Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

BUKA'AN 8 (2017)

Angga Dwimas Sasongko adalah satu dari sekian sutradara tanah air yang mampu menampilkan sebuah film ringan namun berkualitas. Di "Cahaya Dari Timur Beta Maluku" ia sukses mendeskripsikan mengenai pembesutan tim sepakbola, kemudian meracik dan mencari resep kopi terbaik di "Filosofi Kopi dan Filosfi Kopi 2 : Ben & Jody" serta kemudian mengantarkan sekotak surat ke Praha dan berdamai dengan masa lalu di "Surat dari Praha". Kali ini adalah debut pertama beliau masuk ke ranah drama comedy yang mana adalah sebuah cerminan personal sang sutradara kala ia menanti kehadiran sang buah hati di hari ketika sang istri hendak melahirkan. Bersama Salman Aristo selaku penulis naskah, "Buka'an 8" bak sebuah cerminan serta gambaran manusia milenial dewasa ini.

Mengambil mayoritas setting di Rumah Sakit, "Buka'an 8" berkisah mengenai Alam (Chicco Jerikho) yang tengah mengantar sang istri, Mia (Lala Karmela) mempersiapkan kelahiran anak pertama mereka. Momen yang penuh kecemasan itu harus menemui berbagai masalah, mulai dari uang yang tak cukup untuk menetap di kamar VIP karena masa promo telah habis, hingga kedatangan keluarga Mia, Ambu (Sarah Sechan) dan Abah (Tyo Pakusadewo) yang menambah keruwetan. Dimulailah perjuangan Alam sebagai suami untuk mengatasi itu semua sehari penuh demi menyambut kehadiran sang buah hati.


Angga dan Salman tahu jelas soal pergerakan kultural masa milenial yang lebih asyik dan bermain gadget, dan kadang karena keasyikan itu pun seringkali kita melupakan tanggung jawab kita sendiri. Semua itu tergambar dari karakter Alam yang lebih sering terlibat twitwar meributkan persoalan politik, melampiaskan segala kejengahan (termasuk khotbah jum'at yang di manfaatkan untuk agenda politik). Belum lagi kecanduan Alam terhadap selfie. Sementara itu Mia menggunakan media sosial sebagai ajang untuk bisnis. Keduanya memiliki karakterisasi yang sama, yakni sangat tergantung dengan gadget. Dan itu pun yang membuat karakter di film ini terasa sangat dekat dengan kita atau bahkan sama persis dengan kita.



Namun tatkala memasuki paparan konflik yang penuh akan gegap gempita masyarakat milenial ini naskahnya terkesan terlalu menggampangkan. Kita tahu Alam kreuwetan mencari uang hingga ia terlibat dengan lintah darat, belum lagi kecemasan akan sang istri serta kebencian Abah terkait dirinya yang kemudian menyebabkannya mengalami stroke akibat tak setuju dengan hubungan Alam dan Mia (Alam sengaja menghamili Mia supaya mendapat restu menikah) jelas itu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Saya tahu internet bisa memberikan solusi serta kehadiran bayi dapat meredam pertentangan, tapi butuh sebuah paparan yang kuat untuk mengambil simpati penonton, namun sayang, "Buka'an 8" tak memliki itu.



Untungnya kepiawaian Angga dalam membangun dan menciptakan tensi yang penuh dengan nuansa chaotic tetap terjaga, Angga piawai sekali membuat paparan adegan demi adegan terasa solid, meski mungkin tak semuanya berhasil. Itu semua pun bisa di maafkan. Lontaran unsur komedik mengenai pop culture masa kini terkait twitwar dan selfie memang mampu menghadirkan gelak tawa, namun makin maju durasi makin pula itu terjadi, alhasil semua itu terasa repetitif.



Chicco Jerikho mampu menampilkan karakter Alam terasa memkat, meskipun ia sering bertindak marah-marah tapi karakternya sungguh memiliki charm lebih dan juga likeable. Lala Karmela yang menghabiskan waktunya untuk berbaring di ranjang tapi tak menyurutkan kepiawaiannya berakting, termasuk meluapkan kemarahan. Sarah Secahan dengan kemampan berkelakar di temani logat sunda-nya yang khas. Tyo Pakusadewo yang menarik perhatian dengan akting stroke-nya serta Dayu Wijanto yang mampu menangani momen dari hati ke hati. Begitupun dengan Maruli Tampubolon sebagai dokter juga karakter suster yang cukup mencuri perhatian.


Ditemani gubahan musik dari McAnderson lewat petikan gitarnya serta syahdu dan romantisnya lagu "Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan" milik Payung Teduh yang menjadi theme song film ini. "Buka'an 8" adalah karya terlemah dari seorang Angga Dwimas Sasongko sejauh ini, tapi pesan serta kesan yang ingin ia sampaikan tersampaikan secara jelas khususnya terkait pengertian sebenarnya dari "Bertanggung Jawab" yang berarti sabar dan bersikap dewasa akan mengambil sebuah keputusan.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar