kala sebuah film romansa membentangkan sebuah sekuel, faktor yang mesti di perhatikan adalah perkembangan. Ya, itu memang sangat penting untuk di terapkan selepas di film pertama yang memang tampil kekanak-kanakan kini seiring berjalannya waktu mereka di tuntut untuk tampil dan bersikap dewasa layaknya usia seumuran mereka. Namun berbeda dengan "London Love Story 2" sekuel dari film pertama yang berada pada deretan film terlaris di tahun 2016 justru semakin bertambahnya umur, semakin pula tingkat kedewasaannya menurun dan tampil layaknya kanak-kanak yang labil dalam mengambil keputusan.

Setahun selepas Dave (Dimas Anggara) dan Caramel (Michelle Ziudith) bersatu kembali dalam sebuah hubungan. Kini keduanya hidup bahagia di London, tengah bersiap berlibur ke Swiss, tempat dimana Sam (Ramzi) telah menjadi seorang DJ yang sukses. Buang gambaran jauh-jauh bagaimana Sam memainkan turntable atau bagaimana ia manggung di Swiss, itu hanyalah karangan yang dilakukan duo penulis Sukhdev Singh dan Tisa TS guna menambah pelebaran cerita yang kemudian menampilkan sebuah twist terkait masa lalu Caramel, yakni seorang chef bernama Gilang (Rizky Nazar).

London Love Story 2 tak lebih dari sekedar tontonan guna meraup puing-puing finansial, membawa kembali penonton merasakan kenikmatan duniawi berupa hamparan salju di Swiss. Ya, begitulah film ini tampil, masih kembali membawa penonton ke sebuah kisah romansa antara Dave dan Caramel yang tak hentinya di rundung masalah terkait kisah asmara mereka, dan cara eksekusi Asep Kusdinar pun tak lebih dari sekedar twist yang tampil begitu di paksakan sembari menanyakan buat apa berlarut-larut membuat twist di ending toh sedari awal telah terhembus baunya?

Bukan produksi Screenplay Films tatkala dialog tak di lengkapi barisan kata yang (sok) puitis, memang ini mampu membuat para "remaja galau" terpuaskan dahaganya melihat kata demi kata dari mulut Dave yang begitu menusuk jiwa, membicarakan beruntungnya dan tak ingin kehilangan makhluk cantik yang di kirim Tuhan untuknya. Seperti biasa Michelle Ziudith tampil begitu meyakinkan lewat cute factor yang di milikinya, sayang Bidadari cantik ini harus terjebak film semacam begini. Di antara dua lead actor, Rizky Nazar tampil mencuri perhatian, lewat gestur calm nya ia mampu membuat hati para wanita menjerit. Dimas Anggara bukan berarti ia tampil jelek di sini, namun performanya terasa naik turun terlebih tatkala ia melontarkan kalimat yang tampil (sok) puitis itu.

Menuju paruh akhir, film berubah menuju overly dramatic yang mana ini adalah sajian ampuh untuk para penonton film Indonesia, khususnya para remaja yang mencintai film sejenis ini. Asep Kusdinar memang mampu memuaskan dahaga para remaja wanita, namun untuk saya pribadi ini tak lebih dari sekedar ajang untuk menye-menye, menangisi masa lalu lalu kemudian tak rela melepasnya pada diri kita, bukannya masa depan sudah ada di depan mata? Kenapa harus menangisi dan tak ingin melepaskan seseorang yang pernah mengisi hidup kita yang memang menurut kita sendiri kita sudah tak nyaman berada di dekatnya dan tak ingin menyakiti pasangan kita? Begitulah paparan inti London Love Story 2.

London Love Story 2 masih mampu memanjakan mata lewat guliran gambar hamparan salju yang begitu menawan, namun untuk ukuran cerita sendiri Asep Kusdinar masih stagnan berada pada level sebelumnya, tak ada sebuah lonjakan baru kecuali kita menikmati kisah cinta dua insan yang tak henti-hentinya di rundung masalah terkait masa lalu, menangisi keadaan hingga sulit menerima ap yang terjadi di depan mata. London Love Story 2 adalah bentuk kekanak-kanakan para karakter di tengah kondisi mereka yang sudah mandiri tinggal jauh dari orang tua.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar