Harta,
Tahta, Wanita" sebuah kalimat yang menggambarkan film ini, sebuah
keadaan dimana seseorang dapat melakukan apa saja demi itu, bahkan
hingga melakukan hal yang berbahaya sekalipun. Wanita, sosok dimana ia
mempunyai keindahan dan kepuasan tertentu, tak salah jika lelaki dapat
melakukan apa saja demi mendapatkan wanita, tak hanya itu saja, bahkan
wanita pun dapat menarik sesama
jenisnya. The Neon Demon, mencoba peruntungannya dengan menggunakan
premis tadi, Nicholas Winding Refn mencoba menampilkan ide gila yang
nakal dengan sinematik ekstrim serta fitur yang ditampilkan ide lewat
obsesi seksual dan dunia modelling dalam sebuah psychological horor
abstrak.
Jesse (Elle Fanning) adalah seorang permata baru di
dunia modelling, meskipun dikelilingi kompetitor yang mencoba
memperbaiki diri mereka dengan jalan operasi plastic, Jesse tetap
berhasil standout dan meraih perhatian fotografer serta designer.
Menjadi pusat perhatian dan sosok favorit berkat kualitasnya yang alami,
perlahan tidak hanya memberikan Jesse popularitas namun juga bahaya.
Banyak pihak di dalam industri itu rela mencoba berbagai cara untuk
memanfaatkan mengambil keuntungan, dan merusak karir Jesse, termasuk
dengan melakukan konspirasi hingga tindak kekerasan.
The Neon
Demon membuat penonton bertanya-tanya dengan ambiguitas yang ia
tampilkan lewat karakter Jesse, kita ikut mempertanyakan siapa Jesse
sebenarnya, apakah ia wanita polos atau justru serigala berbulu domba.
The Neon Demon lebih sering tampil pasif dan tidak memberi motivasi
terhadap latar belakang Jesse, ia datang, menjalankan tugas lalu pulang
begitu saja dan meninggalkan keraguan bagi penonton.
Kemasan
absurd yang condong ke arah gila dengan mencampur berbagai emosi yang
tidak masuk akal dan sedikit nyeleneh. Refn membawa karakter menatap
sambil menikmati ketegangan, hingga tak berhenti berdegup kencang mulai
dari sesi foto berlumuran darah, hingga singa yang tiba-tiba ada
dikamar. Ya, mungkin terasa aneh bagi orang awam, karna The Neon Demon
bukan sajian yang mudah dikunyah.
The Neon Demon menampilkan
sebuah kecantikan abadi, gemerlap dunia fashion, ambisi, kecemburuan
hingga kanibalisme dan lesbian. Ya, memang film ini mempunyai cerita
yang berani serta gila, untungnya film ini punya ketegangan yang oke
yang membantu kecemasan penonton dibalik sinematografi elektronik yang
menggoda dan mewah, serta menyelipkan kegelisahan.
Oke di
sinematografi, rupanya rapuh di bagian awal yang perlahan runtuh lalu
tenggelam di bawah fantasy Refn. Refn tidak mampu menyeimbangkan plot
serta usaha yang artsy dan terlalu eksploitatif dan terasa manipulatif.
Menampilkan sebuah ide gila tetapi tidak mau membuat penonton terikat
dengan cerita, Refn seolah-olah hanya ingin kamu membayangkan bagaimana
kamu jika diposisi karakter utama serta bermain dibatas zona aman dan
bahaya.
Berbagai gimmick ketegangan mampu memunculkan
ketegangan, namun itu semua tak berlangsung lama, karena Refn tidak
membekali karakter utama dengan karakter yang masak, bak boneka bernyawa
dengan pesona menarik. Refn ingin mengeksplorasi wanita dalam bentuk
kesenangan visual ketimbang cerita dan karakter yang bergerak maju untuk
menampilkan keindahan wanita.
Harus di akui, The Neon Demon
mempunyai jajaran cast yang mumpuni, mulai dari Elle Fanning, Bella
Heatchocte, Abbey Lee, hingga Keanu Reeves yang tampil sebagai cameo.
Seandainya Refn memberikan karakter busur panah yang kuat, maka film ini
akan menjadi petualangan yang menegangkan, mengeksplorasi wanita dengan
keindahan visual yang menawan, namun semua itu terasa ambigu yang
berakhir sebagai sebuah bullshit yang indah di mata namun terasa hampa.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar