Di bawah naungan rumah produksi KK Dheraaj yang mana beberapa tahun lalu
selalu menyuguhkan kita lewat tontonan bernasis horor yang turut
mengekspos tubuh sang wanita sebut saja "Rintihan Kuntilanak Perawan",
"Pocong Mandi Goyang Pinggul" serta "Mr. Bean Kesurupan Depe". Semua
judul di bawah naungan bendera yang sama itu memiliki persamaan, yakni nyentrik
dan berusaha selaras dengan perkembangan zaman. Dan satu lagi persamaan
yang mereka miliki, yakni sama-sama buruk di segi kualitas maupun
kuantitas (Oops, i didn't again!!).
Allan (Afif Xavi) adalah
anggota Gangster Komika yang dipimpin Naga Komika (Anyun Cadel),
sementara teman masa kecilnya, Dellon (Adi Bing Slamet) berasal dari
kelompok musuh, Gangster 90an milik Si Naga 90an (Kadir). Keduanya
bekerja sama mengkhianati geng masing-masing, mencuri emas batangan
kepunyaan Si Naga 90an, membuat mereka menjadi buronan. Suatu hari Allan
kelimpungan saat kedua orang tuanya (Jaja Miharja dan Hj. Tonah) datang
ke Jakarta, sebab ia mengaku berprofesi sebagai dokter. Dibantu Dellon
serta pacar masing-masing, Susi (Arafah Rianti) dan Mia (Resti
Wulandari), Allan menciptakan sandiwara guna menipu ayah dan ibunya.
Sinopsis di atas jelas sinopsis yang paling cetar membahana badai,
di luar logika yang tak pernah ada, bahkan saking kerennya, itu semua
sama sekali sulit sekali untuk di bilang "kocak" yang ada justru
hanyalah (sensor). Namun begitulah naskah garapan Herry B. Arissa
("Hantu Juga Selfie", "Pelet Kuntilanak"). Kesalahan terbodoh dan
terbesar yang dimiliki film ini sehingga logika tatkala menonton pun
harus terasa bodoh. Seperti yang kita tahu juga bahwa dua "gangster" di
film ini saling bermusuhan, namun yang saya lihat di film ini pun mereka
tak berkelahi adu jotos, melainkan saling mengejar dan dikejar, itu pun
dalam satu screentime, selebihnya tak ada lagi perkelahian dua gangster
itu. Saya gagal pula memahami definisi "gangster" film ini. Kegiatan
pihak komika sepanjang film hanya mendengar lawakan tak lucu sang bos,
sedangkan Si Naga 90an asyik bermain arcade "Street Fighter".
Jangan harap menemukan paparan menarik soal gesekan dua generasi di
saat referensi budaya populer 90-an yang ada ditempatkan sedemikian
asal. Herry B. Arissa dan sutradara Wishnu Kuncoro ("Dendam Arwah Rel
Bintaro", "Jeritan Danau Terlarang Situ Gintung") sekedar membuat
checklist barang populer di masa itu (tazos, game boy, walkman, yoyo,
telepon umum dan lain-lain), menampilkannya tanpa substansi. Bagi
pembuat film ini, seorang gangster bermain tazos di cafe, atau memainkan
walkman di mobil yang di dalamnya pasti terdapat pemutar kaset adalah
hal wajar.
Berkedok nostalgia, "Generasi Kocak: 90an vs
Komika" mengumpulkan sosok komedian tersohor yang lagi-lagi hanya
bertugas melontarkan referensi. Sebutlah Mandra sebagai supir taksi.
Kehadirannya sekedar untuk memfasilitasi dialog tentang Munaroh dan
oplet (referensi perannya di "Si Doel"). Kadir urung bertutur memakai
logat Madura ciri khasnya. Sementara Jaja Miharja kebagian satu adegan
yang paling mendekati taraf lucu, namun gagal memancing tawa akibat
telah diungkap dalam trailer. Satu poin positif dari para legenda
tersebut yakni mereka berusaha sekuat tenaga melucu, memberi effort yang
harus dicontoh komika junior.
Ketimbang nostalgia ataupun
menggelitik saraf tawa, "Generasi Kocak: 90an Vs Komika" justu membuat
gila. Terlebih car sang sutradara mengakhiri film ini yang jelas sebagai
sebuah kemalasan yang luar biasa. [SPOILER ALERT: Setelah klimaks saat
Allan dan Dellon tertembak oleh geng 90an dan komika, keduanya dirawat
di rumah sakit. Lalu kita mendengar voice over yang menuturkan bahwa
mereka mengembalikan emas curian, bertobat, dan Allan akhirnya
benar-benar lulus sebagai dokter, sedangkan Dellon menjadi polisi].
Jelas ending yang sangat luar biasa cetar membahana badai bukan?
Anu, maaf bisa di ulang sekali lagi? SPOILER DIMULAI: Setelah
klimaks saat Allan dan Dellon tertembak oleh geng 90an dan komika,
keduanya dirawat di rumah sakit. Lalu kita mendengar voice over yang
menuturkan bahwa mereka mengembalikan emas curian, bertobat, dan Allan
akhirnya benar-benar lulus sebagai dokter, sedangkan Dellon menjadi
polisi. SPOILER BERAKHIR. Maaf bisa di ulang sekali lagi? Baiklah dengan
senang hati. SPOILER DIMULAI: Setelah klimaks saat Allan dan Dellon
tertembak oleh geng 90an dan komika, keduanya dirawat di rumah sakit.
Lalu kita mendengar voice over yang menuturkan bahwa mereka
mengembalikan emas curian, bertobat, dan Allan akhirnya benar-benar
lulus sebagai dokter, sedangkan Dellon menjadi polisi. SPOILER BERAKHIR.
Maaf. apakah ini beneran? Iya, serius. Yakin? Iya. Serius? Iya. Ya
sudahlah kalau tak percaya, saya memang tak ada apa-apanya di banding
Baginda sang pembuat film.
Seperti naskah dan endingnya
sendiri, begitulah unsur comedy yang di lontarkan oleh film ini, asal
jeplak dan lontar tanpa sebuah penempatan dan ketepatan. Mungkin
beberapa dari kalian yang menonton film ini akan tertawa lepas, namun
tidak demikian dengan saya. Silahkan bagi penonton yang tertawa lepas,
mari menempati tempat paling depan. REVIEW BERAKHIR.
SCORE : 0.5/5
0 Komentar