Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE PURGE: ELECTION YEAR (2016)

Mengambil jeda satu tahun adalah hal yang paling strategis untuk perilisan sebuah film Sekuel. Yups, begitu juga dengan franchise The Purge, setelah sukses dengan film sebelumnya, The Purge dan The Purge : Anarchy meskipun dengan budget yang rendah, dan The Purge mampu mencetak keuntungan finansial. Namun pertanyaannya adalah bagaimana kualitas film ini hasilkan? Apakah memberikan sesuatu yang segar, ataukah masih stuck disitu?

Lolos dari perayaan serupa dua tahun yang lalu, Leo Barnes (Frank Grillo) kini bekerja sebagai kepala keamanan bagi seorang senator, Charlene Roan (Elizabeth Mitchell). Roan yang mencalonkan diri sebagai presidan tidak suka dan tidak setuju dengan "The Purge" yang ia anggap rasis dan berjanji untuk menghapus "ritual" rutin tersebut jika ia terpilih. Edwige Owens (Kyle Secor), anggota The New Founding Fathers (NFF) yang juga rival Roan dalam pemilihan presiden, bersedia mempertahankan status quo. Dianggap sebagai ancaman, Roan menjadi sasaran ketika The Purge berlangsung, dengan perlindungan dari Barnes mencoba melarikan diri dari tim yang ditugaskan untuk menangkap Roan.

Masih ditangani oleh James DeMonaco yang juga merangkak sebagai screen writer, The Purge : Election Year masih tetap menjaga thrill khas DeMonaco, yaitu tetap menampilkan baku tembak dan desingan peluru yang dahsyat. Salut kepada DeMonaco yang tetap konsisten dalam menampilkan sebuah film action, dystopian thriller dengan thrill yang masih sama, dan tentunya dengan muncratan darah yang begitu khas, khas DeMonaco.

De Monaco juga sukses mengartikan kata "We have one goal night now : survival" lewat film yang digawangi oleh sang produser kenamaan, Michael Bay. Ya, DeMonaco berhasil menampilkan bagaimana sang senator dan orang-orang yang tidak setuju dengan the purge, lewat bantuan Barnes, survive dalam satu malam yang penuh dengan kejahatan yang siap mengancam dan merenggut nyawa mereka, kapan saja. Tentunya dengan menambahkan situasi dan isu politik yang melengkapi film ini.

Ya, memang film ini tak memberikan formula baru, masih menggunakan formula lama, DeMonaco hanya menampilkan sedikit sentuhan situasi politik. Ya, memang sulit untuk mengatakan film ini memberi sebuah loncatan yang besar bagi franchise film ini. DeMonaco sepertinya kurang memperkuat atensi yang sebenarnya dapat membuat film ini berpeluang menjadi sebuah sajian thriller dystopian yang segar dan baru. DeMonaco tidak memanfaatkan peluang yang begitu luas melalui film ini, ia sepertinya memilih bermain dalam ruang lingkup yang sempit.

Terbatasnya ruang, membuat film ini mungkin terkesan jalan ditempat, tanpa ada kemajuan. Sebenarnya, ruang lingkup yang dimiliki film ini sangat luas, namun DeMonaco sepertinya kekeh membuat film seenaknya, tanpa memikiran atensi sebenarnya film ini, it's a stupid treatment.

Sebenarnya, peluang film ini begitu besar, namun entah kenapa bibir ini sulit untuk mengatakan bahwa film ini memiliki peluang yang besar. What's the problem? The answer is DeMonaco too much busy with his treatment. Yang justru membuat film ini terkesan stupid.

Sangat disayangkan, jika film thriller dystopian favorit saya ini, harus stuck in the street. Padahal saya berharap lebih lewat film ini. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.

Overall, The Purge : Election Year, sebuah sajian thiller dystopian yang menggunakan formula sama, dan bermain lewat ruang lingkup yang sempit.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar