Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

THE NEON DEMON (2016)

Harta, Tahta, Wanita" sebuah kalimat yang menggambarkan film ini, sebuah keadaan dimana seseorang dapat melakukan apa saja demi itu, bahkan hingga melakukan hal yang berbahaya sekalipun. Wanita, sosok dimana ia mempunyai keindahan dan kepuasan tertentu, tak salah jika lelaki dapat melakukan apa saja demi mendapatkan wanita, tak hanya itu saja, bahkan wanita pun dapat menarik sesama jenisnya. The Neon Demon, mencoba peruntungannya dengan menggunakan premis tadi, Nicholas Winding Refn mencoba menampilkan ide gila yang nakal dengan sinematik ekstrim serta fitur yang ditampilkan ide lewat obsesi seksual dan dunia modelling dalam sebuah psychological horor abstrak.

Jesse (Elle Fanning) adalah seorang permata baru di dunia modelling, meskipun dikelilingi kompetitor yang mencoba memperbaiki diri mereka dengan jalan operasi plastic, Jesse tetap berhasil standout dan meraih perhatian fotografer serta designer. Menjadi pusat perhatian dan sosok favorit berkat kualitasnya yang alami, perlahan tidak hanya memberikan Jesse popularitas namun juga bahaya. Banyak pihak di dalam industri itu rela mencoba berbagai cara untuk memanfaatkan mengambil keuntungan, dan merusak karir Jesse, termasuk dengan melakukan konspirasi hingga tindak kekerasan.

The Neon Demon membuat penonton bertanya-tanya dengan ambiguitas yang ia tampilkan lewat karakter Jesse, kita ikut mempertanyakan siapa Jesse sebenarnya, apakah ia wanita polos atau justru serigala berbulu domba. The Neon Demon lebih sering tampil pasif dan tidak memberi motivasi terhadap latar belakang Jesse, ia datang, menjalankan tugas lalu pulang begitu saja dan meninggalkan keraguan bagi penonton.

Kemasan absurd yang condong ke arah gila dengan mencampur berbagai emosi yang tidak masuk akal dan sedikit nyeleneh. Refn membawa karakter menatap sambil menikmati ketegangan, hingga tak berhenti berdegup kencang mulai dari sesi foto berlumuran darah, hingga singa yang tiba-tiba ada dikamar. Ya, mungkin terasa aneh bagi orang awam, karna The Neon Demon bukan sajian yang mudah dikunyah.

The Neon Demon menampilkan sebuah kecantikan abadi, gemerlap dunia fashion, ambisi, kecemburuan hingga kanibalisme dan lesbian. Ya, memang film ini mempunyai cerita yang berani serta gila, untungnya film ini punya ketegangan yang oke yang membantu kecemasan penonton dibalik sinematografi elektronik yang menggoda dan mewah, serta menyelipkan kegelisahan.

Oke di sinematografi, rupanya rapuh di bagian awal yang perlahan runtuh lalu tenggelam di bawah fantasy Refn. Refn tidak mampu menyeimbangkan plot serta usaha yang artsy dan terlalu eksploitatif dan terasa manipulatif. Menampilkan sebuah ide gila tetapi tidak mau membuat penonton terikat dengan cerita, Refn seolah-olah hanya ingin kamu membayangkan bagaimana kamu jika diposisi karakter utama serta bermain dibatas zona aman dan bahaya.

Berbagai gimmick ketegangan mampu memunculkan ketegangan, namun itu semua tak berlangsung lama, karena Refn tidak membekali karakter utama dengan karakter yang masak, bak boneka bernyawa dengan pesona menarik. Refn ingin mengeksplorasi wanita dalam bentuk kesenangan visual ketimbang cerita dan karakter yang bergerak maju untuk menampilkan keindahan wanita.

Harus di akui, The Neon Demon mempunyai jajaran cast yang mumpuni, mulai dari Elle Fanning, Bella Heatchocte, Abbey Lee, hingga Keanu Reeves yang tampil sebagai cameo. Seandainya Refn memberikan karakter busur panah yang kuat, maka film ini akan menjadi petualangan yang menegangkan, mengeksplorasi wanita dengan keindahan visual yang menawan, namun semua itu terasa ambigu yang berakhir sebagai sebuah bullshit yang indah di mata namun terasa hampa.



SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar